ALLAH, JANGAN ENGKAU MEMBIARKAN

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Juguran Syafaat edisi Juli 2024)

Juguran Syafaat edisi ke-136 yang berlangsung pada tanggal 20 juli 2024 dibuka oleh Fadel selaku moderator pada pukul 20.30 WIB. Fadel menyapa kepada jamaah yang sudah mulai berdatangan. Sesi berlanjut ke pembacaan tadarus Al-Qur’an surat Asy Syura ayat 1-10 oleh Mas Hedi.

Seperti biasa sebelum di sesi ramah tamah & sesi diskusi dimulai teman-teman dari grup musik KAJ. Ada Mas Toto dan Lucky mengiringi beberapa nomor sholawat agar selalu tersambung dengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. 

Pukul 21.00 Fadel memantik dengan menceritakan fenomena yang terjadi pada waktu belakangan ini terkait gank motor yang anggotanya itu justru malah dari kalangan pelajar SMP, dan mengerikannya para gank motor tersebut dalam melakukan aksi tawuran dengan gank lain, menggunakan senjata tajam. Motif mereka hanya melihat video dari sebuah kanal youtube tentang gank motor tanpa tau alasan konkeitnya. Dalam hal memilih circle itu sangat penting untuk menentukan kita menjadi seperti apa. 

Sebelum masuk ke sesi inti pembahasan tema “Keputusanmu Keputusanku, Keputusan-Nya”, Aang membacakan mukadimah sebagai alas diskusi tema malam ini. Lalu disambut Alif selaku pengusung dan penulis tema dan mukaddimah, untuk menceritakan latar belakang munculnya ide dalam tema ini. Bahwa setiap hari kita dihadapkan dengan banyak pilihan untuk mengambil sebuah keputusan, tentunya akan menjadi problem ketika kita hanya mengandalkan keputusan dari orang lain maka dari itu kita harus cakap dalam membaca informasi dari luar sebelum kita mengambil keputusan untuk mempertimbangkan baik buruknya.

Fadel memulai sesi diskusi dengan membuka pertanyaan kepada Mas Kusworo yang sudah ikut bergabung ke depan. Ia menggali tentang bagaimana cara membangun komunikasi yang baik dengan anak kita? Lalu langsung direspons oleh Mas Kusworo,  “Salah satunya dengan cara memberi perhatian penuh kepada Anak, memanfaatkan waktu sebaik mungkin pada saat kita sedang di rumah. Karena kita sebagai Imam keluarga yang secara waktu lebih banyak dihabiskan di luar rumah untuk berikhtiar mencari rezeki untuk anak dan istri di rumah”. 

Lihat juga

Terkait “Keputusanmu Keputusanku, Keputusan-Nya” itu bagaimana? Sebaik-baiknya Keputusan adalah keputusan Allah SWT sebagai Hegemoni Tunggal. Bahwa Allah menitipkan sedikit kehendaknya kepada manusia untuk bisa mengambil sebuah Keputusan. Keputusan kita itu tidak berdiri sendiri. Pastinya kita dalam mengambil sebuah keputusan membutuhkan literasi, informasi dari luar yang sudah tersublimasi lebih dulu sebelumnya sehingga kita bisa sangat yakin dalam mengambil keputusan. 

Bahwa kita memang perlu juga tahu keputusan orang lain untuk kita cari tahu motif munculnya keputusan itu, untuk lebih mengkokohkan keputusan kita yang akan kita ambil. Mbah Nun pernah menyampaikan tidak ada apapun yang bisa terjadi dalam kehidupan manusia kecuali ada 3 hal keputusannya:

  1. Allah memerintahkan
  2. Allah mengizinkan
  3. Allah membiarkan

Minimal jangan sampai Allah membiarkan keputusan kita, karena yang kita harapkan keputusan kita diizinkan oleh Allah sehingga ada ridha Allah di setiap keputusan-keputusan kita. 

Sebagai contoh “Apakah Allah juga meridhai keputusan seseorang untuk korupsi? Mencuri? Atau berbuat jahat?” pasti Allah tidak ridha terhadap hal itu. Hal itu terjadi karena mungkin Allah membiarkan saja untuk penundaan hukuman (istidraj). Lalu melihat hal itu, kira kira kita bersikap bagaimana? Terhadap yang tidak baik keputusan kita mau seperti apa?

