MEMBINCANG KONSEP REGENERASI PERADABAN YANG EFEKTIF

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Bangbang Wetan Surabaya, Kamis 9 Maret 2023)

Majelis Ilmu Bangbang Wetan edisi Maret berlangsung pada Kamis (09/03/2023) di Kayoon Heritage, Genteng, Surabaya. Teman-teman penggiat Bangbang Wetan datang sejak siang mempersiapkan segala keperluan teknis berlangsungnya acara.

Teman-teman penggiat mulai bekerja sama memasang kerangka panggung hingga menjadi bentuk yang utuh, setelah terop yang dipesan di vendor langganan selesai terpasang. Satu pekerjaan memasang kerangka panggung selesai. Mereka melanjutkan mempersiapkan ngusungi sound system dari gudang sound menuju parkiran belakang, yang menjadi tempat berlangsungnya acara. Panggung dan sound system bulan ini kami mendapat supply dari Kayoon Heritage.

Hal teknis yang dikerjakan teman-teman penggiat dimulai dari panggung, sound system, memasang backdrop banner bergambar poster tema “Rahim Peradaban”, memasang layar proyektor, sampai menggelar karpet untuk tempat duduk jamaah yang disewa sepaket dengan terop.

Tak terasa apa yang dikerjakan penggiat untuk mempersiapkan segala hal teknis berlangsunya Majelis Ilmu sejak siang sampai Maghrib tiba. Hari Rohman, Sang Jenderal Penggiat Bangbang Wetan melanjutkan melakukan cek sound dengan memutar nomor-nomor KiaiKanjeng. Kami leyeh-leyeh sambil mendengarkan nomor-nomor KiaiKanjeng dari An-Nabi Shollu Alaih sampai Tembang Setan. Nomor-nomor KiaiKanjeng itu juga menandakan kepada jamaah yang baru dating bahwa Majelis Ilmu malam itu telah siap dilaksanakan. Perlahan jamaah mulai datang. Ada jamaah yang mengenakan kemeja motif bunga, memakai sarung serta memakai peci datang lebih awal. Dia datang dengan bersepeda. Laki-laki bersarung itu tampak antusias datang lebih awal. Tampak dari mondar-mandirnya dia menanti jam dimulainya majelis ilmu.

Majelis Ilmu dimulai pada pukul 20.00WIB dengan nderes Al-Qur’an. Dilanjut bershalawat bersama yang dipimpin oleh Cak Chakam. Setelah itu tiba pada sesi diskusi awal. Saya yang memoderatori acara meminta laki-laki yang datang lebih awal itu untuk naik ke atas panggung bersama dua jamaah yang lain. Saya menyampaikan kepada jamaah yang lain bahwa laki-laki berkemeja motif bunga itu merupakan jamaah yang datang pertama kali malam itu. Jamaah yang hadir memberi tepuk tangan kepada laki-laki yang berpenampilan santri ini. Nampaknya dia menjadi idola jamaah pada malam itu.

Respons Jamaah Tentang Tema Kepengasuhan

Saya meminta laki-laki berkemeja motif bunga dan bersarung ini memperkenalkan diri, namanya Hidayatullah, asal Pasuruan. Awalnya, Hidayatullah tidak mengakui bahwa dirinya orang Madura. Akhirnya, Hidayatullah mengaku bahwa Pasuruan memang Madura tapi bukan negeri.

Malam itu Hidayatullah menjadi jamaah yang pertama merespons tema tentang kepengasuhan. Respons tema kepengasuhan dia khususkan kepada seorang ibu kepada anaknya. Menurut Hidayatullah, ibu dalam mendidiknya sering membuat dirinya “jengkel”.

Aku nggodak layangan dikongkon mole, Mas. Ibukku ngomong, koen le ojo nggodak layangan tak tukokno dewe. Tapi tak jupuk duweke ngamuk. Kan asline duweke ibuk yo duweke anak, Mas,” (Saya mengejar laying-layang disuruh pulang, Mas. Ibukku bilang, kamu nak jangan mengejar laying-layang. Tapi ketika saya ambil uangnya ibuku mengamuk. Kan aslinya uang ibu ya uang anak, Mas.) ungkap Hidayatullah yang mengundang gelak tawa jamaah yang mendengarkannya. Ada jamaah dari kejauhan yang nyauti ungkapan Hidayatullah yang mengambil uang ibuknya itu sebenarnya bukan mengambil tapi nyolong. Respons langsung dari jamaah itu menambah ger-geran jamaah malam itu. Suasana seperti itu yang salah satunya menjadi contoh nyata model kemesraan jamaah dalam setiap Maiyahan.

