PENGGIAT MAIYAH DUSUN AMBENGAN TAKZIAH MENINGGALNYA IBU SUYATMI
Allahumaghfirlaha warhamha wa ‘afiha wa’fu anha. Inna lilahi wa inna ilaihi roji’un, sekaligus alhamdulillah ala kulli hal bagi teman-teman penggiat Maiyah Dusun Ambengan. Telah nyawiji kepada Allah Swt. ibu Suyatmi binti Saeman, ibundanya Mbak Erna sekaligus ibu mertua Mas Nanang, pada 2 April 2023 lalu. Mbak Erna dan Mas Nanang adalah penggiat Maiyah Dusun Ambengan.
Selepas rutinan Reboan di Rumah Hati Lampung, Rabu 12 April 2023 pukul 22.00 WIB, para penggiat beranjak bertakziah ke kediaman Mbak Erna dan Mas Nanang, di Dusun I , Desa Margototo – Metro Kibang Lampung Timur. Setibanya di sana, disambut oleh keluarga tuan rumah, nampak raut wajah Mas Nanang dan Mbak Erna sudah tidak terlalu dirundung kesedihan secara berlebihan. Mudah-mudahan keduanya telah mampu mentransformasikan kesedihan menjadi keridlaan atas berpulangnya ibunda beliau. Satu sisi terpisah jasadiah dengan ibunda, di lain sisi yang lebih sejati, alam sadar mereka mudah-mudahan telah mampu secara bertahap untuk radhiyatan mardliyyah atas meninggalnya ibunda tercinta.
Para penggiat Maiyah Dusun Ambengan sebisa mungkin pada momentum takziah ini geliak-geliak meniatkan hati untuk mengakses manual book dari Allah Swt. berupa nasihat terbaik dalam kehidupan, baik taddabur ayat-ayat qauliah, dan juga ayat-ayat kauniyah. Serta yang paling penting adalah menyinauni esensi nasehat terbaik pada takziah malam itu.
Di dalam Al-Qur’an (Surat Al-Fajr: 27-30), Allah berfirman: “Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah, irji’i ila rabbiki radhiyatan mardhiyah, fadhulii fi ‘ibadi wadhuli jannati”. Artinya : “wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridla dan diridlai-Nya dan masuklah ke dalam surgaku”.
Om Tunjang berbagi pengalaman rasa ketika ditinggal orangtua. Memang secara manusiawi untuk mencapai tahapan ikhlas di hati butuh proses. Yang telah dialami Om Tunjang adalah bahwa setelah 40 hari kita akan perlahan mampu manjing rasa ikhlas dan ridla atas segala ketetapan Allah Swt. Bahwa kalau sudah tiada baru terasa, namun baik pula jika dijadikan sebagai media kontemplasi diri, merenungi segala kesalahan diri kepada orangtua baik ibu atau bapak selama beliau masih hidup.
Mas Dika pun berbagi kisah ketika ditinggal ayahnya beberapa tahun silam. Bahwa berpulangnya setiap manusia tidak melulu melalui perantara sakit keras atau sakit komplikasi dan sebagainya. Sebab dalam kondisi yang tidak terindikasi sakit pun, ketika tiba maut maka ketentuan Allah-lah yang bekerja. Tidak dapat satu pun manusia dapat mengubah catatan di lauh mahfudz, dan yang terpenting adalah kita nantinya mampu mendapatkan pelajaran-pelajaran atas momentum kematian itu.
Misteri kematian adalah sebuah anugerah yang selayaknya dapat kita syukuri. Kapan momentum ajal itu akan datang, hanya Allah-lah yang berhak mengetahui. Bayangkan jika kita semua mengetahui secara akurat kapan tiba ajal kita. Alangkah stress dan goncang mental dan jiwa kita. Kembali mengingat dhawuh Mbah Nun bahwa ketidaktahuan akan beberapa atau banyak hal itu sangatlah penting. Sebab, itu berkaitan erat dengan kesiapan kita. Dan mayoritas fitrah kita adalah tidak selalu siap akan ketidaktahuan-ketidaktahuan misteri itu. Karena logika kita tidak mampu meng-cover semua itu, maka tidak ada pilihan lain selain iman yang kita jadikan bekal dan pegangan.
Topik obrolan mengalir santai dan segar membahas realitas sehari-hari sebagai masyarakat desa dengan segala dinamika uniknya. Malam itu disuguhkan bakso oleh tuan rumah menemani perbincangan suasana malam.
Sebelum berpamitan, kami semua berkirim Al-Fatihah untuk almarhumah Ibu Suyatmi binti Saeman mudah-mudahan khusnul khatimah, dan seluruh penggiat meyakini Ibunda Mas Nanang dan Mbak Erna tidak hanya khusnul khatimah, namun juga khusnul hayat. Allahumma Amin.
Akhirul kalam, kami berpamitan dan berterima kasih kepada Mbak Erna dan Mas Nanang telah diizinkan bersinau bersama dan merangkum beberapa nasihat pada malam takziah itu. Kami pulang kembali dengan mengantongi poin-poin nasihat sebagai bekal sesuai dengan penangkapan dan kapasitas perenungan masing-masing.
(Redaksi Maiyah Dusun Ambengan, Lampung)