MENEMUKAN KEPEMIMPINAN MELALUI DIRI SENDIRI, ORANGTUA, SERTA NABI DAN RASUL
(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Gambang Syafaat Edisi Januari 2024)
Mengulang momen pada November 2023 lalu, kali ini Majelis Masyarakat Maiyah Gambang Syafaat Edisi Januari 2024 kembali diadakan di Aula Perpustakaan Lantai 1 Masjid Agung Jawa Tengah. Persiapan acara telah dilakukan sejak sore hari berupa pemasangan backdrop, level, dan sound system. Acara dimulai sekitar pukul 20.00 WIB. Satu demi satu jamaah mulai menempati tempat berlangsungnya acara terutama di area aula. Forum bulan ini dibuka dengan lantunan munajat oleh para penggiat Gambang Syafaat yaitu Mas Ihfan, Kang Wahid, dan Mbak Anjani.
Pada kesempatan kali ini juga dibersamai oleh talent Mas Aziz yang merupakan seorang penyanyi dan pencipta lagu yang kali kedua ini membersamai forum Gambang Syafaat. Mas Aziz mempersiapkan beberapa lagu yang berkenaan dengan politik, kemanusiaan, dan berbagai isu yang berkenaan dengan bangsa Indonesia. Setelah tampil dengan satu nomor, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi mukaddimah oleh para penggiat Gambang Syafaat dengan dimoderatori oleh Mas Ihfan dan Mbak Diyah.
Mas Ihfan dan Mbak Diyah di sesi mukaddimah, mengawali dengan sedikit bercerita mengenai tema yang akan dibawakan yaitu PEMIMPINTAR. Seperti yang sudah diketahui, pada tanggal 14 Februari 2024 nanti, rakyat Indonesia akan mengadakan sebuah pesta demokrasi untuk memilih berbagai calon pemimpin melalui pemilihan umum untuk bangsa ini, mulai dari tingkat nasional presiden dan wakil presiden, juga anggota dewan perwakilan rakyat baik dari Tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan kota. Masyarakat perlu memanfaatkan momen ini dengan bijak dan bertanggung jawab untuk memilih pemimpin yang memiliki visi, misi, integritas, dan komitmen untuk melayani rakyat untuk menjadi pemilih yang cerdas dan kritis untuk masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.
Pada sesi mukadimah yang berlangsung, para penggiat (Mbak Indah, Mas Nur, Mas Majid, dan Mbak Arum) yang sebelumnya telah melakukan persiapan materi sebelumnya mengenai tema ini di forum reboan mingguan Gambang Syafaat mencoba mengelaborasi prespektif kepemimpinan yang mempelajari dari beberapa tulisan Mbah Nun. Mbak Indah mengawali sesi pertama. “Ziarah Pemilu” merupakan tulisan Mbah Nun yang dipilih oleh Mbak Indah untuk sebagai bahan pemantik forum kepada para jamaah. Mbak Indah menyampaikan bahwa sudah selayaknya setiap calon pemimpin melakukan ziarah atau kunjungan ke makam para pemimpin terlebih dahulu untuk tidak sekadar meminta doa restu, namun juga meneladani berbagai sikap utama kepemimpinan yang dulu pernah diterapkan. Ziarah dilakukan untuk mempelajari kembali dan melihat kebelakang melalui sejarah yang tidak hanya bagi para calon pemimpin, namun juga bagi para pemilih. Pesan ini dapat diterapkan pada sisi pemilih, para pemilih seharusnya mau dan mampu mempelajari track record para calon pemimpinnya agar memiliki penilaian yang relatif tepat terhadap sikap yang ditunjukkan oleh para kandidat.