Hidayatullah menyampaikan bahwa orang tua itu ibaratnya kalau berdekatan membuatnya sering bertengkar, tapi kalau tidak ada membuatnya terasa ada yang kurang. Dirinya mengaku bahwa madrasah pertama anak adalah ibu. Baik atau buruknya anak tergantung cara ibu mendidik anak.

Selanjutnya Muhammad Summa Firman Romadhoni dari Tulungagung merespons tema. Pria bermata sipit ini mengaku bahwa dirinya sering disangka orang China. Padahal Summa mengaku bahwa dirinya asli orang Jawa. Summa pemuda kelahiran Tulunggagung yang sekarang sedang kuliah mengambil jurusan Administrasi Publik/Negara di Universitas Airlangga Surabaya. Summa menceritakan tentang sepak terjang ibu dalam mendidiknya. Summa mengatakan peran ibunya itu fifty-fifty. Ibunya merupakan seorang yang penyayang, tapi rasa sayangnya menurut Summa, diekspresikan dengan berbagai cara. Salah satu cara ibunya menyayangi Summa dan adiknya adalah dengan “keras” dan teriak-teriak.

Dulu, ketika Summa masih kecil yang mengajari dirinya di rumah tentang pelajaran sekolah adalah ibunya sendiri. Kehebatan ibunya adalah mengajari Summa pelajaran sekolah sendiri di rumah. Summa tidak dimasukkan ke kelas tutoring di luar. Summa bersyukur dengan diajari sendiri oleh ibunya membuat Summa merasa pintar. Keberhasilan Sang Ibu mendidik Summa sejak kecil dengan keras adalah membuat Summa yang berasal dari anak desa bisa masuk kuliah di UNAIR, yang merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbesar dan berkualitas yang bertempat di Surabaya.

Terakhir, Thoriq yang mengaku aslinya jamaah Majelis Ilmu Padhangmbulan. Jika diusut, orang tua Thoriq merupakan pasangan jamaah Bangbang Wetan jauh sebelum simpul Bangbang Wetan lahir. Tepatnya, orang tua Thoriq ini sudah mengikuti pengajian Mbah Nun di Surabaya sejak 2001 yang berlangsung di Masjid Al-Akbar Surabaya yang bernama Haflah Sholawat. Thoriq belajar banyak hal dari ibunya terutama tentang manajemen waktu. Misalnya, dulu semasa sekolah ketika jam masuk Thoriq malah sering mbolos sekolah pergi ke warnet atau ke rental PS. Kebiasaan sering mbolos itu membuat Thoriq ketika sampai di rumah dipukul oleh ibunya. Justru dari sikap ibunya yang keras itu membuat Thoriq mengambil pelajaran tentang pentingnya memanajemen waktu.

Thoriq banyak mendapatkan gagasan-gagasan positif dari Majelis Ilmu Padhangmbulan. Gagasan positif yang Thoriq dapatkan dari Padhangmbulan membuatnya mendapatkan peringkat satu secara terus-menerus setiap kenaikan kelas di sekolahnya. Peringkat itu yang mengantarkan Thoriq diterima bekerja di perusahaan alat berat Komatsu di United Tractors. Ada tiga pilar yang Thoriq dapatkan dari Padhangmbulan yang mengantarkan dirinya bisa belajar efektif tanpa harus belajar pelajaran sekolah terus-menerus setiap hari di rumah. Tiga pilar yang dipegang teguh Thoriq diantaranya: melawan adalah kunci, mencari adalah solusi dan bertanya adalah strategi.

Tim Al-Manhal Menginformasikan Pelatihan Pengajar Baca & Tulis Bahasa Arab Al-Qur-an Metode Manhal

Setelah ketiga jamaah selesai merespons tema, pada pukul 22.00WIB, Rektor Bangbang Wetan, Mas Sabrang Mowo Damar Panuluh serta Tim Al-Manhal: Cak Adil Amrullah, Mas Azam Fachri, Mas Maula Al-Ghazali dan Mas M. Bintang Ardiansyah kami persilakan merapat ke panggung.

