ALGORITMA PUASA
(Mukaddimah Majelis Ilmu Ma'syar Mahamanikam Samarinda, edisi April 2023)
Logika, metode, dan tahapan untuk memecahkan suatu persoalan adalah pengertian algoritma. Lantas apa ada persoalan pada puasa hingga perlu ditempuh metode menemukan algoritmanya? Bagaimana jika pertanyaan itu hadir ke kita yang sedang menjalankan ibadah puasa di Ramadhan 1444 H ini. Sangat mungkin terjadi jawaban beragam macam. Tergantung pada semesta situasional objek penjawab pertanyaan.
Jika ada persoalan dalam puasa khususnya pada manusia yang menerima kewajiban berpuasa, maka persoalan macam apa yang menjadi primer dan harus sesegera mungkin ditemukan algoritmanya. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Al Baqarah : 183. Pada ayat ini terjawab tentang persoalan puasa. Ia wajib bagi orang beriman. Kewajiban ini pun jatuh kepada pendahulunya. Kenapa diwajibkan? Agar manusia bertakwa.
Tapi mungkin tidak sesederhana itu. Misalnya kita mewajibkan diri kita berpuasa di bulan Ramadhan, apa lantas kita sudah beriman? Apa tidak sebaiknya kita mencari lebih dalam tentang mengapa kita mewajibkan diri kita berpuasa. Apa sudah benar karena keikhlasan, kesadaran, dan kepasrahan diri atas perintah Allah, atau bisa jadi karena sistem nilai turun-temurun. Atau karena komunitas kita berada, atau bisa jadi karena tergiur oleh kemungkinan memperoleh keuntungan materi dari lelaku puasa.
Menurut ayat di atas, langkah awal untuk layak menjadi yang diwajibkan puasa. Pertama, menjadi pejalan menuju keimanan. Jelas iman terhadap yang enam (rukun Iman) dan mampu mengejawantahkannya. Kedua, belajar lelaku para pendahulu yang memang juga mendapat kewajiban yang sama. Pandai sejarah. Terakhir, kita harus semakin bisa berhati-hati, waspada, penuh perhitungan, dan proporsional dalam menyikapi, merespons, dan bertindak pada hal apa pun yang terjadi dalam semesta kehidupan.
Edisi April berlangsung di tahun 1444 H bulan Ramadhan menjelang 1 Syawal. Dilaksanakan tidak seperti bulan-bulan biasanya ditanggal 20 bulan Masehi, edisi kali ini diadakan tanggal 17. Belajar bersama menemukan kesejatian puasa di salah satu bilangan hari sepuluh malam terakhir Ramadhan, iktikaf. Menjadi momentum sesaat memarkirkan kendaraan dunia. Melingkar bersama. Menepi ke kesunyian meneguk kearifan dari Nabi Muhammad Saw. dan berupaya menuju ke kebenaran sejati milik Allah Swt.
(Redaksi Ma’syar Maiyah Mahamanikam)