Setelahnya, dilanjutkan dengan pemaparan dari Mbak Arum. Melalui tulisan “Titik Nadir Demokrasi”, Mbak Arum mempersyaratkan kepada setiap calon pemimpin untuk mengedepankan akal sehat, hati nurani, dan kemanusiaan. Di Indonesia sendiri, pemilih memang terbagi ke dalam banyak golongan, contohnya adalah pemilih rasional dan pemilih emosional. Dengan memegang ketiga syarat yang telah disebutkan sebelumnya, harapannya tercipta sebuah keseimbangan di dalam diri pemilih antara logika dan perasaannya agar terpilih pula calon pemimpin yang memenuhi kualitas unggul melalui programnya serta terlihat budi pekerti yang luhur melalui etikanya.
Pak Syarif mengisi pertengahan sesi dengan membacakan sebuah puisi karya Mbah Nun yang berjudul “Ke mana Anak-anak Itu”. Puisi tersebut dibacakan dengan lantang oleh Pak Syarif dengan diiringi petikan gitar dari Mas Azis. “Ke mana Anak-anak Itu” sangat relevan dengan kondisi politik sekarang ini yang dipenuhi dengan kontradiksi serta ketidakpastian.
Masya Allah apa sih yang nancap
di ubun-ubun kesadaran kita ini
di akal kepala kita ini
di dada kita ini
Sehingga sedemikian rajin
kita tanam dendam dan kekerasan
Bukannya kelembutan atau kasih sayang
Setelahnya Mas Nur sebagai penyampai selanjutnya rupanya menginginkan perubahan yang harus dibawa oleh para calon pemimpin yang terpilih nantinya. Sebab Indonesia telah mengalami banyak kompleksitas dalam menghadapi berbagai problema, dan Mas Nur berharap agar nantinya pemimpin tersebut mampu untuk mencoba mengurai dan menyelesaikan masalah yang tidak terurus sejak lama. Mas Majid menjadi penutup sesi pertama, “Demokrasi Yatim Piatu” yang dia sampaikan menggambarkan sistem pemerintahan demokrasi yang sering disalahartikan sebagai kebebasan yang mampu berdiri sendiri, padahal kenyataannya demokrasi juga harus disandingkan dengan moral, hukum, dan nilai-nilai luhur lainnya.
Sesi satu ditutup dengan penampilan dari Mas Aziz kembali. Mas Wisnu sebagai moderator sesi dua yang akan memandu diskusi dengan narasumber utama bergantian dengan teman-teman penggiat untuk naik ke atas panggung. Diskusi sesi dua ini dibersamai oleh Kang Muhajir, Mas Agus, dan Gus Aniq. Kang Muhajir mendapat kesempatan pertama untuk mengelaborasi tema Gambang Syafaat Januari 2024 yaitu PEMIMPINTAR. Kang Muhajir mencontohkan ayah sebagai sosok pemimpin yang ada di dalam keluarga. Tujuan kepemimpinan seorang ayah adalah demi kenyamanan dan kesejahteraan anggota keluarga lainnya dengan didasarkan pada kasih sayang. Di sisi lainnya, pemimpin juga dapat diibaratkan sebagai seorang bos yang ada di perusahaan. Biasanya pemimpin di area ini berorientasi pada keuntungan yang besar saja dan tidak berfokus dengan perkembangan diri para pekerjanya. Pemimpin sering dikaitkan dengan fasilitas dan tanggung jawabnya, tinggal mana yang perlu lebih diprioritaskan. Kang Muhajir juga menegaskan bahwa kepemimpinan tidak hanya ditemani, namun juga menginspirasi. Seperti Nabi Muhammad yang secara fisik sudah tidak bisa menemani, namun nilai-nilai kebaikannya tetap ditauladani.
