REMBUG ISIM BANGBANG WETAN SURABAYA 2022

Momen Pengenalan Sejarah dan Restrukturisasi Gerakan Forum Bangbang Wetan

Minggu siang (23/10/2022) telah berlangsung Rembug Isim BangbangWetan Surabaya yang berlangsung di MI Tarbiyatus Syarifah gedung 2, Karangnongko, Pekarungan, Sukodono, Sidoarjo.  Rembug Isim siang itu diikutii oleh pegiat dan teman-teman baru yang sebelumnya menjadi panitia pementasan teater Waliraja-Rajawali di Tugu Pahlawan Surabaya.

Mengawali pengenalan sejarah BangbangWetan, Pak Dudung selaku Gubernur menjelaskan gerakan BangbangWetan ini tidak bisa lepas dari Padhangmbulan, sebab Padhangmbulan adalah Ibu Maiyah. Sebelum ada nama dan gerakan Maiyah, Padhangmbulan sudah ada. 

Sejarah BangbangWetan

BangbangWetan berasal dari embrio rutinan shalawatan yang dirintis Mbah Nun yang bernama Haflah Sholawat yang berlangsung di Masjid Al-Akbar Surabaya, berlangsung sekitar tahun 2000-an. Setelah itu, pada 2006, beberapa orang termasuk Pak Dudung, almarhum Pak Ndut (Fatkhur Rozi), Cak Rud, Mas Acang, WakMad, serta beberapa orang lain bersama Cak Nang melakukan rapat pertama di kantor MPM Honda Surabaya. Berlangsung di kantor MPM Honda karena BangbangWetan terbentuk tidak sepenuhnya dari jamaah, tetapi ada dari Dewan Kesenian Surabaya, dan perusahan termasuk MPM Honda yang sampai hari ini tetap men-support BangbangWetan. Jadi, resminya BangbangWetan lahir pada 6 September 2006. 

Seperti halnya forum-forum Maiyah atau Simpul Maiyah llainnya, Bangbang Wetan merupakan terusan dari konsistensi apa yang dilakukan Mbah Nun selama ini, dan tidak ada hal yang bersifat mengkultuskan Mbah Nun, sebab Mbah Nun selalu mengajak kita untuk cinta kepada Allah dan Kanjeng Nabi. “Konsistensi sikap ini penting untuk tidak kagetan, punya landasan berpikir yang tepat untuk mensikapi keadaan di sekitar,” ungkap Pak Dudung

Soal nama BangbangWetan, entah pada rapat pertama atau kedua, pada saat Sinau Bareng Mbah Nun sempat berdialog dengan Cak Priyo Aljabar, ketika Mbah Nun bertanya nama usulan forum pencerahan di Surabaya, seketika itu Cak Priyo tercetus nama BangbangWetan. Dan, pada waktu itu Mbah Nun menyetujui nama BangbangWetan sebagai nama forum pencerahan masyarakat Jawatl Timur, khususnya Surabaya. 

Sejak awal Maiyah tidak dirancang dan dibentuk menjadi suatu organisasi, lebih tepatnya Pak Dudung menyebutnya organisme. Organisme yang dimaksud adalah setiap melakukan sesuatu biarlah bekerja senatural mungkin. 

Rembug Isim ini berasal-usul dari rapat beberapa tahun lalu yang berlangsung di Rumah Maiyah, Kadipiro, Yogyakarta, untuk merapatkan susuan gerakan Maiyah, dari dzat, sifat, isim, dan jasad. Pada 2015, Bangbang Wetan ditunjuk untuk menyelenggarakan Kongres Isim yang berlangsung di Gedung Merah Putih, komplek Balai Pemuda, Surabaya.

Harapan Pak Dudung pada siang itu, hadirnya teman-teman baru akan menggerakkan generasi muda untuk bisa bekerja sama dalam menjaga konsistensi gerakan BangbangWetan. 

Mas Aminullah selaku Sekjen BangbangWetan bercerita pengalamannya di BangbangWetan. Bahwa di  BangbangWetan banyak lika-liku yang berlangsung di dalamnya. Salah satunya adalah mengalami pasang surut kehadiran jamaah yang hadir. Jamaah yang hadir sempat penuh di Tugu Pahlawan pada ulang tahun ke-10 Bangbang Wetan, dan pernah mengalami surut jamaah yang hadir tidak penuh di gedung Merah Putih, komplek Balai Pemuda, Surabaya. 

Uniknya, di Maiyah termasuk BangbangWetan tidak pernah menunjuk orang, tetapi menyediakan ruang jamaah untuk menilai kepantasan diri dan menemukan perannya di BangbangWetan. Di antaranya Mas Alik yang menjadi tuan rumah acara Rembug Isim pada siang itu, tetap konsisten mendokumentasi acara rutinan BangbangWetan, tanpa disuruh dan ditunjuk. Pak Munir juga dulu konsisten ngudek kopinya Mbah Nun dan narasumber yang hadir, dengan suguhan citra rasa wedhang kopi yang pas. Sekarang ilmu itu diwariskan kepada Lik Ahid, Pimred Buletin Maiyah Jatim. Termasuk orang yang berjasa mensupport semua kebutuhan Kongres Isim BangbangWetan pada 2015 adalah Mas Hari Widodo, selaku salah satu Koordinator Simpul Maiyah. 

