BERLEBARANLAH MAIYAH
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Maiyah Dualapanan Lampung Edisi April 2024)
Selamat ulang tahun, semoga panjang umur, semoga selalu sehat dan sejahtera. Kalimat tersebut merupakan beberapa kalimat yang diucapkan seseorang kepada ibu, teman, pasangan, atau kepada sebuah organisasi sebagai doa yang tujuannya tentu harapan akan kebaikan. Semua doa dan ucapan selamat itu adalah tanda masih peduli dan memperhatikan setiap detail suatu peristiwa.
Pada tanggal 28 Meret tepatnya pada Tahun 2019 telah lahir suatu wadah yang menampung setiap orang untuk saling bersaudara. Kalau mengutip kata Mbah Nun, “Maiyah iku nggone arek seduluran” (Maiyah adalah tempat untuk menghimpun persaudaraan). Pada tanggal inilah telah lahir satu simpul maiyah di Lampung yang disebut dengan Maiyah Dualapanan.
Maiyah Dualapanan adalah satu perkumpulan yang memfasilitasi setiap orang untuk bebas berpikir dan berekspresi namun dengan tetap menjaga nilai-nilai kebaikan. Perkumpulan ini biasanya diadakan setiap tanggal 28 di Komples Pondok Pesantren Al-Muttaqien Kemiling Raya, Bandar Lampung. Para penggiat Maiyah Dualapanan selalu berusaha untuk Istiqomah melaksanakan rutinan setiap bulan sebagai wujud komitmen terhadap apa yang diperjuangkan oleh Mbah Nun.
Berbicara tentang maiyah, sebagian dimungkinkan pernah mendengar apa itu Maiyah. Mbah Nun mengatakan bahwa Maiyah adalah hadiah yang diberikan Allah Swt untuk kita semua. Ibarat sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat tempat tidur, lemari, meja, dan beberapa buku. Maiyah bukanlah salah satu dari benda-benda itu, maiyah adalah ruangan itu sendiri. Jika diteruskan dalam kehidupan sosial, Maiyah bukan merupakan salah satu mazhab dalam islam, bukan ormas, bukan partai, bukan kelompok senam, bukan klub motor dan bukan-bukan yang lainnya. Maiyah adalah ruang yang menampung siapapun dan apapun.
“Selamat Ulang tahun Maiyah Dualapanan, semoga tetap istiqomah dan panjang usia” Kata seorang anak cucu Maiyah Mbah Nun.
Pada saat merayakan suatu peristiwa, masyarakat Indonesia identik dengan memotong tumpeng sebagai wujud rasa syukur. Tumpeng merupakan kependekan dari “tumapaking penguripan-tumindak lempeng tumuju Pangeran” yang artinya berkiblatlah kepada pemikiran bahwa manusia itu harus hidup menuju jalan Allah. Masyarakat tradisional Jawa mempunyai kepercayaan bahwa ada kekuatan gaib diluar diri manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Oleh karena itu mereka merasa perlu memelihara hubungan dengan kekuatan tersebut agar terjadi keseimbangan dengan kehidupan mereka.
Penempatan tumpeng dan lauk pauknya menyimbolkan gunung dan tanah yang subur. Nasi tumpeng yang berbentuk kerucut dikaitkan dengan gunung, yang berarti tempat rena yang dinilai sakral oleh masyarakat Jawa, karena memilii kaitan yang erat dengan langit dan surga. Nasi yang menjulang keatas ini merupakan harapan agar kehidupan kita meningkat. Sementara tanah di sekeliling gunung disimbolkan dengan lauk pauk yang bervariasi menjadikan kesejahteraan yang hakiki.
Milad Maiyah Dualapanan Tahun 2024 menjadi spesial mengingat bersamaan dengan nuansa hari raya. Beberapa hari yang lalu kita bersama-sama merayakan hari saya idul fitri setelah sebulan berpuasa. Selain tumpeng, ada satu hal lagi yang identik dengan masyarakat Indonesia yaitu halal bil halal. Istilah halal bil halal berasal dari bahasa Arab “Halla atau Halala”. Kata ini memiliki banyak arti seperti menyelesaikan masalah, meluruskan benang kusut, mencairkan yang beku atau melepaskan ikatan yang membelenggu.
Halal bil halal ternyata memiliki sejarah sendiri di Indonesia. Tradisi ini merupakan tradisi asli Indonesia yang tak dapat ditemukan di negara-negara lain. Halal bil halal berasal dari KH. Abdul Wahab Hasbullah pada Tahun 1948. KH. Wahab merupakan seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH. Wahab memperkenalkan istilah Halal bil halal pada Bung Karno sebagai bentuk cara silaturahmi antar pemimpin politik yang pada saat itu masih memiliki konflik kepentingan.
Istilah halal bil halal adalah kegiatan saling bermaaf-maafan atas kesalahan atau kekhilafan di masa lalu setelah lebaran. Dengan menjaga silaturahmi ini, dapat mengubah hubungan sesama manusia dari benci menjadi senang, sombong menjadi rendah hati dan dari dosa menjadi terbebas dari dosa.
Atas saran KH. Wahab, pada Hari Raya Idul Fitri di Tahun 1948, Bung Karno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahim yang diberi judul “Halal bil halal”. Para tokoh politik akhirnya duduk satu meja. Mereka mulai menyusun kekuatan dan persatuan bangsa ke depan. Sejak saat itu, berbagai instansi pemerintah di masa pemerintahan Bung Karno menyelenggarakan halal bil halal. Halal bil halal kemudian diikuti masyarakat Indonesia secara luas (Kemenko PMK, 2022).
Milad Maiyah Dualapanan kali ini akan dimeriahkan oleh grup musik gemelan Lokananta. Sekaligus peresmian Lingkar Maiyah Lokananta Trimurjo, Lampung Tengah.
Penggiat Maiyah Dualapanan pada edisi ini mengangkat tema “Halal bil Halal Dualapanan” mengajak para sedulur, anak cucu Maiyah dan anak bangsa generasi penerus untuk mentadabburi nilai-nilai Maiyah dan saling bermaaf-maafan melalui halal bil halal dalam forum sinau bareng Maiyah Dualapanan yang akan dilaksanakan pada tanggal 28 April 2024 pukul 20.00 WIB, di panggung terbuka halaman SMP SMA Al Husna Kompleks Ponpes Al-Muttaqien Pancasila Sakti Kemiling Raya, Bandar Lampung.
(Redaksi Maiyah Dualapanan)