Dimulai dari anak Mbah Fuad, Mas Azam Fachri atau yang biasa dipanggil Mas Ai menyampaikan metode Manhal. Metode Manhal merupakan karya Mbah Fuad untuk memenuhi kebutuhan masyarakat supaya mudah belajar dan mengenal Bahasa Arab.

Kecintaan Mbah Fuad terhadap Bahasa Arab yang membuat beliau ditunjuk menjadi satu dari sembilan anggota Majelis Umana’ King Abdullah bin Abdul Aziz International Center for Arabic Language yang berpusat di Riyadh. Selain itu, Mbah Fuad merupakan pendiri IMLA (Ittihad Mudarrisi al-Lughoh al-Arabiyah) atau bisa dikenal dengan Ikatan Pengajar Bahasa Arab se-Indonesia. menurut Mas Ai bahkan sekarang organisasi itu berkembang besar, cakupan anggotanya sampai luar negeri.

Waktu itu Mbah Fuad sadar bahwa yang beliau urusi selama ini yang besar-besar. Maka dari itu Mbah Fuad berpikir mencari cara mengenalkan Bahasa Arab terutama Bahasa Arab Al-Qur’an. Pengenalan Bahasa Arab Al-Qur’an kepada orang-orang tua yang sudah tua tapi belum bisa mengaji Al-Qur-an. Akhirnya Mbah Fuad membuat metode baca dan tulis Al-Qur’an yang disebut metode Manhal. Mbah Fuad bercita-cita dengan belajar metode Manhal itu kita bisa dekat dengan Al-Qur’an tidak hanya bisa baca dan tulis Al-Qur’an.

Berikutnya Maula Al-Ghazali, ketua Pelatihan Pengajar Baca & Tulis Bahasa Arab Al-Qur’an Metode Manhal, menyampaikan lebih dalam tentang metode Manhal. Metode Manhal itu cara untuk membaca Al-Qur’an. Arti kata Metode Manhal: metode itu cara sedangkan Manhal itu untuk mempermudah saja untuk menjelaskan bahwa metode ini berasal dari Rumah Maiyah Al-Manhal Malang.

Metode Manhal adalah salah satu metode yang membuat bagaimana caranya umat Islam terutama Jamaah Maiyah hidupnya berdekatan dengan Al-Qur’an. Sehingga segala sisi kehidupan kita berusaha berdekatan dengan Al-Qur’an. Metode Manhal banyak disisipkan oleh Mbah Fuad nilai-nilai sosial yang ada di dalamnya.

Grand design dari Rumah Maiyah Al-Manhal yang menjadi karya Mbah Fuad adalah membangun peradaban. Rumah Maiyah Al-Manhal memiliki 5 pilar penopang bangunan peradaban diantaranya: ta’dib, literasi, parenting, kesehatan dan kreativitas. Kelima pilar itu yang dipilih oleh Mbah Fuad untuk membangun peradaban baru. Metode Manhal disusun agar orang yang tidak suka mengaji, orang yang tidak diterima di tempat ngaji serta orang tua yang terlanjur tidak bisa ngaji mau mengaji lagi. Metode Manhal di dalamnya ada ruang eksplorasi tadabbur dan ada ruang eksplorasi nahwu sharaf.

Salah satu keberhasilan Mbah Fuad mendekatkan kita kepada Al-Qur’an pada salah satu santri Al-Manhal yang beraktivitas sehari-hari sebagai driver ojol (ojek online). Driver ojol ini pada suatu ketika kelilit banyak pinjol (pinjaman online) yang membuatnya dikejar-kejar debt collector. Awalnya dia bisa kelilit pinjol karena dia suka hiburan dan pemasukannya kurang memadai untuk menunjang kesukaanya. Kemudian, keputusan yang diambil adalah meminjam online yang membuatnya lama kelamaan tidak bisa membayar. Dia waktu itu bertanya, siapa yang bisa menolongnya ketika dikejar-kejar debt collector?

Dia menemukan ternyata di Al-Qur’an kejadian seperti yang dialaminya itu dijelaskan. Dia membuka Al-Qur’an secara acak, menemukan surat Al-Ahzab ayat 17: Katakanlah, “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (ketentuan) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” Mereka itu tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah. Driver ojol itu setelah terbiasa belajar tadabbur menyadari bahwa ternyata Al-Qur’an sedemikian utuh dan detailnya sampai bisa menjelaskan kondisi yang dialaminya. Keyakinannya teguh bahwa yang bisa menolongnya dari kejaran debt collector hanyalah Allah.

