ANTUSIASME JAMAAH MAIYAH MENGIKUTI WORKSHOP EKONOMI BERSAMA DIPLOMAT SUCCESS CHALLENGE
(Liputan Workshop “Berdaya Bersama, Mandiri Berekonomi”, Hetero Space, Purwokerto, Jumat, 30 Juni 2023, Part. 1)
Rangkaian Workshop ekonomi bertajuk “Berdaya Bersama Mandiri Berekonomi” yang merupakan sinergi antara Diplomat Success Challenge (DSC) dan Penggiat Maiyah telah dimulai di Purwokerto pada Jumat 30 Juni 2023. Acara berlangsung di gedung Hetero Space Purwokerto yang di masa kolonial dulu merupakan kantor residen Banyumas. Acara terbagi menjadi dua bagian. Pagi hingga sore, workshop bersama empat orang narasumber yaitu Edric Chandra (Program Inisiator DSC dan Community and Event Manager Wismilak Foundation), Cretta Cucu A. (Runner Up DSC 2015 dan CEO Seruniaudio), Rizky D. Rahmawan (Penggiat Maiyah Juguran Syafaat Purwokerto dan Pelaku Sociopreneurship), dan saya sendiri.
Malam harinya, di tempat yang sama tetapi di pelataran atau lapangan gedung Hetero Space, dilangsungkan Sinau Bareng Juguran Syafaat dengan narasumber utama Mbah Nun didampingi semua narasumber pelatihan di pagi-sore hari tadi plus para sesepuh Juguran Syafaat dan tim Wismilak area Jateng. Juga diperindah dengan kehadiran kelompok musik Kerontjong Juguran dan Mas Doni KiaiKanjeng. Sinau Bareng di malam hari ini bersifat terbuka untuk umum dan tidak hanya untuk peserta pelatihan saja.
Peserta pelatihan berjumlah 121 orang yang dengan antusiasme mereka tidak hanya datang dari wilayah Banyumas, melainkan juga ada yang dari Brebes, Ciamis, Wonosobo, dan Semarang. Mereka semua penuh semangat datang ke komplek Hetero Space di kota Purwokerto Banyumas yang tenang dan jauh dari kebisingan, dan selalu menggoda dengan tempe mendoannya.
Di sesi awal di pagi hari, saya mendapatkan kesempatan berbicara terlebih dahulu. Saya manfaatkan kesempatan ini untuk mengajak teman-teman peserta pelatihan menyadari dan me-notice bahwa Mbah Nun ternyata adalah seorang pemikir ekonomi. Ini terutama saya peroleh setelah menyusuri kembali butir-butir nasihat Mbah Nun dalam tema ekonomi kepada jamaah Maiyah yang bila dihimpun sangat banyak jumlahnya. Yang paling mewakili tentu adalah tulisan panjang beliau berjudul Jam’iyah Pengusaha Sorga di caknun.com.
Banyaknya pikiran-pikiran Mbah Nun dalam hal ekonomi dengan berbagai fokus seperti karakter dan mentalitas manusia, konsep tentang rezeki, dan tujuan berwirausaha menjadikan semua pandangan Mbah Nun tersebut tidak berlebihan bila disebut sebagai suatu pemikiran. Dengan demikian kita mendapatkan experience bahwa pemikiran ekonomi tidak melulu datang dari guru besar ekonomi, CEO perusahaan, atau pelaku bisnis lainnya, tetapi bisa datang dari sosok unik Mbah Nun.
Keunikannya justru tampak dari tidak adanya pretensi Mbah Nun untuk melahirkan pemikiran ekonomi. Seluruh yang disampaikan beliau bermula dan berada dalam konteks relasi karibnya dengan anak-cucu jamaah Maiyah yang tersebar di 63 lebih titik di Indonesia dan di luar negeri. Pikiran, nasihat, dan wejangan Mbah Nun kepada anak-cucu Maiyah tidak terbit dari ruang hampa, melainkan dari empati kepada masa depan anak cucu Jamah Maiyah, pemompaan semangat hidup kepada mereka, serta dorongan untuk membersamai mereka sebagai generasi muda yang diharapkan dapat menjadi orang-orang berdaulat, mandiri, dan siap menjawab tantangan zaman.
Paparan saya di awal sesi pertama juga saya maksudkan sebagai pemantik bagi Mas Edric, Mas Cucu, dan Mas Rizky untuk membangun artikulasi-artikulasi pesan-pesan Mbah dalam praktik dunia bisnis, usaha, atau ekonomi. Misalnya, bagaimana Mas Edric, Mas Cucu, dan Mas Rizky memaknai konsep, etik, dan praktik dalam menjalani kegiatan usaha dalam perspektif nasihat ekonomi Mbah Nun. Salah satu contoh menarik datang dari Mas Cucu. Pagi itu, salah satu yang saya sampaikan adalah klasifikasi rezeki dari Mbah Nun. Menurut Mbah Nun, ada tiga jenis rezeki: rezeki transaksional (rezeki yang kita peroleh melalui transaksi seperti jual beli, sewa-menyewa, dll.), rezeki karena kita punya nama baik (sehingga dipercaya dan dicari orang), dan rezeki yang langsung datang dari Allah (min haitsu la yahtasib).
