KUNCI PEMBUKA CAHAYA
Betapa Maha pemurahnya Allah yang telah menyiapkan segala kebutuhan manusia sebelum hamba-Nya memohon pertolongan. Namun tentu kita telah diberikan bekal amanah berupa akal guna untuk berpikir, jiwa untuk merasakan, hati untuk menentukan, jasad untuk menindaklanjuti perintah kesepakatan, antara akal, jiwa pun hati, tentu keseluruhan itu atas perkenan Allah.
Pada tulisan kemarin, tentang “Nikmatnya Bertawashshul” dalam Bab Qobliyah itu, secara langsung atau pun tidak, Mbah Nun menuntun kita agar lebih rendah diri, rendah hati serta mengutamakan kesopansantunan saat sebelum mengungkapkan sesuatu kepada Allah. Sopan dalam bertatakrama sebagai hamba dluafa, santun mengakui kelemahan diri serta memuji, mengakui kemuliaan Allah pencipta sekaligus pemilik jagad raya ini, mutlak juga tak terbantahkan.
Setelah tumbuh kesadaran diri bahwa kita adalah lemah di hadapan-Nya, maka Tawashshul menjelaskan kepada kita tentang keberadaan IFTITAH. Apa itu iftitah? yaitu “kunci pembuka pintu Cahaya”.
Dalam buku Tawashshul halaman 3 Bab 2 di sana jamaah diajak Bersama-sama membaca surat Al-Fatihah, karena Al-Fatihah menurut Al-Maghfurlah Mbah Fuad, dalam Mushaf Al-qur’an Tadabbur Maiyah halaman 13, adalah anugerah agung dari Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.
Juga berikut di halaman 14 Mbah Nun menjelaskan Al-Fatihah adalah kunci semua pandangan, teropong semua penglihatan, jalan setiap upaya penyelesaian, lebih detailnya bisa dibuka pada halaman Mushaf Al-Qur’an Tadabbur Maiyah Padhangmbulan.
Setelah Al-Fatihah, lanjut dengan pembacaan Ta’awudz dengan terus berharap memperoleh perlindungan dari Allah yang Maha Melindungi. Masih dalam Bab Iftitah, di halaman itu terdapat pula tentang Pengakuan kesalahan diri, kesadaran diri dari mana berasal dan Kembali, hingga ungkapan salam penuh rahmat serta barokah dari Allah Saw untuk kita semua.
Di penghujung akhir Bab Iftihah kita nikmati pembacaan Surat Yasin dengan khidmat, sampai berlanjut nanti di Ruang Tawashshul Salam Limalaikatillah.
Minggu, 24/09/23