Sebagai moderator Fadel kemudian mempersilakan kepada jamaah untuk merespons atau menyampaikan pendapat pribadi atau menanyakan hal-hal terkait tema untuk bisa diskusikan pada sinau bareng malam ini.

Dimulai dari Adnan yang bertanya, “Keputusan yang tidak sama dengan keputusan orangtua dalam mengambil pilihan mau sekolah di mana atau pekerjaan seperti apa lalu seberapa besar dampak dari keputusan kita saat ini?”. 

“Bahwa orangtua pastinya sudah punya alasan untuk menentukan sang anak mau disekolahkan di mana, diarahkan dalam memilih sebuah pekerjaan yang menjadi sumber mata pencaharian kita pastinya sudah mempertimbangkan baik dan buruknya, tentunya akan condong ke sisi baiknya untuk jangka waktu ke depan,” sahut Mas Kusworo merespon pertanyaan dari Adnan. 

Abi juga ikut merespons, “Bahwa ke depan itu masih gelap. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi, paling tidak kita harus punya persiapan dalam mengambil keputusan dengan cara memikirkan potensi kerugian apa yang akan terjadi jika kita memilih hal ini, nanti kerugian yang di depan akan terminimalisasi”.

Setelah Adnan melemparkan pertanyaan, diskusi menjadi semakin hangat dengan banyaknya jamaah yang juga ingin bertanya terkait kegelisahan yang relate dengan tema malam ini. 

Ada Nano Irawan dari Rakit Banjarnegara yang ikut beropini “Dalam mengambil keputusan lebih berpasrah kepada keputusan Allah”. Lalu ada Faiz dari Batang yang sedang berkuliah di Universitas Jenderal Soedirman ikut bergabung bersama dengan teman-teman Juguran Syafaat.

Faiz juga ikut bertanya yang hampir sama dengan opini Mas Nano, “Bagaimana kita tahu indikator Allah meridhai keputusan kita? Apakah hujan itu sebuah pertanda bahwa Allah tidak meridhai kita?” Langsung direspons oleh Fadel, “Sudah seberapa besar upaya kita? Jika hujan, bukankah masih ada kemungkinan menggunakan mantel? Kenapa langsung memutuskan bahwa Allah tidak meridhainya, toh usaha kita juga belum maksimal. Lalu indikator lain Allah meridhoi kita yang sebatas kita tau adalah tingkat kebermanfaatnya pastinya lebih besar dari ke mudharatannya.”

Kemudian dari deretan jamaah, Mbak Nurul ikut menanyakan tentang lauhul mahfudz, “Bukankah semuanya sudah tertulis di lauful mahfudz? Apakah kita punya kuasa dalam mengambil keputusan?” Fadel merespons, “Kita pasti punya kuasa dalam mengambil sebuah keputusan, sejauh apa hal itu dimiliki oleh kita? Ya sebatas limitasi kita sebagai manusia karena Tuhan pasti tidak memiliki batasan.”

Di sela-sela obrolan, Mas Wahib ikut merespons tentang pentingnya kerendahan hati dan tentang kegagalan dalam mengindentifikasi diri. Fadel ikut menambahkan betapa pentingnya kerendahan hati itu karena Tuhan selalu benar, sedangkan manusia mungkin benar mungkin salah. Bahwa yang dikehendaki Tuhan pasti terjadi dan yang kita kehendaki hari ini belum tentu terjadi atau yang terjadi hari ini pasti bersumber dari keputusan Tuhan.

Menjelang pukul 23.30 respons Mas Wahib mengakhiri sesi diskusi pada malam ini. Bulan purnama juga ikut menemani berjalannya diskusi kali ini dengan suhu udara pada saat itu di angka 22°C bisa dikatakan cukup dingin untuk di daerah kami tetapi jamaah tetap antusias duduk melingkar mengikuti acara sampai selesai.

Sebelum acara selesai Mas Aji memimpin munajat untuk ketersambungan batin kepada Kanjeng Nabi, Mbah Nun,serta Marja Maiyah yang lain. 

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button