PAYUNG PENGABDIAN MBAH NUN UNTUK KITA

“Jika pulang dari sini dan ditanyai dapat apa, Sampean diam saja, nanti suatu saat kalian baru sadar jika kalian butuh, karena ilmu Maiyah bersifat random.”

Dawuh di atas adalah dawuh yang saya dapat dari Miayahan di Mocopat Syafa’at sekitar tahun 2016, Ketika itu hadir juga alm. Kiai Muzammil membahas dalil Allah mengenai kriteria orang yang takut kepada Allah. Beliau menjelaskan dalil Allah yang berbunyi : innamâ yakhsyallâha min ‘ibâdihil-‘ulamâ’. Potongan Surat Al Fatir Ayat 28.

Dawuh Ilmu Maiyah bersifat random ini sangat melekat di tubuh saya. Ada saja hal-hal yang di mana saya harus mengambil keputusan dan keputusan itu saya dapat dari hasil belajar dari forum Maiyah, entah itu simpul atau ngaji bareng.

Mbah Nun berhasil menjadikan Maiyah sebagai lahan belajar yang luas. Adanya Marja’ Maiyah menandakan bahwa Mbah Nun tidak asal-asalan dalam belajar, beliau tetap butuh rujukan dari para Marja’ yang sudah dipersiapkan sesuai ahlinya masing-masing.

Dalam buku yang ditulis oleh Pak Bule Ian L. Betts yang berjudul Jalan Sunyi Emha, Pak Ian menyebutkan bahwa Mbah Nun memiliki talenta yang lebih dari satu sehingga banyak definisi mengenai Mbah Nun. Ada yang mengenal sebagai sastrawan, aktivis, kolumnis, motivator seminar, kiai, seniman, ulama, dan lain sebagainya. Menurut Pak Ian Mbah Nun berhasil menjadikan dirinya sebagai tokoh masyarakat yang dicintai semua kalangan.

Contoh konkret pengabdian Mbah Nun adalah adanya simpul-simpul Maiyah yang berpusat di Jombang. Padhangmbulan menjadi forum Maiyahan yang dilakukan secara rutin selama satu bulan sekali pada tanggal 15 Jawa atau pada saat bulan purnama. Padhangmbulan bertahan hingga kini. Semangat Mbah Nun melekat di kampung halamannya, dan semangat Padhangmbulan menular di seluruh simpul di Indonesia, mulai dari Kenduri Cinta Jakarta hingga Tong’il Qoryah Korea.

Hingga di usianya yang ke-72 tahun Mbah Nun mendedikasikan dirinya untuk seluruh rakyat Indonesia yang amat dicintainya. Mbah Nun tetap rendah hati menjadi Mbahnya orang banyak, tidak masuk menjadi kontestan politik, tidak bersafari atau berjas. Mbah Nun berpakaian selayaknya masyarakat umum, menjadi pelayan dan pecinta Abdan Abdiyya.

Mbah, Kami anak-cucumu rindu. Mbah ini doa saya baca sesungguhnya untuk diri saya sendiri, yang sakit mendalam akibat rindu guru, Mbah, Sembuh nggeh. Allahumma rabban-naas adzhibil-ba`sa isyfi antasy-syaafii laa syifaa’a illaa syifaa uka syifaa’an laa yughadiru saqaman.

Lihat juga

Back to top button