MANJAU PEDOM

(Meniti Perjalanan Sejarah Lampung II Dari Kepaksian Skala Brak dan Zaman Kesultanan Banten: Majelis Maiyah Dualapanan Lampung Edisi Oktober 2022)

Perjalanan sejarah Lampung I pernah digelar pada Maiyah dualapanan sekitar 3 tahun silam, yakni sekitar tahun 2019, ketika itu pentingnya mengetahui sejarah perjalanan Lampung dimulai dari selintas sejarah Keratuan Darah Putih dan Raden Intan II. Bahwa Ratu Darah Putih adalah keturunan dari Sunan Gunung Jati yang beristrikan Putri Sinar Alam dari Keratuan Pugung yang melahirkan ratu darah putih dan keturunannya sampai pada Raden Intan II yang dikenal sebagai pahlawan nasional. Itulah selintas mengenang perjalanan sejarah Lampung. Pada waktu sinau bareng ketika itu dihadiri oleh Bapak Budiman dan masih ada kerabat dari keturunan Raden Imba Kesuma dari Kahuripan Kalianda Lampung Selatan. Kehadirannya atas restu dari Dalom penerus dari Perjuangan keluarga besar Raden Intan.

Sejarah telah diungkap dan dijelaskan pada sinau bareng Maiyah dualapanan yang bertempat di Aula Kiyai Tohar di kompleks Ponpes Al Muttaqien, hadir juga membersamai dari Harian Lampung Post ketika itu dan jamaah Maiyah Lampung, baik hadir secara langsung, maupun mengikuti melalui streaming yang disiarkan oleh Maiyah Dualapanan.

Setelah kurun waktu tiga atau empat tahun, maka perlu menggugah kembali semangat untuk membangun Lampung dari berbagai sisi kehidupan, sederhananya melalui pemahaman tentang sejarah Lampung dimulai dari Raden Intan II, dan sekarang meniti sejarah Lampung melalui selintas masyarakat adat Lampung Pepadun. Hasil penelitian Nella Shafira yang meneliti tradisi Manjau Pedom pada adat Lampung Pepadun menjadi inspirasi untuk meneliti lebih lanjut tentang perjalanan sejarah Lampung. Hal ini dapat diungkap sebagai berikut.

Pertama, Asal-usul masyarakat adat Lampung Pepadun, menurut kitab Kuntara Raja Niti, bahwa orang Lampung (Abung, Pubian, Pesisir dan lain-lain) berasal dari pagaruyung Putri Kayangan dari kuala tungkal, kerabat mereka menetap di Skal Brak, maka cucunya Umpu Serunting (Sidenting) menurunkan lima orang anak laki-laki, yaitu : Indra Gajah (menurunkan orang Abung), Belenguh (menurunkan orang pesisir), Pa’lang (menurunkan orang pubian), Panan (menghilang), dan Sangkan ( diragukan keberadaannya).

Lihat juga

Setelah masuknya Islam yang disebarkan oleh empat orang putra raja Pagaruyung di Skala Brak, yaitu Umpu Berjalan di Way, Umpun Belunguh, Umpu Nyerupa, dan Umpu Peranong, mereka membentuk persatuan yang bernama Paksi Pak (4 bersaudara), yang menjadi cikal bakal Paksi Pak.

Kedua, Suku Asli Lampung atau dikenal dengan suku Tumi mereka kalahkan pohon lemasa kepampang tersebut ditebang dan dibuat menjadi pepadun, sejak saat itulah paham animisme terkikis dari tanah Skala Brak, dan hingga saat ini suku Lampung memadukan pengesahan atau ngaduan untuk mentahbiskan bahwa orang yang duduk di atasnya adalah raja, dan pepadun diabadikan menjadi salah satu nama adat istiadat Lampung yaitu adat Lampung Pepadun yang abadi sampai sekarang. Selanjutnya nama tempat penobatan penyimbang di Paksi Pak Skala Brak yang beradat dari Sai Batin. Sedangkan pengangkatan marga-marga keturunan Paksi Pak Skala Brak yang berada Sai Batin di Pesisir Krui dan Pesisir Teluk Semaka.

Ketiga, pada perjalanan sejarah kurun waktu abad ke-16 pada zaman kesultanan Banten, masyarakat adat pepadun terdiri dari: (a) Abung Siwo Mego. Yang mendiami Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih dan Terbanggi; (b) Mego Pak Tulang Bawang. Masyarakat Tulang Bawang mendiami empat wilayah adat: Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga. (c) Pubian Telu Suku. Masyarakat Pubian mendiami wilayah adat: Tanjungkarang, Balaw, Bukujadi, Tigeneneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung; (d) Sungkai Bunga Mayang Buay Lima Way Kanan. Masyarakat Sungkai Bunga Mayang-Buay Lima Way Kanan mendiami Sembilan wilayah Adat: Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkai, Bungan Mayang, Belabangan Umpu, Baradatu, dan Kasui.

Selintas mengenal masyarakat Lampung dan informasi di atas masih sangat kurang untuk memahami sejarah perjalanan Lampung, namun setidaknya mukadimah ini menjadi rujukan untuk sinau bareng atau bermaiyah dalam rangka mencarai hikmah tentang ilmu pengetahuan, khususnya pada lintas kesejarahan di Lampung. Perkembangan masyarakat di Provinsi Lampung sudah sejajar dengan daerah lain di luar pulau Jawa, dan bahkan percepatan pembangunan insfrastruktur, pertanian, perkebunan, pariwisata, perdagangan dan bahkan sudah masuk jajaran swasembada pangan yang kelebihannya bisa mendukung daerah lain yang kekurangan. Pemekaran daerah kabupaten dan kota menunjukkan semangat otonomi daerah dengan pembangunan di berbagai bidang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Lampung dengan berbagai slogan, motto dan atau visi misi pada masing-masing kabupaten dan kota setidaknya sudah menjadikan semangat untuk membangun daerahnya masing-masing tanpa mengabaikan landasan konstitusional, falsafah, dan kearifan lokal masyarakat Lampung.

Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih mendalam, maka hadirilah sinau bareng atau Maiyah di majelis Maiyah Dualapanan yang berlokasi di halaman sekolahan kompleks Ponpes Al Muttaqien, Jl. I. Bonjol Gg. Terong No. 29 Kemiling Raya Bandar Lampung. Hadir untuk sinau bareng, bergembira dan memberikan kegembiraan yang dilandasi kasih sayang dalam bingkai shalawat kepada Nabi Muhammad Saw., bershadaqah untuk negara, tanpa diskriminasi, ikhlas untuk kebaikan dan kejayaan negara dan bangsa.  InsyaAllah akan dihadiri narasumber sdr. Nella Shafira dkk, Ustadz yang memberi pencerahan keagamaan, budayawan, sedulur dari mhs/I Unila, UIN RIL, Teknokrat, Umitra, Malahayati, Polinela, STIT Pringsewu dan komunitas lainnya dari lingkar Maiyah Pugar (Pugung Raharjo Lampung Timur), Lingkar Maiyah Rejo sewu (Pringsewu), sedulur dari Tanggamus, Lampung Selatan. Jam’iyah tidak banyak, tetapi cukup mewakili dan membersamai dalam sinau bareng dan diiringi 28-an Band yang siap memberikan suguhan yang bisa menyatukan, merasakan sentuhan seni, menyedulurkan dalam ikatan iman dan taqwa kepada Allah Swt. Insya Allah. Amin. (Redaksi Maiyah Dualapanan Lampung)

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button