MINAL FAKIR ILAL KUFUR
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah BangbangWetan Surabaya edisi Oktober 2023)
Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Na’im:
كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
Artinya: “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.”
Hadis tersebut setidaknya memiliki 3 makna, yaitu:
- Orang-orang miskin harus selalu hati-hati atau waspada terhadap kemiskinannya. Hal ini disebabkan keadaannya yang serba kekurangan dapat menggodanya untuk melakukan kemaksiatan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
- Hadis tersebut juga sebagai peringatan kepada orang kaya bahwa kemiskinan yang dialami saudara-saudaranya yang miskin dapat mendorongnya kepada kekufuran, baik kufur dalam arti murtad atau ingkar akan adanya Tuhan maupun kufur dalam arti ingkar terhadap perintah dan larangan Allah Swt.
- Kemiskinan itu ada dua macam, yakni kemiskinan materiel dan spiritual. Yang dimaksud kemiskinan materiel adalah keadaan kurang atau miskin dari harta benda duniawi. Sedangkan yang dimaksud kemiskinan spiritual adalah kemiskinan yang tidak ada kaitannya dengan kekurangan harta benda duniawi, tetapi terkait dengan kurangnya iman atau jiwa.
Pada prolog kali ini, kita batasi masalah pada poin ketiga saja, terutama tentang kemiskinan spiritual. Karena seperti yang kita ketahui bersama, saat ini sedang ramai-ramainya di jagat pemberitaan televisi, berseliweran juga di lini masa media maya, bahkan obrolan di tongkrongan kita tentang hal-hal yang berkaitan dengan pencalonan bakal presiden untuk pemilu tahun depan. Hal itu rasanya tak bisa kita elakkan dari keseharian kita. Tak perlu apatis dan rasanya tak perlu juga untuk masuk terlalu dalam ke ingar bingarnya. Cukup nikmati dan berselancar saja di atas ombaknya.
Namun, berkaca pada pemilihan presiden sebelumnya, kita bisa mengambil pelajaran bahwa ada saja pihak-pihak yang rela gontok-gontokan dengan sesama warga negara Indonesia hanya karena beda lambang organisasi, partai politik, dan pilihan presiden. Tentu masih lekat di benak kita tentang dua entitas yang bernama Cebong dan Kampret, bukan!? Tak jarang pula kita yang sebenarnya gak ikut-ikutan, turut terseret pula ke dalam ombak perseteruan mereka.
Pada kasus semacam itulah efek dari kemiskinan spiritual mulai menampakkan diri. Coba saja kalian amati, apakah pemeran utama dari perseteruan itu adalah sosok yang tak berpendidikan!? Rasanya tidak. Banyak lho dari mereka yang merupakan tamatan S3, seorang dokter, dosen, bahkan profesor. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah mengapa mereka melakukan itu!? Salah satu bahaya dari kemiskinan spiritual adalah penderitanya tidak merasa bahwa mereka miskin. Beda sekali dengan kemiskinan materiel yang biasanya disadari oleh penderitanya. Hal itulah yang akhirnya membuat ruwet dalam mengatasi masalah kemiskinan spiritual. Bayangkan saja bagaimana mau menyembuhkan kalau penderitanya saja tidak tahu kalau dia sedang sakit. Inilah yang cepat atau lambat akan menyeret penderitanya ke lembah kekufuran.
Kita sebagai anak-cucu Maiyah tak bisa mengelak dari yang namanya “pesta” 5 tahunan itu. Tetapi kita yakin bahwa kita bisa untuk tidak ikut-ikutan memperkeruh suasana. Mari kita tunjukkan pada mereka bahwa kita adalah generasi kaya spiritual. So, sembari ngopi kita saksikan saja apa yang akan terjadi ke depannya, serta kita obrolkan segala tentang tahun pemilu agar jangan sampai kita juga miskin pengetahuan dan pemahaman sehingga kita ikutan kufur. Di mana lagi kalau bukan di BangbangWetan Oktober 2023.
[Tim Tema BangbangWetan]