Setelahnya, Mas Agus yang juga aktif di Majelis Miyah Gugurgunung, Ungaran dalam kesempatan kali ini, Mas Agus mengawali penjelasannya dengan mengungkapkan bahwa kasih sayang dibedakan menjadi tiga yaitu rahman, rahim, dan wadu’. Yang perlu dikedepankan oleh seorang pemimpin adalah hati, bukan kepala. Namun yang menjadi rumusan masalahanya adalah apakah sebenarnya sejak dulu manusia sudah terpimpin atau belum terpimpin, sehingga perlu mencari sosok pemimpin? Kenyataannya sebelum manusia dilahirkan ke dunia, sebenarnya manusia sudah terpimpin. Dalam kandungan atau alam rahim, manusia dipimpin oleh Allah dalam gelembung dengan kasih sayang. Alam rahim tidak hanya tempat bagi peristiwa bertumbuh secara jasadiah, namun juga mengalami pendadaran agar siap hidup di alam dunia nantinya. Mengiringi pertumbuhan ini, calon manusia “dibacakan” musaf Al-Qur’an 30 juz pada bulan ke 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Ketika berusia 9 bulan, Allah memerintahkan malaikat untuk menarik semua ilmu tentang Al-Qur’an untuk dimasukkan ke dalam qalbu, jadi kesannya manusia tidak ingat apapun padahal fenomenanya tidak pernah hilang atau masih ada. Merekonstruksi perjalanan para nabi berfungsi agar manusia dapat terpimpin seperti Allah memimpin para nabi dan rasul. Level berpikir membuktikan bahwa manusia tidak sekadar makhluk biologis, namun memiliki kesadaran untuk berjumpa dengan Allah SWT.
Al-Qur’an sudah ditanamkan oleh Allah melalui malaikat Jibril di dalam dada masing-masing sebelum manusia diturunkan ke dunia. Ketika manusia lahir ke alam rahmat, Allah memberikan waktu selama 2 windu atau 16 tahun sebelum baligh untuk mengenal dunia. Seperti yang difirmankan dalam Al Qur’an “Kenalilah dirimu, maka kau akan mengenal Tuhanmu”. Manusia dilahirkan dengan tidak sendirian, seperti konsep Sedulur Papat Kalima Pancer. Tingkatan manusia berupa jasad, nafsu, pikir, adab, akhlak, akal, dan iman. Ciri-ciri hawa adalah sesuatu yang dipuja-puja, disenangi, dicenderungi, dan diminati. Sesuatu yang dicenderungi berpotensi untuk merendahkan martabat diri sebagai manusia agar tidak bertemu dengan tunggal di alam lain dan hanya berkutat di pikir, tidak akan menuju adab dan yang ada justru hanya nafsu. Nafsu amarah berfungsi untuk starting agar manusia tidak bermalas-malasan. Nafsu lawwamah sering membuat kita menyesali diri. Sedangkan nafsu hayyawaniyah adalah ruang di antara nafsu amarah dan nafsu lawwamah.
Gus Aniq melanjutkan sesi setelah Mas Agus. Diawali dengan pertanyaan, mengapa muncul para nabi dan rasul? Karena terdapat hakekat kepemimpinan yang terlupakan dalam diri manusia. Setiap dari manusia adalah “cah angon” yang nantinya dimintai pertanggungjawaban mengenai sistem atau strategi dalam melakukan “angon”nya itu. Salah satunya adalah melalui salat dalam rangka melestarikan kepengelolaan yang berkerahmatan. Sehingga salat memang berfungsi untuk mengharmoniskan antara manusia, alam, dan Allah SWT. Teori Sapta Mandala, Manunggaling Kawula Gusti, Sedulur Papat Kalima Pancer, Tri Tunggal Kesemestaan merupakan konsep-konsep menuju ketauhidan. Dalam konsep ini, setiap manusia harus menghadapkan semua wajahnya yang berupa raga, jiwa, dan keruhanian kepada Allah SWT. Di sinilah kepemimpinan harus mulai disadari. Nafsu akan selalu ada, tapi perlu dijinakkan dengan menghadap pada Dzat yang menciptakan sistem pada seluruh kehidupan di langit dan bumi.
