BANGBANG WETAN SINAU PERADABAN MARITIM DAN KURIKULUM MAIYAH

(Catatan Majelis Ilmu Maiyah Bangbang Wetan Surabaya, Jumat 2 Juni 2023) 

Tiga hari berturut-turut Mbah Nun Maiyahan di tiga tempat. Kamis, 1 Juni 2023, pagi hingga siang hari Mbah Nun dan KiaiKanjeng Maiyahan bersama seluruh karyawan PT PAL Indonesia yang digelar indoor di Hanggar Kapal Selam PT Indonesia di kawasan TNI AL Perak Surabaya. Jumat, 2 Juni 2023, Mbah Nun hadir di Majelis Ilmu Maiyah Bangbang Wetan edisi Juni 2023 di Pendopo Taman Budaya Cak Durasim, Genteng, Surabaya. Sabtu, 3 Juni 2023, Mbah Nun hadir di Majelis Ilmu Maiyah Padhangmbulan edisi Juni 2023 di halaman Ndalem Kasepuhan, Menturo, Sumobito, Jombang,

Pada Majelis Ilmu Bangbang Wetan, Jumat 2 Juni 2023, tepat pukul 22.00WIB, Mbah Nun hadir bersama Pak Kaharuddin Djenod Direktur PT PAL Indonesia, Pak Zainal Arief Direktur Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia, dan Pak Suko Widodo. 

Iki alon-alon tapi efektif, ya. Jadi mlakune gak usah kesusu-kesusu gak usah grusa-grusu tapi siratal mustaqim e jelas dan kudu totok, ya!. Setiap orang harus mengambil keputusan itu!” (Ini pelan-pelan tapi efektif, ya. Jadi berjalannya tidak usah terburu-buru tapi sirathal mustaqim-nya jelas dan harus sampai ya. Setiap orang harus mengambil keputusan itu!). ” Demikian Mbah Nun memberikan pengantar.

Malam itu Mbah Nun membagi jalannya Sinau Bareng menjadi dua tahap. Tahap pertama, Sinau Bareng dengan Bapak Kaharuddin Djenod. Pak Kahar, sapaan akrab beliau, dulu lama tinggal di Jepang. Beliau memutuskan pulang ke Indonesia karena menurutnya Indonesia adalah tanah air untuk hatinya yang beliau sebut Huma. Bagi Mbah sendiri Huma adalah rumahnya ruh dan hati kita. Kita boleh mempunyai rumah di mana saja, tapi huma itu di mana hati kita manggon atau menetap dan sakinah. Huma Pak Kahar adalah Indonesia dan masa depannya.

Tahap kedua, Kurikulum Maiyah untuk masa depan bangsa dan umat manusia. Mbah Nun bercerita, kita sekarang ini berada pada tahap yang penting bagi Jamaah Maiyah. Artinya Mbah Nun sedang bergerak untuk melakukan suatu hal yang cukup besar bagi Maiyah. Pesan Mbah Nun, pokoknya pelan-pelan dulu, nanti pada saatnya tiba nanti kita lakukan. Teman-teman Maiyah harus siap pikiran, hati dan semua maintenance dari kehidupan kita harus siap.

Membangun Peradaban dengan Membangun Industri Kapal

Tahap pertama, kita Sinau Bareng dengan Pak Kahar yangmenurut Mbah Nun bukan semata karena beliau adalah direktur PT PAL, melainkan lantaran beliau mempunyai cara berpikir yang berbeda dari kebanyakan pejabat dan para intelektual di Indonesia. Misalnya, Pak Kahar menyatakan bahwa semua peradaban dimulai dari adanya industri perkapalan. Jadi, dari Nabi Adam sampai Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah jutaan manusia yang hidup pada masa itu. 

Peradaban manusia itu dipuncaki ketika menjadi kufur di zaman Nabi Nuh dan Allah marah. Dua pertiga luas bumi dihabiskan dengan adanya banjir, dan sebelum itu Nabi Nuh diperintah Allah untuk membuat kapal. Di dalam kapal itu penumpang manusianya sekitar 126-128 orang serta binatang 1050 pasang. Mbah Nun mengira sekarang ini tidak ada galangan kapal di mana terdapat maintenance kapal seperti yang dibuat Nabi Nuh. Sebab, kapal Nabi Nuh pada waktu itu memuat berbagai macam binatang dari besar sampai terkecil seperti lebah, ulat, kutu, ketonggeng dll. 

