AKAN TERUS BERJALAN
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Maiyah Dualapanan Lampung Edisi Mei 2024)
Perjalanan adalah laku hidup yang hampir pasti pernah dialami oleh setiap individu dengan tujuan ataupun tidak dengan tujuan, bersama-sama atau bahkan sendirian, dengan perbekalan yang cukup atau bahkan tidak sama sekali, dengan tertatih-tatih atau mulus macam jalan tol tanpa rintangan suatu apapun. Dalam forum maiyahan yang sudah puluhan ribu yang tersebar di berbagai daerah tema perjalanan adalah tema yang hampir pasti pernah dibahas dalam banyak idiom ada shiroth, syari’ thoriqh dan beberapa istilah lainnya yang tentu memiliki muatan dan kondisi ruang dan waktu yang berbeda-beda, ini menunjukkan bahwa anak cucu maiyah mengilhami kehidupan sebagai sebuah perjalanan dari suatu titik menuju titik tertentu, dari jalan yang samar menuju jalan yang nyata secara keberpihakan atas sesuatu, sebagaimana tembang jawa yang sering dibawakan oleh simbah dan personil kiai kanjeng yaitu :
Cah angon cah angon
Penekno blimbing kui
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodot iro
Melalui tembang ini anak cucu maiyah berusaha menangkap sinyal bahwa simbah mengajak siapapun saja untuk terus berjalan, untuk tidak pernah bosan dan merasa lelah, untuk tidak kecewa atas kesulitan hidup yang beragam macamnya bahkan sampai kesulitan dan rasa sakit menjadi kebas, menjadi tidak terasa, atau menjadi menyatu dengan indra perasa. Pokoknya keadaan sulit bagaimanapun harus tetap berjalan harus tetap berbuat sesuatu dengan tujuan untuk memercikkan sedikit kesejukkan pada wajah zaman yang sudah tidak karuan.
Bagi anak cucu maiyah bulan mei adalah bulan kerinduan atas simbah, bulan dimana beliau memulai untuk pertama kali perjalanan yang bertepatan pada 27 Mei 1953, yang sampai tahun ini adalah tahun ke-71 beliau telah berjalan dan akan terus berjalan. Kalau diperkenankan untuk disampaikan, ekspresi kerinduan kepada simbah tidak cukup hanya tiap bulan kelahirannya saja, bahkan ada simpul dan anak cucu maiyah yang mengkhususkan waktu tertentu dalam tiap bulan, ada yang mengkhususkan waktu tertentu tiap minggu, dan juga ada yang mengkhususkan waktu tertentu tiap harinya. Hanya untuk bertawashul, mendoakan beliau dan juga mengingat-ingat nasihat atau pembelajaran yang pernah beliau sampaikan kepada anak cucu maiyah.
Tidak berlebihan untuk mengatakan anak cucu maiyah yang terlihat tabah dan tegar dalam menjalani kehidupan sebenarnya adalah pribadi yang lemah, pribadi yang rapuh dan melankolis apalagi ketika dihadapkan pada masalah kerinduan dan cinta pada simbah yang laku simbah senantiasa yang mengikuti perjuangan Rasulullah, dan nilai-nilai yang Allah ajarkan. Sebagai contoh anak cucu maiyah tidak lagi menghiraukan jarak dan waktu untuk mengobati kerinduannya, dengan perbekalan yang seadanya pun tidak membatasinya untuk menyebrangi pulau sumatera-jawa pun dilalui untuk melepas dahaga kerinduan akan nilai-nilai yang telah diajarkan. Aneh memang namun begitulah keadaan para perindu maiyah.
Tepat di momen yang sama pada tahun lalu, maiyah dualapanan sangat bersyukur pada milad simbah setelah malam tasyakuran, masih sangat jelas raut wajah beliau, nasihat beliau bahkan momen indah bertatapan mata yang cukup dalam hingga beliau melepaskan kami ke Lampung bahkan beliau sampai megantarkan hingga halaman rumah mas Gandhi (penggiat kenduri cinta) dan ucapan terakhir yang beliau sampaikan adalah “rek tolong dungokne aku yo rek, dungo dinungo rek” momen haru itu tidak akan terlupakan dan terus menjadi kenangan yang manis dengan simbah.
Simbah banyak sekali mengajarkan nilai-nilai yang luhur yang beliau saripatikan dari khazanah nilai leluhur dan sumber hidup Rasulullah, para sahabat, nabi, ulama dan orang-orang sholeh di masa lalu dengan memudahkan tiap pembelajar untuk dapat mulai menerapkan di hidupnya sedikit demi sedikit. Pada prinsipnya simbah mengajak anak cucu maiyah untuk terus menanam kebaikan apapun dan kepada siapa pun tanpa mengangankan bahwa buah kebaikan itu dapat ia rasakan, ibarat menanam pohon itu simbah mengajak anak cucu maiyah untuk menanam pohon jati, pohon kesejatian diri yang hasilnya tentu yang menikmati adalah generasi selanjutnya. Pokoknya berbuat terus tanpa pamrih sampai akhirnya bumi dipenuhi rerimbunan kebaikan yang pernah ditanam oleh banyak orang.
Simbah tidak hanya mengajarkan anak cucu maiyah untuk menyetujui banyak hal, bahkan yang beliau ajarkan adalah suatu metodelogi yang jelas dan nyata menentukan keputusan menentukan keberpihakan yang tidak sedikit menghasilkan output yang tidak menyetujui banyak hal namun ketidaksetujuan tersebut tidak bermuatan negatif dan merusak justru itu bahan yang cukup untuk menahan diri agar tidak lebih banyak merusak ketika belum mampu untuk memperbaiki banyak hal. Kerangka berpikir yang diajarkan simbah membantu kita untuk meletakkan suatu perkara pada porsi yang tepat, tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan, suatu hal sebaiknya diperlakukan tepat baik secara kordinat ruang dan waktu tanpa ada intervensi dari latarbelakang yang suatu perkara.
Penggia Maiyah Dualapanan pada edisi spesial milad simbah ke-71 ini mengangkat tema “Akan Terus Berjalan” mengajak para sedulur, anak cucu Maiyah dan anak bangsa generasi penerus untuk mentadabburi nilai-nilai Maiyah dalam forum sinau bareng Maiyah Dualapanan yang akan dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2024 pukul 20.00 WIB, di panggung terbuka halaman SMP SMA Al Husna Kompleks Ponpes Al-Muttaqien Pancasila Sakti Kemiling Bandar Lampung.
(Redaksi Maiyah Dualapanan)