Cara Belajar Memahami Pola

“Tidak usah terlalu formal ya, bahasnya serius tapi santai, guyon ning tenanan. Sepak bola itu guyon tapi bermainnya tenanan,” kalimat pembuka Mas Sabrang merespons “Rahim Peradaban” yang menjadi tema pada malam itu.

Mas Sabrang memulai bahasan dari sudut pandang rahim, yang asosianya pada rahim wanita. Dari hal itu kita bisa mempelajari polanya. Karena kita memahami apapun dari pengalaman diri terlebih dahulu, bukan berarti langsung bisa diterjemahkan ke peradaban.

Rahim diri manusia berbeda dengan rahim peradaban, walaupun ada hubungannya. Tapi yang bisa kita pelajari adalah polanya. Cara belajar paling natural dari manusia adalah mencoba menganalogikan pola di luar dengan pola yang pernah dialami.

Mas Sabrang mengajak kita membaca pola dari manusia yang kita alami dan pola pada peradaban. Manusia beregenerasi menggunakan rahim ibu dan sumbangan sperma dari bapak. Pola regenerasi itu diantaranya ada entitas manusia, ada proses perkawinan antara dua manusia, ada proses untuk menjaga anak itu sampai berdiri sendiri menjadi entitas baru dari rahim ibu serta terjadilah regenerasi (anak bisa mengolah mesin badannya sendiri. Karena ketika di dalam perut sang anak makan di-supply melalui tali pusar ibu yang nyambung ke pusar anak).

Mekanisme Regenerasi Melahirkan Entitas Baru

Kalau kita sudah tahu pola regenerasi manusia yang kita alami, sekarang kita coba pindah membaca pola peradaban. Peradaban merupakan kumpulan masyarakat yang mempunyai nilai berbeda dengan peradaban lain. Misalnya di negara Jepang bunuh diri termasuk nilai kebanggaan masyarakatnya. Tapi di Indonesia tidak masuk akal jika kita bangga karena bunuh diri. Nilai berbeda di setiap peradaban tidak bisa kita nilai benar dan salahnya, karena peradabannya berbeda.

Peradaban bisa kita sebut entitas pada definisi kumpulan manusianya. Peradaban bisa disebut kumpulan manusia yang berkumpul menjadi satu karena sebuah kesamaan tertentu. Kesamaan tertentu itu bisa kesamaan ras, bisa kesamaan bahasa, bisa kesamaan visi serta bisa kesamaan nilai. Karena Indonesia terdiri atas peradaban yang berbeda-beda, maka perlu adanya Pancasila agar kita mempunyai persamaan satu sama lain. Pancasila menyambungkan peradaban berbeda-beda menjadi satu peradaban yang bernama Indonesia. Sederhananya, definisi peradaban adalah sebuah kumpulan manusia yang berinteraksi satu sama lain dengan nilai tertentu.

Proses peradaban untuk melahirkan generasi baru apakah seperti proses melahirkan? Karena entitas yang satu dengan entitas yang dilahirkan sama sekali berbeda. Peradaban terdiri dari kumpulan masyarakat yang umurnya berbeda-beda. Perbedaan umur kumpulan masyarakat itu yang menjadikan proses regenerasi secara gradasional. Masyarakat yang umurnya tua mati digantikan generasi muda. Entitias beradaban bisa disebut sebagai peradaban harus bisa menurunkan nilai yang sama.

Kita membutuhkan abstraksi yang berjalan di kepala kita dalam membaca pola. Keuntungan kita diajak Mas Sabrang membaca pola ialah menjadikan proses berpikir yang diharapkan Mas Sabrang menjadi tersampaikan.