Mendengar kali pertama tiga jenis rezeki tersebut, Mas Cucu segera loading membaca diri dan menemukan suatu artikulasi. Ia bercerita, flash back ke sekian tahun silam, ketika harus pindah dari Jakarta ke Jogja dengan kondisi masih belum punya gambaran akan bagaimana nanti di Jogja dia bekerja. Tetapi dia harus pindah ke Jogja. Dengan memakai perspektif rezeki dari Mbah Nun itu, ia mengatakan saat itu satu-satunya yang dibawa pindah ke Jogja adalah kesadaran bahwa jika selama ini saya bekerja dengan baik dan punya nama baik, pasti rezeki akan menghampiri saya di mana saja, dan setelah itu ia memasrahkan iman dan tawakkal kepada Allah. Ternyata benar, jika terbangun nama baik dan iman sepenuhnya kepada Allah yang memiliki rangsum rezeki, walau di Jogja tetap saja dia dicari temannya yang membutuhkan jasa/keahliannya, dan itu berujung pada transaksi atau kontrak kerja di mana dia akan mendapatkan bayarkan. Dari sini Mas Cucu menemukan pola urutan: bangun nama baik, percaya dan beriman kepada Allah, nanti akan berbuah transaksi yang menjadi jalan tersampaikannya rezeki dari Allah kepada kita.
Pemaknaan Mas Cucu di atas adalah salah satu contoh artikulasi atas pengalaman diri yang dibaca dengan menggunakan nasihat-nasihat Mbah Nun. Namun, pesan-pesan ekonomi Mbah Nun lebih dari sekadar untuk dimanfaatkan sebagai artikulasi, melainkan terpenting adalah sebagai suatu gambar lebih besar di mana perjalanan ekonomi setiap anak-cucu jamaah Maiyah mendapatkan panduan nilai.
Pada sesi pertama ini, Mas Edric kemudian menyampaikan banyak hal mendasar dan hakiki dalam konteks menjadi wirausahawan. Sebagai contoh, peserta diingatkan bahwa wira berarti pahlawan/hero, yakni seseorang yang mau berkorban. Berkorban dalam hal ini adalah mau bersusah-susah atau menderita untuk sesuatu yang disenangi dan telah ditetapkan untuk ditempuh. Dalam istilah kekinian disebut passion. “Pilih perihmu, dan lakukanlah,” pesan Mas Edric. Selain menentukan passion, hal penting lain yang ditekankan Mas Edric adalah “jika belum tuntas dengan diri sendiri, kita tidak akan pernah berjuang untuk sesuatu yang lebih besar.
Apa yang barusan disampaikan Mas Edric tentang berjuang atau berbuat untuk sesuatu yang lebih besar di atas terasa meng-highlight bahwa wirausahawan sejati tidak sekadar menjalankan usaha untuk mencapai keuntungan bagi diri sendiri atau bagi perusahaannya, tetapi lebih jauh dengan usaha yang dilakukan dia bisa berbuat untuk sesuatu yang lebih besar, seperti memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dan berpartisipasi dalam menciptakan kehidupan bersama yang lebih baik. Mas Cucu sebagai pebisnis yang bergerak di bidang pembuatan produk microphone (audio) dengan Seruniaudio-nya mengafirmasi hal ini: Ia mengatakan bahwa dengan menekuni dunia audio ini ia ingin lebih bermanfaat untuk banyak orang serta dapat membangun ekosistem kesenian lebih baik di bidang audio. Salah satu nasihat Mbah Nun pun kurang lebih mengatakan hal yang sama dengan ungkapan yang lebih tegas: berwirausahalah dengan cita-cita agar bisa bersedekah lebih banyak.
Sementara itu, dari nasihat-nasihat Mbah Nun seperti “temukanlah fadhilah dirimu”, misalnya, Mas Rizky sebagai CEO Mekanira Nusantra dan Fasilitator Kewirausahaan Sosial menemukan bahwa enterpreneurship hendaknya dijalankan sekaligus sebagai jalan penumbuhan diri menuju manusia yang lebih baik dan berkualitas. Di sini Mas Rizky menggarisbawahi pentingnya pengenalan yang tepat atas karakter diri. Dari nasihat-nasihat Mbah Nun Mas Rizky menjumpai bahwa dalam hal mengelola uang, orang pun punya fadhilah yang berbeda-beda. Mas Rizky menguraikan secara sistematis jabarannya.
Sesi awal di pagi hari itu mengurai hal-hal basic yang selayaknya menjadi panduan diri dalam menjalani usaha, kerja, bisnis, dan lain-lain sebagainya agar terarah dan berada dalam spektrum yang lebih besar. Pada dua sesi berikutnya, di siang dan sore hari workshop “Berdaya Bersama Mandiri Berekonomi” yang dipandu oleh Moderator Mas Kusworo, penggiat Juguran Syafaat, ini memasuki tema lebih lanjut seperti strategic thinking, bagaimana membangun usaha, dan bagaimana membangun networking. Dua sesi ini dilangsungkan dengan metode interaksi. Alhamdulillah, seluruh peserta sedari awal mengikuti kegiatan workshop ini dengan penuh antusiasme dan menyimak sepenuh konsentrasi. Selain produktif, acara pun berlangsung gayeng dan akrab.