Anane Mung Tresna
Liputan Majelis Ilmu Tasawwuf Cinta, Januari 2023
Memasuki tahun 2023, Sabtu malam Ahad 7 Januari, adalah rutinan pertama untuk tahun ini. Perjalanan sampai Edisi ke-76 kami hadapi dengan susah senang, terseok seok, jatuh bangun. Rintangan kami lalui dan Alhamdulillah rutinan Majelis Ilmu Maiyah Tasawwuf Cinta Nganjuk terlaksana sampai saat ini, demikian cuplikan pembacaan prolog oleh Mas Arif Nasrul dalam suasana khidmat dan penuh kebahagiaan.
Maiyah Tasawwuf Cinta edisi kali ini dihadiri cukup banyak jamaah. Malam bulan purnama dengan hawa yang segar dan cuaca yang cerah mendukung suasana rutinan.
KH. Bhustanul Arifin, Kyai Mahmud, Ustadz Saleem Arrofik, dan Mbah Azizi yang bergelut dalam bidang Mocopat dan benda pusaka hadir bersama kami.
Rutinan diawali bacaan Surat Al-Fatihah, lagu Indonesia Raya, Yaalal Wathon, pembacaan ayat suci Al-Quran, dan Shalawat Barzanji. Diskusi tema adalah acara pada sesi berikutnya.
Ustadz Saleem Arrofik membacakan Surat Al-Baqarah ayat 142 yang isinya menceritakan perpindahan kiblat shalat di zaman Rasulullah Saw. Ayat ini juga menerangkan bahwa orang bodoh jangan sampai kita anut karena akan merugikan diri kita sendiri.
Selanjutnya kami memberikan kesempatan kepada Mbah Azizi untuk mendendangkan Syair Mocopat.
Melanjutkan sesi diskusi ada pertanyaan untuk audiens yang disampaikan Mas Arif: “Apakah Maiyah harus ada?”
Bapak Sulisno merespons bahwa Maiyah harus tetap ada karena dapat menambah khasanah ilmu kita dari berbagai sudut pandang. Maiyahan juga menjadi ajang silahturahmi.
KH. Bhustanul Arifin memberikan wawasan bahwa perpindahan kiblat shalat waktu zaman Rasulullah didasari oleh perintah Allah. Saking cintanya kepada Allah, kanjeng Nabi Muhammad Saw tidak peduli apa yang dikatakan orang sekitarnya. Beliau mematuhi perintah-Nya.
Tepat pukul 23.40 WIB acara ditutup doa dan bersalam-salaman dengan diiringi lagu Hasbunallah.
Tasawwuf Cinta Januari 2023
(Redaksi Tasawwuf Cinta)