Pesan Mas Amin kepada teman-teman adalah bergerak saja, bekerja saja, di setiap rutinan BangbangWetan. Menurut pengalaman Mas Amin, tidak ada organisasi yang secair Maiyah yang di dalamnya ada BangbangWetan. Tidak ada hukuman bagi pegiat yang tidak melakukan tugas divisinya, karena menurut perjalanan BangbangWetan sampai 16 tahun ini, akan ada pegiat baru yang menggantikan peran yang tidak dilakukan oleh yang menempati pos tersebut. 

Bayangan besar BangbangWetan ini adalah tanah perdikan sendiri. Tanah perdikan ini dipimpin oleh Gubernur Pak Dudung, dengan koordinator pelaksana teknis yang disebut SekJend adalah Mas Aminullah. Di dalam tanah perdikan ada forum Bangbang Wetan sendiri. Selain itu tanah perdikan BangbangWetan mempunyai endapan yaitu rutinan wirid dan shalawat Rolasan, FJR (Forum Jumat Rono-rene), serta Tawashshulan. Yang dimaksud tanah perdikan BangbangWetan adalah organisasi besarnya dari rutinan dan forum yang berlangsung di dalamnya. 

Lik Ahid selaku Pimred BMJ mengiyakan pendapat Mas Amin bahwa BangbangWetan itu merupakan tanah perdikan. Yang dimaksud tanah perdikan adalah simpul dibebaskan menentukan langkah geraknya, tetapi tetap berpegang teguh pada garis koordinasi dengan Inti Maiyah: Kadipiro dan Menturo.

Mas Veryanto yang akrab dipanggil “manajer” bercerita perjalanan panjang BangbangWetan. Kalau dulu jamaah Maiyah lebih beragam dari berbagai segmen masyarakat di Jawa Timur. Sekarang jamaah BangbangWetan kebanyakan pemuda dan mahasiswa. Dulu wacana pembahasan forum masalah sosial-kultural: pernah membahas Islam, Buddha, Kristen, Ahmadiyah dan masalah sosial lain. Perlu diketahui bersama, menurut Mas Very, peran BangbangWetan bersama Mbah Nun secara sosial pernah mengurusi di antaranya korban Lumpur Sidoarjo, penanganan kasus stren Kali Jagir, Bonek, Pasar Turi, serta penutupan komplek lokalisasi Gang Dolly. 

Tugas rutin pegiat BangbangWetan beberapa tahun lalu selain menyelenggarakan forum bulanan adalah gotong-royong membantu mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan dalam penyelenggaran Majelis Padhangmbulan, sebagai Ibu Maiyah. 

Pesan Mas Aminullah terhadap teman-teman muda janganlah mudah menyerah karena kita sudah beraktivitas maksimal tapi mungkin belum dihargai. Mas Amin menegaskan kembali, tetaplah beraktivitas di BangbangWetan, mengutip syair Nadli ‘Aliyan, karena suatu saat akan ada keajaiban-keajaiban yang kita rasakan. Karena beraktivitas di lingkaran Maiyah yang utama dasarnya adalah ikhlas dan istiqamah. 

Pengenalan Gerakan dan Restrukturisasi Organisasi Forum BangbangWetan

Selanjutnya Mas Fajar Wahyoko mempresentasikan landasan pergerakan BangbangWetan dari tulisan Mbah Nun pada 23 Maret 2015 yang berjudul “BANGBANG ISIM”: “Di dalam wacana dunia Thariqat baku dipakai struktur “Dzat Sifat Isim Af’al”. Di dalam Maiyah digunakan penglihatan yang berbeda: “Dzat Sifat Isim Jasad/Jisim”. Tanpa Af’al? Semua yang ada dalam struktur itu adalah Af’al. Semua itu adalah Af’alullah (perilaku, kerja Allah). Allah memperkenalkan inti Diri-Nya sebagai Dzat bukan karena diri-Nya melainkan karena memberi jalan pengetahuan dan intimitas kepada manusia. Merendahkan diri-Nya ke Sifat, untuk lebih mempermudah perjuangan dan pencapaian manusia kepada-Nya. Bahkan dituturkan Isim-Asma (ilmu-ilmu sosialitas manusia bersama alam), dan dihamparkan Jasad Jisim (materi, fisika, biologi, dengan Ilmu Murni atau Ilmu Sejati misalnya Matematika, dst). . .

