MULIYO
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Sulthon Penanggungan Pasuruan Edisi April 2024)
Napas Ramadhan yang masih tersisa dalam jiwa, semoga akan terus hidup dalam raga yang masih berjuang menempuh kesesatan jalan rimba ujian untuk menemukan jalan kembali kepada Allah SWT. Ada yang menangis tersedak saat meninggalkan Bulan Ramadhan karena merasa masih belum kokoh membawa iman. Ada juga yang belum tuntas meng-akumulasi iman, namun pasca Ramadhan ada yang tegak siap bergerak mengikat iman sesuai takar perjuangan.
Jika Ramadhan adalah momentum latihan, maka setelahnya adalah pertarungan diri atas segala ujian. Kehidupan yang sesungguhnya adalah berpuasa sepanjang hidup dan sepanjang zaman. Karena berpuasa adalah jembatan keselamatan bahkan bisa menghantarkan hamba menemukan mata air kemuliaan yang jika kita meneguknya maka dunia akan tertelan tanpa kehausan.
Kemuliaan merupakan tahta tertinggi pencapaian manusia sebagai hamba dengan jalan istiqomah akan kebaikan, kejujuran, juga kebijaksanaan. Manusia yang dihunjam nafsunya sendiri tidak akan pernah bertemu mata air kemuliaan. Yang ada hanyalah tebing-tebing jurang kehancuran dunia. Tidak ada cara terbaik selain kembali pada jalan Tuhan dan merujuklah kepada “Ihdinash Shirathal Mustaqim” agar hujan hidayah membasahi hati dan akal pikiran kita. Manusia diciptakan untuk kembali, maka kembali-lah “MULIYO” pada Sangkan Paraning Dumadi.
(Redaksi Sulthon Penanggungan)