SILATNAS PARA PEJALAN MAIYAH 

(Sepenggal catatan Silatnas Simpul Maiyah, 11 Desember 2022) 

Tumben pagi menjelang siang motor jagoan saya mogok. Dislah nggak mau nyala, distarter apalagi. Duhjiann. Keburu siang, nanti jadi tambah terlambat nyampai RMK (Rumah Maiyah Kadipiro), kata batin saya sambil mbuka jok, nyari kunci busi. Whaiki, untung masih ada kuncinya. Alhamdulillah sekitar 10 menit bongkar pasang busi akhirnya mesin motor bisa nyala. Panasi sebentar, cek udut + korek dalam tas, pakai jaket, helm, putar gass menuju lokasi gelaran Silatnas Simpul Maiyah 2022. Wherrr.

Nah lega. Saya dapati sudah banyak teman-teman penggiat Simpul Maiyah, sebagian besar duduk di Pendopo RMK. Ada juga yang duduk di kursi SyiniKopi, entah penggiat atau tamu ngopi. Bergegas saya selipkan “jago merah” di antara motor yang ada, lalu melangkah mendekat ke barat. Atur nafas, duduk di paving blok, lihat ke kiri dan ke kanan, otomatis senyum saya mengembang. 

“Lik, goleki (dicari) Angga,” kata Pak Penyo. Suara khas beliau mengagetkan saya. 

“Yess Pak, siap. Ngatur ambegan sik inih,” jawab saya penuh semangat. 

Sejenak kemudian Mas Angga terlibat obrolan dengan saya. Beliau bercerita bahwa sesi perwakilan Simpul Jogja tadi sudah tersampaikan.

Lihat juga

“Sudah ada lingkaran baru yang di dalamnya lintas usia tersentuh Maiyahan Mocopat Syafaat yang sedang berproses menjadi penggiat baru, namanya LKMS”, kata Mas Angga mengulang kalimat pas diberi waktu berbicara di depan. 

Dan itu disyukuri Mas Angga. “Kalau bisa ada satu wadah yang ngukupi jamaah, atau satuan-satuan komunitas jamaah Maiyah yang telah ada, mantep Lik”, sambung Mas Angga. 

“Ya Bro, pangestunya. Kapan-kapan kalau situ longgar, kita ngumpul dengan dulur-dulur LKMS. Misal ada agenda yang memang baiknya diteruskan LKMS, situ kan bisa paparkan. Biar kami tahu dan paham,” pinta saya. 

“Hasiap Lik, kapannya kabari aja,” jawab Mas Angga. Alhamdulillah gayung bersambut. 

Sebagaimana nama yang kami sepakati yakni Lingkar Keluarga Mocopat Syafaat (LKMS), asas kami adalah kekeluargaan. Dan penjabaran versi kami terkait Mocopat Syafaat yang ketika ditulis dengan huruf Jawa maka menjadi Macapat Syafaat, adalah: Mawa (bersyarat) Cara (cara) lan (dan) Patrap (ketepatan) Insya Allah Manfaat, maka dialog “genah-genahan” saya dan Mas Angga adalah langkah kunci bagi penggiat-penggerak LKMS, agar insya Allah tepat bermanfaat ke dalam dan ke luar pada perjalanannya nanti.

Singkat tulisan, sesi paparan kegiatan masing-masing Simpul Maiyah terus berlanjut. Seru, aneh-aneh, unik, berenergi, melegakan, dan menimbulkan harapan serta semangat baru bagi saya. Dan saya yakin, hal sama pasti dirasakan teman-teman “Pejalan Maiyah” yang berkesempatan hadir di Rumah Maiyah Kadipiro. Lho kok Pejalan Maiyah? Ya, itu istilah “merdeka” saya minggu dinihari menjelang Subuh. Penamaan saya pada orang-orang Maiyah (semoga termasuk saya) yang sedang terus berusaha “Bersama Allah dan Rasulullah” sekuat tenaga. 

Lho kok Pejalan? Memangnya sedang berada dan berjalan di sebuah jalan? 

Ya. Bagi saya, sekali lagi ini istilah “merdeka” saya, Maiyah itu “Margi Ageng Kaleresaning Manungso,” Jalan Besar Keselamatan Manusia, selamat dari Murka Tuhan, di mana semua manusia bisa berada dan berjalan di sana. Bahkan seharusnya memang setiap manusia wajib berada di margi ageng kaleresan tersebut. 

Kok “margi ageng kaleresan? Bagaimana bisa menyimpulkan begitu? 

Bertahun-tahun saya memaknai, Maiyah adalah prinsip, cara, dan syarat selamatnya manusia ketika hidup di dunia dan di akhirat kelak. Semakin bertambah tahun, pemaknaan saya terus menguat. Dan kira-kira satu bulan yang lalu saya mulai memberanikan diri untuk “negeske dewe” pada diri saya bahwa Maiyah adalah Jalan Besar Keselamatan Manusia. 

Mohon ijin saya tulis di sini. Jika tidak pas atau melampaui batas, saya siap menerima kritik saran teguran atau bahkan larangan atas ketidakpasan “negeske dewe” saya. Semoga Allah Swt meridlai perjalanan kita. Aamiin insya Allah, aamiin. 

Yogyakarta, 13 Desember 2022.

Lihat juga

Back to top button