Selamat Jalan, Dik Gandhie
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Hari ini kita semua kehilangan. Salah seorang sahabat terbaik kita, Mas Gandhie, dipanggil oleh Allah Swt dinihari tadi malam (Senin, 14 Oktober 2024, pukul 01.55 WIB). Kita semua tidak menyangka dan kaget bahwa sedemikian cepat Allah memanggilnya.
Seperti kita ketahui, Mas Gandhie adalah penggiat dan motor Majelis Ilmu Maiyah Kenduri Cinta Jakarta sekaligus salah satu koordinator dan organizer simpul-simpul Maiyah Nusantara. Ia juga sosok yang kerap menemani dan mendampingi Mbah Nun. Beliau nyaman dan cocok di-handle oleh Mas Gandhie dalam sejumlah keperluan dan acara, terutama ketika Mbah Nun berada di Jakarta, termasuk juga ketika beliau ada agenda ke luar negeri. Cukup sering Cak Zakki selaku manajer Mbah Nun mempercayakan sejumlah tugas kepadanya.
Mas Gandhie adalah pribadi yang lugas, lurus, modern, mobile, terampil, profesional, dan nyaris tidak punya kompleks psikologis sehingga interaksinya dengan Mbah Nun sangat akrab tanpa “unggah-ungguh” khas santri kepada seorang kiai. Dan hanya Mas Gandhie yang bisa, pas, dan “boleh” seperti itu kepada Mbah Nun — di mana Mbah Nun sendiri nyaman dan menikmati interaksi dengannya.
Mas Gandhie juga orang yang cerdas dan sat-set dalam berpikir dan bertindak. Sesuai latar belakang pendidikan dan kerjanya, ia sangat melek Teknologi Informasi, dan ini juga sebuah klop tersendiri dengan Mbah Nun. Kalau beliau ngobrolin hal-ihwal per-Iphone-nan ya salah satunya dengan Mas Gandhie.
Pernah pada 2018, Mbah Nun menginisiasi diskusi di antara para koordinator Simpul Maiyah dan para aktivis Maiyah lainnya di hampir semua simpul Maiyah yang tersebar di Indonesia dan beberapa di luar negeri. Para Marja’ Maiyah pun diajak serta di dalamnya. Diskusi dilangsungkan dalam sebuah grup WA. Dan Mas Gandhie dipilih sebagai moderator diskusi. Dengan bagus, dia membuat regulasi. Ketentuan yang dia buat: diskusi dilangsungkan pada jam yang telah ditentukan yaitu di waktu pagi dan sore hari. Tidak boleh ada posting di luar waktu yang ditentukan.
Regulasi itu dibuat dengan maksud agar setiap anggota grup bisa konsentrasi bekerja di tempat masing-masing tanpa terganggu oleh notifikasi dan posting yang bisa datang kapan saja tanpa mengenal waktu. Sampai-sampai Mas Gandhie memberikan panduan, jika teman-teman sudah ingin menyampaikan gagasan tapi belum tiba waktunya, hendaknya ditulis dulu di note masing-masing, dan begitu waktu diskusi tiba, tinggal di-posting. Semua anggota grup menaati regulasi tersebut, dan diskusi berjalan secara efektif. Sehingga, Al-Maghfurlah Syaikh Nursamad Kamba saat itu memujinya: “Terima kasih Mas Gandhie telah memanage diskusi dgn baik sekali. Salut.”
Jangan lupa, nama-nama bayi yang diberi nama oleh Mbah Nun — sebagaimana ditayangkan di caknun.com — lahir dari kemampuan dokumentasi Mas Gandhie, selain juga dari Cak Zakki. Itulah sebabnya Mbah Nun mempercayakan pintu permohonan nama bayi di-handle oleh Mas Gandhie. Tidak hanya nama-nama bayi, sangat sering jika Mbah Nun butuh mengingat sesuatu yang terjadi di waktu beberapa tahun silam, Mas Gandhie masih punya catatan atau dokumentasi, entah foto atau teks, dan siap memberikan. Di caknun.com sendiri, Mas Gandhie termasuk anggota redaksi, yang kerap kita mintai masukan, saran, dan kurasi terhadap konten-konten yang akan ditayangkan.
Bagi sebagian teman-teman jamaah Maiyah, Mas Gandhie tampak kaku dan galak, tetapi ini dilakukannya demi tugas yang dia emban dapat terjalankan dengan baik. Sesungguhnya dia adalah pribadi yang enak, humoris, dan akrab. Bahkan dia sangat care kepada teman-teman penggiat atau jamaah baik yang ada di dekatnya maupun yang jauh.
Sebagai orang yang mobile, Mas Gandhie dengan mudah dan cepat nongol di banyak tempat, Jogja, Jombang, Surabaya, Semarang, Purwokerto, Mandar, dll — untuk menghadiri acara-acara Maiyah maupun Sinau Bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Itu semua dia lakukan tanpa mengganggu kerjanya. Dari berbagai kota itu, di sela-sela acara, dia bisa tetap sambil bekerja jarak jauh: mengatur pendelegasian tugas atau mengikuti online meeting. Selama Mbah Nun beristirahat dan proses pemulihan, Mas Gandhie termasuk orang yang banyak membantu di antaranya dengan secara berkala ikut menjaga Mbah Nun.
Yang terutama penting untuk kita catat, di luar kemampuan-kemampuan yang saya sebut di atas, Mas Gandhie adalah salah satu penggiat jamaah yang memiliki perhatian dan gagasan-gagasan tentang bagaimana Maiyah ke depan, bagaimana organizing Simpul-Simpul Maiyah, bagaimana pengembangan forum-forum Maiyah, networking antar jamaah, dll, dan itu kerap muncul dikemukakan dalam banyak obrolan termasuk dengan para Marja’ Maiyah. Dalam beberapa diskusi, bahkan Mas Gandhie menuangkan gagasan dan proyeksinya ke dalam bagan-bagan.
Yang saya sampaikan di atas hanyalah sebagian contoh dari banyak kemampuan yang menyatu dalam diri Mas Gandhie. Sebuah contoh pribadi dengan kualitas yang sesungguhnya masih kita butuhkan saat ini. Namun, sungguh kapan kepergian seseorang adalah rahasia Allah sepenuh-penuhnya.
Awal tahun ini Mas Gandhie melangsungkan pernikahan di Sukabumi. Tapi sungguh banyak hal yang tak bisa kita duga dalam hidup ini. Semoga Mbak Melani (istri Mas Gandhie) diberikan kekuatan dan ketabahan.
Dalam keakraban bersama teman-teman Progress, saya biasa memanggilnya dengan Dik Gandhie. Dalam keakraban yang sama saya ingin turut mengantarkan Mas Gandhie menyongsong dekapan kasih sayang Allah Swt.: Selamat jalan, Dik Gandhie. Kecakapan dan kebaikanmu masih kita butuhkan, dan karena itu kita sangat kehilanganmu. Sekali lagi, selamat jalan, Dik. Selamat jalan….
Yogyakarta, 14 Oktober 2024