Tidak mudah sama sekali menciptakan tata ruang seperti di kapal Nabi Nuh untuk menampung berbagai macam binatang dan manusia dan tidak boleh ada populasi. Tidak boleh ada penambahan penduduk di kapal karena tidak ada kejelasan selama di kapal kapan banjir akan berhenti. Jadi Nabi Nuh membuat aturan dan maintenance internal kapal sedemikian rupa supaya penumpang di kapal tidak bertambah. 

Mbah Nun mempunyai pikiran ‘iseng’ tentang maintenace internal kapal Nabi Nuh supaya populasi penumpang kapal tidak bertambah. Mbah Nun bercerita, seluruh alat kelamin penumpang kapal dicopoti dan disimpan di gudang. Sehingga ketika kapal bersandar dan penumpang kapal turun di Turki Selatan itu mereka berebut alat kelamin yang disimpan di gudang. Waktu itu yang menang adalah kuda karena larinya paling cepat. Karena dia sampai lebih dahulu di gudang alat kelamin dia pokoknya mengambil dan memakai alat kelamin yang paling besar sendiri. Ketika Mbah Nun bercerita ini jamaah yang hadir tertawa terpingkal-pingkal. Keisengan pikiran Mbah Nun yang diceritakan itu tidak ada sanad dan referensinya. Mbah Num berpendapat bahwa cerita itu dibuat semata-mata untuk menikmati sejarah dan ciptaan Allah. 

Setelah Mbah Nun memberi pengantar tentang Pak Kahar dan Kapal Nabi Nuh, Pak Kahar mengajak jamaah membayangkan terlebih dahulu seberapa besar kapal Nabi Nuh. Kapal Nabi Nuh dibangun ketika besi belum ditaklukkan. Besi baru ditaklukkan ketika zaman Nabi Daud. Masa awal-awal besi baru ditaklukkan adalah ketika besi digunakan sebagai baju perang pada masa Nabi Daud. 

Nabi Nuh membuat kapal hanya menggunakan material kayu dan batu. Kapal Titanic yang besar itu panjangnya 273 meter. Kapal induk Amerika Serikat yang sekarang ini panjangnya antara 275-375 meter. Kapal itu dibangun dengan logam baja oleh sekian juta orang dan dibangun dengan infrastruktur raksasa. Sedangkan kapal Nabi Nuh dibangun di atas gunung hanya dengan kayu dan batu selama 100 tahun. Kapal Nabi Nuh dibangun oleh 300 orang. Panjang kapal Nabi Nuh yang paling moderat yang diambil dari tasfir Ibnu Katsir adalah 1000 hasta. Kalau kita menghitung kapal itu dengan hasta orang sekarang yang panjangnya setengah meter, artinya panjang kapal Nabi Nuh adalah 500 meter. Kapal Nabi Nuh jauh lebih besar dan panjang dari kapal induk Amerika Serikat. 

Nabi Nuh dengan kesabarannya membangun kapal selama 100 tahun karena yakin atas dasar perintah Allah. Walaupun setiap hari dalam pembuatan kapal mendapat cemooh dari umat yang ingkar kepadanya. Setelah itu terjadi banjir besar yang menenggelamkan seluruh permukaan bumi. Banjir itu menghilangkan semua peradaban yang pernah tumbuh di bumi. Kemudian menyisakan satu peradaban kaum Nabi Nuh. Peradaban kaum Nabi Nuh yaitu orang-orang diperintahkan Allah membangun kapal. 

Membangun Industri Maritim demi Kejayaan Negeri

Peristiwa peradaban baru yang dimulai dari industri kapal ini diambil hikmahnya pada zaman Turki Usmani atau Ottoman yang menguasai hampir sepertiga dunia. Pada zaman Turki Usmani setiap pemimpin selalu ingin tampil yang terbaik dengan menyerang Konstantinopel namun selalu gagal. Hal itu untuk merealisasikan hadits Rasulullah: Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah penakluknya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya. (HR. Ahmad).

