MAJESKA LKMS EDISI NOVEMBER 2023
Setahun sudah Lingkar Keluarga Mocopat Syafaat (LKMS) Yogyakarta bergiat. Banyak dinamika dan pasang-surut yang dialami bersama-sama. Ibarat bayi, entitas ini sedang belajar berjalan. Pakdhe Maskun selaku sesepuh dan pamong mengajak untuk melakukan peninjauan bersama atas apa yang menjadi langkah laku LKMS.
Beberapa hal di LKMS ditinjau ulang. Termasuk di antaranya adalah “apa dan bagaimana kesepakatan itu”. Bagaimana cara merumuskan sesuatu untuk dijadikan kesepakatan, dari tata cara menyampaikan wacana, bermusyawarah hingga menyetujuinya.
Majeska kali ini cukup intens membahas persiapan Mocopat Syafaat. Pelbagai wacana ditelaah memunculkan banyak rencana untuk dieksekusi. Sejumlah peran dibutuhkan. Para penggiat mengajukan diri untuk mengambil peran-peran tersebut.
Alhamdulillah malam itu Mas Yoyok Kiai Kanjeng turut serta hadir membersamai rutinan penggiat. Kami mengundang Mas Yoyok untuk bercerita tentang Hamas (Himpunan Masyarakat Sholawat). Mengapa Hamas? Karena Hamas, dari sedikit yang kami ketahui, merupakan salah satu hulu sejarah Sinau Bareng. Sinau sejarah jagad Maiyah adalah salah satu agenda wajib di LKMS.
Sepengetahuan Mas Yoyok, Hamas dulu merupakan semacam manajemen Mbah Nun yang dikelola oleh Cak Yus ketika era shalawatan keliling usai reformasi ‘98. Awalnya Mbah Nun berkeliling sendirian, lalu ditemani Mini Kanjeng. Kisah lanjutannya perlu ditelusuri dan digali lebih lanjut di Mocopat Syafaat bersama personil Kiai Kanjeng yang lain.
Selain tentang Hamas, Mas Yoyok juga menyampaikan bahwa beliau tidak setuju bila LKMS ini dikatakan sebagai “barang baru”. LKMS ini adalah transformasi dari Forum Silaturahmi Jamaah Mocopat (FSJM), Keluarga Mocopat Syafaat (KMS), Rembug Mocopat Syafaat (RMS). Lintas generasi dari seluruh fase di atas berkumpul menjadi satu, bergiat bersama.
(Redaksi LKMS)