Kita tahu peradaban proses regenerasinya secara gradasi. Kita perlu memastikan nilainya berlanjut ke generasi berikutnya. Mas Sabrang menganalogikan berlangsungnya regenerasi peradaban dengan kejadian kapal Pinisi pada sebuah pelabuhan. Kapal Pinisi ditaruh di sebuah pelabuhan yang menjadikan kapal itu lama kelamaan rusak. Satu papan kapal yang rusak kita ganti dengan papan yang baru. Kapal itu tetap bernama kapal Pinisi. Walaupun pada akhirnya seluruh kayu papan kapal itu rusak, lantas kita ganti semua dengan yang baru, nama kapal itu tetap kita sebut Pinisi. Berarti nama kapal Pinisi berlangsung tidak pada fisik kapal yang sudah diganti keseluruhan dengan yang baru, melainkan di dalam abstraksi ide kita. Begitu juga dengan peradaban Indonesia, di dalam masyarakat Indonesia orangnya bisa terus berbeda tapi tetap kita sebut Indonesia.

Pertanyaan selanjutnya, apa yang membuat identitas Indonesia tetap Indonesia? Ide apa yang berlangsung tentang Indonesia? Mas Sabrang mengkhawatirkan ide yang berlangsung tentang Indonesia sekarang ini, sehingga kita tetap menyebut Indonesia di dalam proses peradaban yang berjalan. Kita bisa melihat nilai apa yang dominan di dalam suatu peradaban dengan melihat cita-cita anak. Karena cita-cita si anak yang menjadi nilai yang dianut generasi berikutnya.

Kalau kita melihat cita-cita orang tua berbeda dengan anaknya, sebab pekerjaan berbeda sepanjang zaman. Kita bisa melihat ide dasar dari cita-cita setiap anak. Misalnya kalau kita bercita-cita menjadi polisi karena ingin menangkap penjahat. Kita melihat ide dasar cita-cita menjadi polisi adalah menegakkan keadilan. Sementara kalau kita bercita-cita ingin menjadi youtuber, ide dasarnya adalah popularitas.

Sekitar 2021 ada penelitian yang menanyakan cita-cita orang di dunia, mayoritas cita-cita anak nomer satu di dunia adalah ingin menjadi influencer. Bercita-cita menjadi influencer entah TikTok, Youtube maupun Instagram. Nilai dasar yang dicita-citakan anak dalam dunia idenya menjadi influencer adalah keterkenalan. Cita-cita ingin terkenal merupakan produk dari media sosial yang ada di generasi muda dunia. Ada satu negara yang cita-cita anak kecilnya berbeda yaitu China. Cita-cita anak di negara China ingin menjadi astronot. Karena China yang memegang server TikTok, maka yang diperlihatkan di TikTok pada generasinya adalah kehebatan dunia sains, penemuan, serta tentang kemajuan manusia.

Dari hal itu terlihat bahwa ada mekanisme yang namanya regenerasi yang melahirkan entitas baru pada peradaban berikutnya. Artinya, Rahim Peradaban adalah mekanisme regenerasi yang terjadi di society. Rahim Peradaban adalah mekanisme regenerasi untuk melahirkan entitas baru yang bernama manusia, merupakan bagian dari peradaban yang banyak.

Konsep Regenerasi Peradaban yang Baik

Mas Sabrang memiliki konsep regenerasi peradaban yang baik, bersumber dari hadist Rasulullah dari Abu Hurairah RA: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR Muslim). Ketiga perkara yang disebutkan dalam hadist Rasulullah itu mempunyai peran di dalam proses regenerasi.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang digunakan untuk menjadi manfaat yang nyata: bisa dibagikan dan bisa memecahkan masalah. Amal jariyah konsepnya adalah kita memberikan uang kepada orang yang membutuhkan, sehingga orang itu mempunyai kesempatan hidupnya bertahan lebih lama, sehingga mempunyai kesempatan untuk bermanfaat lebih banyak. Kita mendapat royalty manfaat dari amal jariyah yang kita lakukan. Berikutnya anak yang sholeh. Sholeh itu lebih tinggi dari cerdas. Anak yang sholeh tidak hanya pintar dan banyak ilmunya tapi juga tepat menggunakannya. Artinya, anak sholeh bisa hidup di peradaban.

Anak yang sholeh bukan tanggung jawab orang tua sendiri. Tidak mungkin orang tua bisa mendidik anaknya sholeh sendirian. Karena orang tua membentuk anaknya cerdas saja tidak bisa. Kalau orang tua bisa membuat anak cerdas, semua anak pasti cerdas. Kalau guru bisa membuat muridnya cerdas, pasti muridnya peringkat satu semua, karena gurunya sama, yang ditulis di papan tulis sama, yang diomongkan guru dan didengarkan murid sama.

