NIKMATNYA BERTAWASHSHUL
Kesibukan hidup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, adalah keniscayaan yang mesti kita tempuh sebagai tanggung jawab setiap manusia dalam keluarga. Belum lagi saat menjalani kehidupan bersama khalayak masyarakat, tidak semua selalu berjalan lancar selaras pemikiran atau pun harapan pribadi.
Memang bermacam-macam persoalan setiap hari datang silih berganti. Tak jarang satu soal saja belum selesai menyusul lagi persoalan yang lebih baru. Dalam kondisi seperti itulah keterbatasan kemampuan daya pikir terkadang berat menampung problema yang hadir beruntun dan bertubi-tubi.
Oleh sebab itu, pentingnya menyiapkan waktu untuk “merestart” kembali daya tampung beban pemikiran yang sangat terbatas dalam mengoptimalkan persoalan yang tersimpan dalam jiwa dan hati ini, di antaranya lewat riyadlah Tawashshulan.
Di dalam Tawashshulan terdapat banyak hal yang sangat membantu pejalan riyadlah, terutama para Jamaah Maiyah yang tentu tidak asing lagi dengan “Laku Tawashshulan”. Ada yang melaksanakan berkelompok, ada pula menjalani sendirian, di rumah, di mushalla, ada pula yang mentirakati di area pemakaman orang-orang Saleh (para waliyullah).
Di antara muatan isi Tawashshulan ada banyak tuntunan dalam berriyadlah, urutan tata krama “sopan santun” sebelum menyampaikan permohonan kepada Allah. Buku Tawashshulan menyebutnya: QOBLIYAH
Panduan Qobliyah sangat menggugah membangunkan kenikmatan rohani pun kehidupan jika dilantunkan dengan kesungguhan yang khusyu’, karena di dalamnya ada muatan kandungan kalimat Anugrah Ilahi, Kemuliaan Allah, Kasih Sayang Allah, seruan “panggilan Asma Allah” juga sambutan Allah terhadap hamba yang mengabdikan jiwa raga kepada-Nya.
Untuk lebih lengkap tentang informasi Tawashshulan bisa didapatkan di kolom Caknun.com atau Mymaiyah.id