WAH WEH WOH

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Dusun Ambengan Lampung edisi Mei 2023)

Ngundhuh wohing pakarti. Dalam falsafah luhur Jawa sangat sarat makna, terutama pada proses perjalanan sebab-akibat, awal-akhir kehidupan manusia. Setiap kita dalam hidup ini layaknya menyemai pohon, dan kita diberikan otoritas oleh Allah Swt. untuk merawat dan menjaga kelangsungan ekosistem semesta alam. Nanti pada akhirnya, pohon tersebut akan membuahkan hasil seperti apapun, itu mutlak hak prerogatif Allah Ta’ala yang berkuasa. Kewajiban kita adalah menyemai, merawat, menjaga, dan bersungguh-sungguh ngerumat.

Pada rutinan Maiyah Dusun Ambengan bulan Mei 2023 atau edisi ke-88 kali ini, usungan tema “WAH WEH WOH” tersebut, sama sekali tidak padat pada kontekstual Jawa sentris. Secara garis besar WAH WEH WOH mengandung esensi dasar kesadaran sangkan-paran, asal-muasal, sebab-akibat, awal-akhir. Sehingga memang sangat dibutuhkan oleh setiap kita untuk merenungi diri, memompa selalu kesadaran “fa may ya’mal miṡqāla żarratin khairay yarah” hingga “wa may ya’mal miṡqāla żarratin syarray yarah” setiap saat. 

Semua makhluk hidup jelas ada sumber asal utamanya, dan alasan primer kenapa kita sekalian dicipta sebagai khalifah di bumi ini. Apalagi kemudian dipinjami kemampuan untuk berkontribusi atas tata kelola kehidupan makhluk Tuhan yang lain. Jadi dalam setiap sendi-sendi kehidupan, kita selalu berbekal neraca sangkan paran untuk mempertimbangkan segala perbuatan. Berdharma bakti dalam kebaikan ataukah justru keburukan yang kita pilih. Karena setiap butir kebaikan atau keburukan yang kita lakukan, niscaya balasannya akan kembali kepada diri sendiri. 

Dalam menjalankan prinsip-prinsip ajaran tentrem, orang Jawa kontemporer memiliki tindakan “Wah” di mana mereka mengartikan suatu tindakan atau perbuatan manusia berdasarkan panca indera. Namun karena keterbatasan panca indera, maka selanjutnya kita perlu mendayagunakan akal budi yang kemudian dikonfirmasikan dengan hati nurani. Tindakan selanjutnya yaitu “Weh” di mana sebuah tindakan bisa individu bisa juga kolektif sifatnya paweh (saling memberi), saling mengkontribusi antar sesama. Setiap individu maupun kelompok harus tumbuh kesadaran dono weweh sebab saling memberi itu bukan hanya saja dalam hal materi (kebendaan) bisa juga yang nonmateri. 

Sedangkan “Woh” sendiri diartikan sebagai akibat dari sebuah sebab sebelumnya. Adalah buah dari benih-benih yang kita tanam di masa lalu. Berupa reaksi dari sebuah aksi yang sebelumnya dilakukan. Jadi, mekanisme wah weh woh boleh jadi memang kehendak Allah sendiri atas kehidupan manusia. Dan siapapun makhluk-Nya jelas harus tunduk patuh pada Sunnatullah tersebut.

“Wah Weh Woh” dapat pula diterjemahkan dan dimaknai pada spektrum yang lebih luas. Bisa jadi mekanisme “wah weh woh” tersebut relate dengan keseharian dan atau aktivitas kita sehari-hari dalam berkehidupan secara individu, berkeluarga, bermasyarakat, bahkan mungkin dalam skala bangsa. Untuk bersinau bersama tentang wah weh woh yang lebih meluas, kita melingkar kembali pada Sabtu Pahing, 06 Mei 2023 Pukul 20.00 WIB di Rumah Hati Lampung, Dusun IV Margototo, Metro Kibang – Lampung Timur.

(Redaksi Maiyah Dusun Ambengan)

Lihat juga

Back to top button