PITUTUR WELAS

“Bila kamu kecewa sama Negara, kecewa dengan seluruh bangunan strukturnya, pejabatnya, dan seterusnya, jangan marah. Jangan benci. Yang harus kita lakukan adalah ‘Memperbanyak Negeri‘ dalam hidupmu.”

[Pitutur Mbah Nun dalam buku Hidup itu Harus Pinter Ngegas & Ngerem]

Memasuki usia ke-17, BangbangWetan sangat bersyukur bisa istiqomah menjadi sebuah wadah pengetahuan dan keilmuan, serta forum untuk berkeluh kesah dan mencari solusi. Sebuah usia yang bisa dikatakan telah menginjak dewasa dalam kematangan berpikir, maupun kejiwaan. Dalam hal bernegara, usia ini sudah tentu wajib mengurus KTP sebagai syarat diakuinya status quo sebagai warga negara dan hak pilihnya dalam coblosan pemilu 2024.

Sebagai insan yang kemampo (setengah matang) usia 17 tahun bagi kami bukan hanya tentang angka, tetapi lebih kepada cara memandang dunia yang sedang mengalami disrupsi secara masif dalam segala aspek. Hal ini yang menyebabkan manusia sulit mengidentifikasi mana yang baik dan mana yang buruk.

Efek dari ketidakmampuan tersebut melahirkan generasi yang sedikit apatis terhadap sebuah kedalaman makna. Orang yang benar-benar tulus memberimu nasihat kamu anggap sebagai modus, sebaliknya orang yang hanya menjual janji kamu anggap sakti.

Angka 17 (pitulas dalam bahasa Jawa) selain menjadi angka milad, kami angkat juga menjadi tema “Pitutur Welas” sebagai bentuk syukur kami atas ribuan pitutur Mbah Nun yang mencahayai atau menerangi sisi gelap para pencari jawaban di seluruh penjuru Indonesia, wabil khusus Jamaah Maiyah BangbangWetan.

Semoga pitutur-pitutur welas dari rahim Maiyah melahirkan tiga hal apa yang diharapkan Mbah Nun dalam buku Hidup itu Harus Pintar Ngegas & Ngerem, yaitu:  pertama, hidayah. Kedua, rezeki, dan ketiga, kasih sayang dari Allah.

Sampai jumpa di forum seribu podium tanggal 1 September di Pendopo Cak Durasim, Surabaya. Mari merapat untuk saling bermanfaat. Mari pula kita bershalawat bersama KiaiKanjeng malam nanti. 

[Tim Tema BangbangWetan]