Siapa? Maiyah. Titik-titik apa itu? Maiyah. Di mana? Maiyah. Orang-orang Maiyah lahirlah kembali, melangkah di jalan urutan 14 Asmaul Husna di Surat Al-Hasyr 22 sampai akhir, dengan bekal ayat-ayat sebelumnya terutama “jangan menjadi orang yang lupa Tuhannya sehingga kehilangan dirinya”. Orang Maiyah mengarungi “Muhammadun Yaqut bainal-hajar”, mengais mana mutiara mana intan berlian mana batu kerakal kerikil – karena Bangsanya ditipu habis disuguhi Kerakal yang dihias-hias dan dicitrakan sebagai Intan Berlian. .  .

. . . Maka Orang Maiyah terus tekun mengeksplorasi dan mencakrawalakan pemahaman. Pada saat yang sama, pegang erat-erat setiap (kosa)kata dari Allah di Al-Quran. Orang Maiyah temukan syaithan dan Malaikat dalam diri dan bangsamu, stop aktivasi syaithan dan mulai aktivasi Malaikat, dengan terus mengingat bukan orang Maiyah Allah-nya, bukan orang Maiyah Muhammad bin Abdullahnya, tetapi Maiyah pengakses Nur-nya. Dengan kata lain, bukan Maiyah penulis Lauhul Mahfudh. Allah pemegang otoritas mutlak blueprint dan time-line zaman. Itulah sebabnya Orang Maiyah diperingatkan Allah “jangan menghardik waktu”. Orang Maiyah terus lelaku, menanam, menabur, menyebar dan menyebarkan.”

Mas Fajar Wahyoko selanjutnya menjelaskan beberapa kegiatan yang pernah diselenggarakan BangbangWetan. BangbangWetan pernah menyelenggarakan acara Tikungan Iblis pada 2008, Presiden Balkadaba pada 2009, konser Hati Matahari pada 2011, Ijazah Maiyah dan Syahadah Maiyah pada 2011, Nabi Darurat Rasul Adhoc pada 2012, Sengkuni pada 2019, serta terakhir WaliRaja-RajaWali 2022. Selain itu BangbangWetan juga berperan aktif dalam acara Benawa Sekar pada 2014 di Pendopo Mojokerto. BangbangWetan juga pernah menjadi tuan rumah Silatnas 2018 di Asrama Haji, Surabaya. 

Selain itu, pada Rembug Isim BangbangWetan ini diperlukan restrukturisasi organisasi BangbangWetan. Di antaranya 1. Forum BangbangWetan: Sie Tema; Sie Ngaji, Sholawat dan kesenian; Sie Perlengkapan; Sie Reportase. 2. Humas: Sie Perijinan; Sie Publikasi; Sie Regenerasi; Sie Sambung Berkah. 3. Sekretariat: Sie Administrasi; Sie Pengarsipan dan Dokumentasi; serta Sie Bank Data. 

Mas Fajar menjelaskan kembali endapan BangbangWetan: Majelis Rolasan, Majelis Wirid, FJR(Forum Jumat Rono-rene), Sanabila, BMJ, Web bangbangwetan.org serta Tawashshulan. 

Mas Alik sebagai penjaga bank data dokumentasi perjalanan BangbangWetan yang menyelenggarakan berbagai acara berharap dengan adanya pegiat baru bisa mengolah bank data itu menjadi sesuatu yang bermanfaat. Sebab bank data dokumentasi perjalanan BangbangWetan menyelenggarakan acara merupakan aset yang mahal, sangat eman jika kita olah dengan baik. 

Mas Hari selaku Koordinator Simpul merespons dalam restrukturisasi organisasi yang semestinya harus diganti, untuk menyesuaikan perkembangan zaman. Merespons usulan para kamituwa untuk merestrukturisasi organisasi forum BangbangWetan, berdasarkan voting forum disepakati bahwa Pak Dudung menjadi Siifat, Mas Aminullah menjadi Gubernur, Hari Rahman menjadi Sekjen, Bendahara M. Ajib K. U dan Amin, Koordinator Forum BangbangWetan: Veryanto, Koordinator Humas: Yasin, Koordinator Sekretariat: Fajar. 

Lik Ahid berpesan pada kepada pengurus stuktur organisasi forum yang baru dipilih untuk tetap menjaga komunikasi dengan baik kepada sesama pegiat, kamituwa dan jamaah. Selain itu juga perlu ditingkatkan kembali mengolah potensi pegiat dan jamaah supaya sesuai potensi dan keahliannya. 

Pada penghujung acara, Mas Hari Widodo menerangkan inisiatif pegiat BangbangWetan untuk membentuk koperasi KBLI berbentuk jasa. Inisiatif berdirinya koperasi untuk menampung potensi bakat dan usaha pegiat serta jamaah untuk bisa bekerja sama, mewujudkan nilai Maiyah yang telah Mbah Nun lakukan sampai sekarang yaitu kebersamaan dan kebermanfaatan. Pegiat BangbangWetan melalui terbentuknya koperasi ini berharap bisa menjadi wadah kebersamaan usaha dan kebersamaan khususnya di bidang ekonomi. 

Pada suasana rintik hujan sore hari, Rembug Isim ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Farizky R. 

Sidoarjo, 23 Oktober 2022

Lihat juga

Back to top button