DISTRIBUSI SUMBER DAYA
(Memetik dan Merespons Ilmu dari Mocopat Syafaat edisi 17 Februari 2023)
Kalau penggiat Padhangmbulan di Jombang menamai dirinya dengan Omah Padhangmbulan, sedangkan di Mocopat Syafaat penggiat-penggiatnya berhimpun dalam circle yang dinamai dengan Lingkar Keluarga Mocopat Syafaat atau disingkat LKMS. Keduanya adalah dua dari lima Simpul Induk yang telah berpuluh-puluh tahun senantiasa menjaga keistiqomahan ber-majelis ilmu.
Tadi malam, dulur-dulur LKMS dibersamai oleh Mbah Nun, Mas Sabrang, dan Pakde-Pakde KiaiKanjeng bersama-sama menghidupkan Majelis Ilmu di Mocopat Syafaat edisi Februari 2023. Ada sejumlah bahasan substansial dielaborasi malam hari tadi, di antaranya mengenai kesetiakawanan sosial di dalam circle. Dan dielaborasi juga tentang value, strategi, dan rencana yang lazimnya berlaku di dalam sebuah komunalitas.
“Kerekatan atau cohesiveness apa yang dialami dalam sesrawungan di Maiyah?,” demikian Mbah Nun memberikan pantikan. Salah satu respons yang amat baik disampaikan oleh Angga dari LKMS, bahwa jangan sampai kita sebagai satu keluarga—di Maiyah ini kecolongan ketika ada dulur yang ketulo-tulo hidupnya. “Urip podo kerene rapopo, ning yo ojo nganti tingkat fakir,” ujarnya.
Dorongan untuk peduli dan memperhatikan satu sama lain di dalam circle semacam di atas, oleh Mbah Nun kemudian direspons bahwa hal tersebut adalah manifestasi dari sikap batin ‘azīzun ‘alaihi mā ‘anittum ḥarīṣun ‘alaikum bil-mu`minīna ra`ụfur raḥīm. Ini pendaran dari sikap batin Kanjeng Nabi yang berat terasa merasakan penderitaan orang lain dan senantiasa mendoakan keselamatan bagi mereka.
“Berangkat dari rasa saling peduli, maka memang babagan ekonomi menjadi tidak bisa dinafikan,” ujar Angga. Tak bisa dipungkiri memang, bagi sebagian kalangan diskusi topik ekonomi masih menjadi momok. Dan pada kesempatan malam hari tadi, Angga menurut saya telah berkontribusi menghadirkan definisi apa itu berekonomi secara lebih luas.
Bahwa menurutnya, babagan ekonomi yang ia maksud bukan kemudian berarti akumulasi kapital di satu pihak. Akan tetapi, Ia menjelaskan bahwa ekonomi di sini lebih kepada unsur-unsur di mana mekanisme ekonomi memungkinkan untuk dilangsungkan, yakni produksi, konsumsi, dan distribusi.
Misalnya kita dapat memilih berfokus pada distribusi sumber daya. Si A mempunyai kelebihan, si B mempunyai kekurangan, lalu disambungkan. Kelebihan dan kekurangan di sini tidak melulu hanya bondo atau upo, tetapi termasuk juga skill, networking dan juga informasi. Angga kemudian mencontohkan, “Membagi informasi tempat kulakan yang lebih murah ada di mana, itu bisa membantu orang lain untuk berhemat.”
Saya berpendapat bahwa momok mendiskusikan topik ekonomi memang berangkat dari pengertian yang sempit tentang berekonomi sekedar mobilisasi kapital kepada subyek tertentu. Terlebih sejumlah praktek berhasil dan gagal kerap dialami. Sebab memang keduanya adalah keniscayaan di dalam berbisnis yang tidak dapat dihindari. Eman memang apabila hal semacam itu justru memicu renggangnya sesrawungan.
Maka, dengan pendefinisian yang lebih luas tentang berekonomi adalah membangun distribusi sumber daya, mestinya ekonomi tidak menjadi topik yang menjadi momok lagi. Alih-alih, bersama-sama mencari metodologi atau pendekatan yang paling bisa diuji coba dan diaplikasikan di dalam circle masing-masing.
Apa yang dicontohkan Angga dengan pertukaran kelebihan atau potensi di atas adalah contoh dari pendekatan matchmaking program. Kemudian tawaran lainnya yang memungkinkan untuk dikerjakan adalah pendekatan talent pool management. Dan masih banyak pendekatan lainnya yang bisa kita rancang dan terapkan.
Apakah hal di atas adalah sesuatu yang urgent dan importart, atau sekadar sesuatu yang awang-awang saja? Pertanyaan saya ini terjawab oleh respons Angga berikutnya. “Ini utamanya adalah untuk langkah-langkah basic survival,” Angga mengurai. “Survival atau ilmu bertahan hidup itu tidak hanya di keadaan yang genting, serba kepepet. Hari ini kita wang-sinawang. Merasa semua sedang baik-baik saja, tetapi jangan salah, banyak juga teman-teman yang butuh dibantu untuk bertahan hidup, sedangkan mereka tidak tahu harus sambat kemana.”
Oleh karena itu, amat baik kiranya bila kita hari ini bersama-sama kita berfokus pada distribusi sumber daya, dengan mengeksplorasi sejumlah pendekatan yang mungkin untuk diterapkan. Adapun berekonomi dalam artian akumulasi kapital kepada satu pihak, Marja Maiyah Almarhum Cak Fuad pada tahun 2018 pernah menawarkan sebuah pendekatan yakni konsep wakaf produktif. Nanti kita bahas pada tulisan yang lain.