SINAU BARENG
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Paseban Majapahit Mojokerto Edisi November 2024)
Bagi dulur-dulur Maiyah, istilah sinau bareng tentu sudah mendarah daging. Sekian tahun lamanya rutinitas sinau bareng terus dijalani dengan berbagai macam kondisi.
Sinau bareng sederhananya adalah: kegiatan belajar yang dilakukan secara bersama-sama. Titik beratnya terletak pada “sinau”-nya. Dan “bareng” adalah sebagai metodenya.
Lewat sinau bareng, Mbah Nun dan semua marja’ melatih anak cucu Maiyah mengolah seni berpikir yang khas. Yang tumbuh dalam lingkaran kebersamaan. Yang didasari oleh taburan cinta dan jalinan ukhuwah yang khas pula. Yang berhimpun menjadi Al-Mutahabbina Fillah.
Kini, setelah sekian lamanya “Sinau Bareng” dijalani, ketika kita sebagai anak cucu Maiyah sedang melalui sebuah fase yang berbeda dari masa-masa sebelumnya, ada sisi lain sinau bareng yang bisa dipetik sebagai hikmah dari perjalanan panjang kita dalam ber-Maiyah.
Betapa sinau bareng juga mengajari kita supaya “belajar untuk bisa terus bersama-sama”. Melatih kita untuk “terus sinau supoyo tetep isok bareng”. Esensinya adalah “bareng”-nya.
Karena “kebersamaan” adalah akar kesejatian makna kata Maiyah itu sendiri: Ma’iyatullah. Maka anak cucu Maiyah akan terus belajar membangun dan meneguhkan kebersamaan itu.
Kebersamaan yang selalu berpijak pada kebersamaan Segitiga Cinta antara Allah, Rasulullah, dan sesama makhluk. Bersama sedulur-sedulurnya di setiap simpul dan lingkar yang ada, anak cucu Maiyah terus bersama-sama belajar, untuk belajar membangun kebersamaan.
Memang bukanlah hal yang mudah. Pasti ada banyak tantangan yang dihadapi. Ada berbagai persoalan yang perlu dicarikan solusi. Tetapi semoga saja kebersyukuran kita atas anugerah kebersamaan yang telah terbangun selama ini, menjadikan Allah ridla, dan berkenan untuk senantiasa menolong, memudahkan, dan menguatkan langkah kita ke depan. Amiin.
(Redaksi Paseban Majapahit)