Tanggung jawab kesholehan itu ada pada sistem regenerasi yang disunggi oleh semua, bukan hanya orang tua. Ada layer yang berbeda untuk mendidik anak agar si anak menjadi anak yang sholeh. Karena ketepatan anak sholeh dalam menggunakan ilmunya didapatkan dari proses belajarnya di komunitas.

Anak yang shaleh itu output bukan proses. Kita harus berpikir prosesnya yang membuat anak menjadi sholeh. Harus ada proses mekanisme pendidikan yang komprehensif agar terjadi anak yang shaleh. Karena kalau anak yang shaleh sudah terjadi di mana-mana, peradaban akan menjadi baik dengan sendirinya. Jadi, rahim dari peradaban adalah proses regenerasi yang terjadi.

Maiyah Menjadi Pioner Regenerasi Peradaban yang Efektif

Mas Sabrang menjelaskan detil pembagian yang diperlukan anak untuk menjadi anak yang sholeh. Pertama yang dibutuhkan anak adalah nilai. Nilai itu cirinya dia berlaku tepat sepanjang zaman. Misalnya nilai jujur dan istiqamah tetap berlaku dari masa lalu, sekarang sampai masa depan.

Kedua, yang dibutuhkan anak berikutnya adalah pengetahuan. Karena kalau anak tidak mempunyai pengetahuan, dia tidak bisa berinteraksi di luar, tidak akan tahu apa yang terjadi di dunia. Pengetahuan itu gunanya agar kita bisa menentukan langkah yang tidak menjerumuskan kita.

Kegunaan akal untuk menggantikan diri kita mati, bukan kita yang mati tapi biar yang di dalam akal kita saja yang mati. Misalnya, kalau kita berada di dalam kapal, kita membayangkan ingin nyempung ke laut. Kita terlebih dahulu membayangkan bahwa kalau kita nyemplung, kita ditinggal kapal, kita renang, capek, kehabisan nafas terus tenggelam dan mati. Kejadian nyemplung yang kita bayangkan itu membuat kita tidak jadi nyemplung beneran.

Kita menyimulasi diri kita mati, agar diri kita tidak ikut mati. Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin presisi kita membayangkan ke depan. Sehingga kita tidak harus mengalami sakit untuk menghindari sakit. Ilmu adalah senjata untuk menempuh masa depan agar lebih selamat. Ilmu yang berguna adalah ilmu yang kita butuh mengerti, bukan yang ingin mengerti. Karena sumber daya otak adalah terbatas maka kita gunakan yang kita butuh mengerti saja.

Bagian pertama dalam mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua. Tanggung jawab utama orang tua dalam mendidik anak adalah menanamkan nilai sampai anak bisa masuk sekolah. Bagian kedua dalam mendidik anak adalah pendidikan dari institusi: entah pesantren atau sekolah, yang tanggung jawab utamanya adalah keilmuan. Lantas kita lihat hubungan antara nilai yang ditanamkan dengan prestasi di institusi keilmuan pasti berhubungan. Anak yang ditanamkan nilai rajin pasti lebih pintar di sekolah daripada yang tidak disiplin. Bagian ketiga dalam mendidik anak adalah diajarkan di komunitas. Arti sederhananya, semua orang tua harus ikut mengajari semua anak. Si anak belajar untuk tepat, tidak hanya belajar untuk pintar. Bagian keempat dalam mendidik anak adalah memasukkan fakta atau keadaan dunia kepada anak.

“Konsep besar regenerasi peradaban yaitu ada pendidikan nilai dari orang tua, pendidikan ilmu dari institusi, pendidikan interaksi sosial dan komunikasi dari komunitas, serta ada pendidikan internasioan dari artificial intelligence, caranya kita lihat sendiri nanti. Tapi saya pengin Maiyah menjadi pioner di bidang regenerasi peradaban. Karena teknologinya sudah memungkinkan untuk kita membuat sistem regenerasi yang lebih efektif. Rahim peradaban bukan lagi menjadi teori yang diomongkan, tetapi harapannya menjadi sesuatu yang kita lakukan bersama,” pungkas Mas Sabrang mengajak Jamaah menjadi pioneer system regenerasi peradaban yang lebih efektif ke depan.

Surabaya, 10-11 Maret 2023

Lihat juga

Back to top button