WILIAM
Wiliam adalah Jamaah Maiyah yang aktif mengikuti rutinan Maiyahan, di antaranya Majelis Ilmu Bangbang Wetan. Ia berasal dari Sepanjang, Taman, Sidoarjo. Saya pertama kali mengenalnya pada 2019, ketika ia memesan t-shirt salah satu edisi khusus Original Merchandise Bangbang Wetan. Selaku admin, saat itu saya menanyakan ke Wiliam, t-shirt pesanannya mau dikirim melalui jasa pengiriman barang atau COD (cash on delivery) di salah satu tempat yang kami sepakati. Ia memutuskan untuk COD saja, “Sekalian ketemu ngopi sak ngobrole,” katanya.
Pada waktu itu Wiliam tidak memesan sendirian. Ia sekalian memesankan teman-teman se-Maiyahan lainnya. Kami memutuskan COD ke salah satu percetakan sesepuh Bangbang Wetan, yang menjadi markas kami pada waktu itu. Kami janjian pukul 18.00 WIB. Wiliam datang tepat waktu bersama temannya. Kami berkenalan, bertanya kabar, dan tidak membutuhkan waktu lama, kita ngobrol lama. Dari soal pekerjaan atau cara kita ubet selama pandemi, hingga ngobrol soal kabar Mbah Nun. Sebagaimana dialami oleh kebanyakan Jamaah Maiyah, kami merasa seperti saudara yang lama tidak bertemu. Kami tidak membutuhkan waktu lama untuk ngobrol asyik di teras tempat percetakan itu.
Sampai akhirnya ia bercerita lebih dalam soal pekerjaannya. Sebelum pandemi ia bekerja di salah satu perusahaan farmasi. Pada awal pandemi perusahaannya mengalami peningkatan produksi farmasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sedang menjalani masa pandemi. Tetapi perusahaan farmasi itu tiba-tiba mengalami penurunan hasil produksinya, karena pada waktu itu pemerintah “tidak berani” menyebarkan produknya ke masyarakat, dengan berbagai sebab. Alhasil Wiliam ikut mengalami PHK.
Setelah di-PHK, Wiliam ubet untuk tetap mandiri menghidupi dirinya dengan nggojek, menjadi driver ojek online. Ia kerap ditanya kabar oleh teman sesama jamaah di setiap rutinan yang diselenggarakan Bangbang Wetan, ia dengan senyum khasnya menjawab,”Aku di-PHK ambek pabrik farmasiku iko, saiki nggojek. Enak, lebih santai, seng penting iso mlaku nang dalan apik ambek tetap melok Maiyahan. (Saya di-PHK sama pabrik farmasiku itu, sekarang nggojek. Enak, lebih santai, yang terpenting bisa berjalan di jalan yang baik dan tetap bisa ikut Maiyahan).”
Setelah itu Wiliam menghilang, tak ada kabar dari 2020-2022. Sampai pada akhirnya silaturahmi kami nyambung kembali ketika Original Merchandise Bangbang Wetan merilis t-shirt edisi khusus milad 16 tahun Bangbang Wetan. Wiliam menghubungi nomor ofisial dan memesan beberapa t-shirt tersebut. Seperti sebelumnya, ia memilih COD-an. Kami memutuskan bertemu di tempat kerja saya di daerah Juanda, Waru, Sidoarjo. Jaraknya tempuhnya lumayan dekat dari Sepanjang, tempat tinggal Wiliam.
Wiliam menyampaikan kalau sekarang ia masuk bekerja shift malam, tetapi belum mengatakan bekerja di mana sekarang. Suatu siang, ia mengabarkan meluncur ke tempat kerja saya, dan tiba tepat pukul 12.00 WIB. Kami saling bertanya kabar, karena lama tak bertemu. Dilanjutkan bercerita perjalanan hidupnya ketika lama tak kelihatan. Dengan mengungkapkan rasa syukur, Wiliam mengatakan sekarang sudah bekerja di salah satu perusahaan olahan daging ayam, yang berlokasi di Balongbendo, Sidoarjo. Sesuai cita-citanya ia sekarang bekerja lebih dekat jarak tempuhnya dari tempat tinggalnya, serta karena masuk shift malam ia hampir tidak mengalami macet. Jadi, ia menceritakan berangkat dan pulang lancar-lancar saja.
Wiliam juga bercerita awal mula ia bisa masuk di perusahaan olahan daging ayam ini, dari temannya yang sering ia ajak ke Padhangmbulan. Saat datang ke Padhangmbulan, menurut cerita Wiliam, temannya merasa terharu bahwa semua jamaah yang datang dan duduk tampak guyub dan nyedulur. Temannya mengalami itu, ketika Wiliam hendak membelikannya segelas seduhan kopi dari pedagang asongan yang berkeliling. Belum sempat Wiliam membayar, tiba-tiba orang yang duduk di sebelah Wiliam dan temannya itu yang membayarkan seduhan kopi pesanan Wiliam.
Teman Wiliam terkejut dan bertanya ke Wiliam,”Enak yo nang pengajian iki, kabeh nyedulur. Aku baru pisan iki eruh suasana pengajian koyok ngene (Enak ya di pengajian ini, semua seperti saudara. Saya baru kali ini tahu suasana pengajian seperti ini).” Wiliam menimpali,”Ancen ket bien suasana dan howo pengajian Padhangmbulan iku koyo ngene. Mangkane akeh uwong seng jektas rene, ulan mene kangen pengen mrene maneh. Wes rasakno ae (Memang dari dulu suasana dan hawa pengajian Padhangmbulan itu seperti ini. Maka dari itu, banyak orang yang baru datang ke sini, bulan depan kangen ingin ke sini lagi. Sudah, rasakan saja).”
Sepulang dari Padhangmbulan, beberapa bulan berikutnya teman Wiliam yang bekerja di Perusahaan daging ayam ini curhat ke Wiliam. Soal pekerjaannya di mana partner kerjanya tidak bisa diajak kerja sama dan tanggung jawab dengan tugasnya. Divisi purchasing yang merupakan divisi yang “basah” membuat partner teman Wiliam ini bekerja tidak profesional. Akhirnya, Ia memutuskan memberhentikan partnernya yang bekerja tidak profesional tersebut, setelah beberapa kali diperingatkan. Setelah itu Wiliamlah yang diajak bekerja dan menjadi partner barunya di divisi purchasing.
Padahal menurut Wiliam, dengan temannya ini sebenarnya ia tidak begitu akrab. Menurutnya, dasar pertimbangan temannya memilihnya bekerja sama di divisi purchasing ini karena ia bisa bertanggung jawab atas pekerjaan yang diembannya. Karena temannya mengalami sendiri, Wiliam sering datang Maiyahan, menyaksikan suasananya guyub, nyedulur, saling percaya dan bertanggung jawab menciptakan suasana nyaman dan aman pada setiap jamaah.
Wiliam mengatakan, ternyata orang ahli saja tidak cukup, ia juga harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diembannya. Suasana Maiyahan itu yang membuat Wiliam berusaha tetap berbuat baik. Karena orang yang terus berusaha berbuat baik, menurut Wiliam, akan menerima kebaikan demi kebaikan. Entah berupa pekerjaan atau kepercayaan orang lain bahwa kita bisa bertanggung jawab ketika diamanahi tugas dan pekerjaan.