Muhammad Al-Fatih, pemimpin baru Turki Usmani yang berusia 23 tahun berhasil menaklukkan Konstantinopel setelah 800 tahun sejak hadits itu disampaikan Rasulullah. Al-Fatih berhasil merebut benteng Konstantinopel karena mengikuti sunnatullah yang telah dilakukan oleh Nabi Nuh. Al-Fatih belajar dari peristiwa Nabi Nuh yaitu untuk membangun suatu peradaban, maka membangun kapal atau teknologi maritim merupakan sunnatullah dalam membangun peradaban tersebut. 

Al-Fatih pada waktu itu dalam kurun waktu satu tahun mampu membangun 100 kapal perang. 100 kapal perang ini yang menjadi cikal bakal untuk menghancurkan dinding benteng Konstantinopel yang selama beratus tahun sulit dihancurkan. Kota Konstantinopel beserta simbol kota yaitu Hagia Shopia berhasil direbut oleh Al-Fatih. 

Allah menunjukkan kepada kita bahwa untuk membangun peradaban besar seperti Turki Usmani lebih dahulu yang dilakukan adalah membangun industri maritim. Setelah itu, Eropa, termasuk Inggris, meniru apa yang telah dilakukan Turki Usmani. Mereka berbondong-bondong membangun industri maritimnya, sehingga Inggris mampu menguasai dua perlima dunia ketika performa Turki Usmani mulai turun. Inggris mampu menguasai dua perlima dunia karena angkatan lautnya kuat. Angkatan lautnya kuat karena industri maritim yang kuat dibangun di Inggris. Kemudian langkah tersebut ditiru oleh Amerika dan Jepang. 

Kemudian giliran Korea pada 1960 baru membangun maritimnya. Hyundai dan Samsung yang utama membangun industri maritim Korea. Baru pada tahun 2000-an derivatif industrinya membangun otomotif, gadget, dsb. Tahun 1975 China juga mulai membangun industri maritimnya. Seperti yang kita lihat sekarang China telah menjadi pabriknya dunia.

Urutannya seperti itu. Maka selanjutnya siapa yang mendapat giliran itu? Karena Allah berjanji akan mempergilirkan kejayaan dan kemenangan kepada negeri-negeri itu secara bergantian. Indonesia belum mendapat giliran itu. Maka ini menjadi tanggung jawab kita semua terutama pada generasi muda supaya pantas menjadi pemimpin dunia, dengan cara berpikir maritim dengan membangun industri maritim.

Kurikulum Maiyah

Tahap Kedua, sekaligus merespons paparan Pak Kahar, Mbah Nun mewedar tentang Kurikulum Maiyah untuk masa depan bangsa dan umat manusia.

“Kita ‘kan tidak punya urusan teknis-pragmatis dengan pemilu 2024. Tapi kita punya hak sebagai bangsa Indonesia dan manusia untuk berdoa. Kita memohon kepada Allah agar mulai 2024, siapapun presidennya, mulai timik-timik berpikir maritim. Kabinetnya berpikir dengan pikiran maritim. Semua kabinetnya di-set up berdasarkan pemikiran maritim. Dan menentukan semua policy masa depannya berdasarkan dasar berpikir kemaritiman itu. Nanti sepuluh tahun lagi mudah-mudahan sudah kabinet maritim. Indonesia sudah mendapat jatah (memimpin dunia) dari Allah,” papar Mbah Nun. 

Lebih lanjut Mbah Nun mengemukakan, tugas kita sebagai bangsa Indonesia dan Jamaah Maiyah untuk masa depan bangsa dan negara Indonesia adalah melaksanakan Kurikulum Maiyah. Kurikulum Maiyah ada empat:

1. Jangan punya masalah dengan Allah.

Jangan punya masalah dengan Allah kalau kita kembangkan adalah baik-baik dan berusaha disayang oleh Allah, dituntun, dan ditempatkan di tempat yang setepat-tepatnya yang bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang.

