BAHTERA DOA
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Bangbang Wetan Surabaya edisi Mei 2024)
Bismillahirrahmanirrahim
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kehancuran.”
(Q.S. Nuh: 28)
Potongan ayat di atas menjadi behind the scene kami untuk membuka banyak pintu tadabbur atas kekuasaan Gusti Allah.
Dalam Q.S. Surah ke-71 tersebut, Allah benar-benar memberi pelajaran yang mahal atas sebuah peringatan dan sebuah kasih sayang terhadap kaum Nabi Nuh. Bahkan sampai di satu titik, Nabi Nuh merelakan anak istrinya hanyut karena kebenaran dan hanya orang-orang berimanlah yang mampu berpikir bahwa Bahtera Nuh adalah harapan yang dititipkan oleh Allah untuk umat terbaik.
Dalam Al-Quran dan Injil pun sangat gamblang dijelaskan bagaimana perjuangan Nabi Nuh dalam mendesain, memotong kayu, dan merakit kapal di atas gunung untuk menyelematkan kaumnya. Tetapi yang terjadi justru mereka mencemooh, bahkan membuang hajat di dalam kapal tersebut, hingga pada akhirnya Tuhan menurunkan air bah yang menutupi semua benua.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah:
- Mengapa ada kaum yang membelot?
- Mengapa ada kaum yang sadar?
Jika di zaman itu telah ada sosial media, mungkin Nabi Nuh sudah menjadi “bancakan” netizen dengan berbagai hujatan.
Tapi sebentar, ini bukan tentang kapal, tetapi ini tentang kebenaran dan perjuangan anak manusia.
Hari ini banyak terjadi sebuah kebenaran yang sudah tidak tampak sebagai cahaya. Kebenaran terlihat seperti api yang sangat panas sehingga banyak yang mencoba memadamkan.
Bertahun-tahun Mbah Nun berkeliling Indonesia, bercucuran keringat, mengumpulkan “kayu-kayu” kesejatian, penderitaan demi penderitaan dilalui hanya untuk merakit bahtera yang Allah titipkan kepada beliau. Bahtera itu bernama MAIYAH. Sampai saat ini air mata, doa, dan keringat beliau tidak pernah dapat tergantikan dengan apapun. Bahkan 1000 nilai APBN negara tak sanggup menggantikan jasa beliau.
Sebentar lagi tiba momen merayakan kelahiran Guru kita tercinta. Oleh karena itu, mari kita melingkar kembali di Bangbang Wetan, kita hadiahkan doa terbaik untuk beliau.
Sugeng Ambal Warsa, Mbah…
Mohon maaf, selama ini kami belum bisa memberi yang terbaik.
Semoga engkau selalu diberi kebahagiaan oleh Allah.
Innamaa amruhuuu idzaaa araada syai’an ai-yaquula lahuu…
kun fa-yakuun…
(Redaksi Bangbang Wetan)