Ahli biologi sekarang sedang menggeluti fitrah dengan melakukan penelitian pada bidang genetik atau genom. Setiap orang yang dilahirkan berdasar pada susunan genom atau DNA tersebut. Dalam Al-Qur’an Surat Az-Zalzalah terdapat ayat yang berkenaan dengan zarah atau genetik, karena itu pula Allah akan memberikan pahala untuk kebaikan sebesar zarah dan dosa untuk keburukan sebiji zarah. Hal uniknya, hal ini berkenaan dengan berlangsungnya keturunan.
Sesi dialog atau diskusi dilanjutkan dengan pertanyaan dari beberapa jamaah, di antaranya adalah “Bagaimana cara mengolah pemimpin dalam diri? Bagaimana penyikapannya jika dihubungkan dengan Pemilu 2024? Bagaimana jika pemimpin sebenarnya mengutamakan kepentingan dan kroninya, namun mengatasnamakan rakyat? Bagaimana cara menentukan pemimpin agar tepat dan selamat di hadapan Allah SWT? Mbah Nun pernah berkata manusia perlu “melakoni”, “mensungguh-sungguhi”, maka kamu akan “menemukan jalannya”; bagaimana cara mensungguhi dan tekun dengan jalan yang telah dipilih?”
Kang Muhajir, Mas Agus, dan Gus Aniq bergantian untuk menjawab dan mengelaborasi pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pada intinya, kepemimpinan muncul karena harus ada yang memimpin diskusi dan memutuskan pada kondisi yang tidak menentu. Ada musuh atau sesuatu yang dilawan bersama juga merupakan alasan terciptanya kepemimpinan. Yang penting adalah setiap manusia memiliki ikhtiar untuk memilih, salah satunya adalah dengan memanfaatkan platform artificial intelligence yang telah tersedia seperti podium2024.id dan pemimpintar.com. Pemimpin adalah yang minimal bisa menjaga iman, akal, akhlak, adab, pikiran. Jika yang bisa dijaga hanyalah nafsunya, maka tidak perlu pemimpin saja karena kitalah yang harus bisa memimpin diri sendiri.
Sebelum Nabi Muhammad lahir, ada satu perjamuan yang sangat penting. Seluruh pejabat dari berbagai penjuru negeri yang datang dijamu dengan baik, sehingga disebut bahwa dia adalah orang yang mulia. Namun mulia tersebut adanya dalam konsep perjamuan atau pesta, sehingga hal tersebut didekonstruksi oleh Nabi Muhammad bahwa mulia yang sesungguhnya adalah mulia yang bertaqwa. Orang beriman mampu mengamankan dirinya dengan perangkat yang ghaib seperti kesadaran penciptaan, sedulur papat kalima pancer, dan konsep-konsep lain yang sudah dibahas sebelumnya.
Yahudi menjadi salah satu bangsa yang paling unggul di dunia. Dalam hubungannya dengan politik, ada pihak-pihak yang tidak menginginkan orang Indonesia maju, sehingga setiap prestasi atau penemuan pasti tidak diakomodasi bahkan dihilangkan. Istilah pesta demokrasi cenderung bisa dijadikan pembenaran bahwa urusan politik ini adalah urusan rebutan dan bersenang-senang. Padahal niat dan proses adalah hal yang harus diutamakan. Seperti adanya 5 huruf hijaiyyah yaitu alif, lam, nun, wawu, ya yang disebut di semua surah di dalam Al-Qur’an. Jika digabungkan makan akan berbunyi annawa yang dapat diartikan sebagai niat.
Satu hal yang bisa dipelajari dari forum kali ini adalah pemimpin merupakan cerminan dari masyarakat. Jika pemimpinnya buruk, maka masyarakatnya juga buruk. Jadi, sebenarnya apa yang bisa kita hargai dari pemimpin? Kepintarannya? Kekayaannya? Atau kebermanfaatannya? Mari kita putuskan demi kepentingan bersama. Forum Maiyah Gambang Syafaat di bulan Januari 2024 ini ditutup dengan shohibu baiti dan doa bersama.
(Redaksi Gambang Syafaat)