MEMBANGUN JIWA MENJADI MANUSIA RUANG

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Lingkar Maiyah Sedulur Pasuruan edisi Januari 2024)

Sabtu malam, 20/1/24. Maiyahan edisi pertama di tahun yang baru dilaksanakan di Sanggar Perdikan. Seperti biasa, kegiatan diawali dengan membaca tawashshul, yang kali ini dipimpin oleh Mas Rizal. Mas Rizal termasuk jamaah Paseduluran Maiyah yang paling rajin. Meskipun jauhnya jarak kediamannya yang berada di wilayah Gempol, tidak menyurutkan semangatnya untuk berangkat maiyahan ke Kutorejo Pandaan.

Maiyahan kali ini mengangkat tema “Ruang Tumbuh.” Diskusi dibuka oleh Mas Rizal dengan mengambil analogi budidaya tanaman. Menciptakan  ruang tumbuh berarti menciptakan sebuah tempat dan suasana yang mendukung sebuah tanaman untuk tumbuh dengan baik. Maiyah sendiri merupakan ruang tumbuh bagi setiap jamaahnya.

Mas Ubaid menarik tema ruang tumbuh kepada konsep ‘Manusia Ruang’ yang sering dipaparkan oleh Mbah Nun. Manusia yang menjadi ruang tidak terikat oleh satu keadaan tertentu, karena justru ialah yang menjadi pengayom di segala keadaan. Ruang dan Ruh memiliki suasana yang hampir sama, kira-kira seperti itu simpulan yang beliau sambungkan dengan puisi Mbah Nun dalam album Kado Muhammad yang berjudul besi dan gelombang; “Maka menjelmalah air,

Air tak bisa dilukai,

Air tak bisa ditusuk,

Lihat juga

Air menghibur api, ia menguap,

Tetapi kemudian cair kembali,

Tapi kalau kemudian air dibendung,

Cobalah menjelma udara

Kalau udara dijaring,

Maka jadilah gelombang,

Dan kalau gelombang disadap,

Maka jadilah ruh,

Ruh ke sana ke mari menjadi cahaya,

Cahaya menelusup ke mana saja,

Untuk mengubah kegelapan”

Mas Jufri menambahkan dari sudut pandang pendidikan tentang atmosfer. Suasana yang mendukung pertumbuhan memang perlu diupayakan dalam sebuah pendidikan. Diskusi kemudian mulai melebar, mulai dari menduga bahwa atmosfer seakar kata dengan atman yang berarti jiwa, hingga membahas dualisme cahaya, sampai percobaan budidaya algae untuk menciptakan oksigen di planet Mars. Begitulah Maiyahan, satu tema selalu dapat menyambung ke sisi mana pun.

Suasana itulah yang selalu membuat kangen dan rindu untuk Istiqomah melingkar setiap bulan. Bertemu dengan para sedulur yang selalu bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Memiliki hubungan sosial dengan orang-orang yang dapat dipercaya dan mempercayai adalah keberuntungan yang semakin langka, Mas Agus Wira yang juga aktif membantu di Maiyah Malang juga hadir disitu.

Saling bertumbuh dan menumbuhkan, adalah ide utama Sinau bareng atau maiyahan. Mungkin, tak dapat dilihat outputnya secara kasat mata, namun secara rasa itulah yang selalu menguatkan jalan Istiqomah para jamaah dalam bermaiyah.

Lewat tengah malam, kegiatan dipungkasi dengan doa yang dipimpin haji Erik. Seperti biasa, semua saling terisi dan membawa bekal untuk dijadikan pedoman keseharian, dan siap untuk menyegarkan, dan saling mengisi kembali di kesempatan maiyahan berikutnya. Insya Allah, bismillah, terus berjalan.

(Red/Dhimas/Lingkar Maiyah Sedulur Pasuruan)

Lihat juga

Back to top button