2. Shadaqah kepada sesama manusia dan alam.

Kita hidup diniati shadaqah saja. Seluruh urusan mahdhoh dari Allah yang ada di dalam syariat Islam itu 3,5 persen. Syariat Allah yang kemudian disebut Syariat Islam itu termasuk ibadah di dalam Rukun Islam. Sisanya 96.5 persen itu syariat hidup kita. Pendidikan setiap anak sejak kecil kalau bisa diajari untuk membuat syariat sendiri-sendiri asal tidak melanggar syariat Allah. Syariat hidup kita misalnya harus bangun pagi, buang air kecil, wudhu setelah itu shalat Shubuh. 

Setiap anak dan setiap Jamaah Maiyah harus mengambil keputusan menentukan syariat hidup hidup kita itu apa. Kita harus menikah itu syariat. Ketika buang air besar harus cewok itu syariat. Bayangkan setelah buang air besar kita tidak cewok akan mengganggu hidung banyak orang karena bau sisa feses yang tidak kita bersihan di dubur kita. Cewok itu salah satu bentuk shadaqah. Maiyah adalah gerakan Shadaqah. Kita tidak disuruh siapa-siapa untuk membikin Maiyah. Maiyah adalah shadaqah kita kepada masa depan bangsa dan negara Indonesia. 

Anak Maiyah harus berjuang supaya tidak ada lagi pengemis. Kalau ada orang lapar, kita harus langsung memberinya makan. Sebab begitu dia meminta kepadamu, dia menjadi pengemis. Dan yang menderita hati-Nya adalah Allah karena hamba-Nya yang namanya ahsani taqwim (manusia) itu dibiarkan oleh sesama manusia menjadi pengemis. Jangan sampai orang yang butuh mengemis kepada kita. 

Kita harus peka kepada orang yang butuh untuk kita bantu. Sama halnya dengan Mbah Nun membangun Maiyah karena Mbah Nun peka terhadap masa depan bangsa Indonesia yang memerlukan manusia-manusia baru yang berbeda dari sebelumnya.

3. Temukan potensi, fadhilah, keistimewaan dan bakatmu, serta kerjakan dengan kerja keras.

Mulai besok kita berhitung dan mengevaluasi hidup kita lagi dan kerja lebih keras. Kita temukan bakat kita di antara bakat Zira’ah (tanam-menanam), Shina’ah (membuat sesuatu atau teknologi) serta Tijarah (jual-beli). Kerjakan bakat yang kita kenali dengan maksimal karena suatu saat kapal besar NKRI akan membutuhkan kita untuk menjadi isi dari kapal peradaban itu.

Kita (di Maiyah) sekarang ini sedang menyiapkan potensi dan pelaku peradaban masa depan. Mbah Nun melakukan hal itu sejak umur 40 tahun sampai umur 70 tahun sekarang ini. Mbah Nun terus menerus melakukan itu dan keliling bersama KiaiKanjeng sudah 5400-an kali, dan Mbah Nun mulai pengajian itu sejak 1972.

4. Belajar Bahasa.

Kita harus mempelajari bahasa sesuai keperluan dan profesi. Bahasa pasar berbeda dengan bahasa masjid. Bahasa diperlukan untuk kerja keras kita. Bahasa itu tidak hanya kata. Bahasa itu kita penggembala kambing, kita harus mengerti bahasa kambing. Kalau kita memelihara kuda, kita harus mengerti ilmu Katuranggan. Ilmu Katuranggan adalah ilmu tentang kuda dan perilaku binatang. Jadi bahasa jangan dibatasi pada kognitif saja, bahasa mencakup segala macam. Bahasa adalah kemampuan kita untuk bersambung dengan siapapun sesama makhluk Allah yang bermacam-macam variabelnya.

***

Demikianlah dua gugus besar ilmu yang malam itu dapat dicatat dan diperoleh oleh teman-teman Jamaah Maiyah Bangbang Wetan Surabaya. Tentu saja masih terdapat banyak butir-butir ilmu yang belum tercatat dalam tulisan ini baik dari Mbah Nun dan Pak Kahar maupun para narasumber lainnya.

Surabaya, 4 Juni 2023

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button