BERBALAS RINDU, BERTUKAR DOA CINTA

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Paseban Majapahit Mojokerto edisi Oktober 2023)

Jadwal Tawashshulan Reboan dan rutinan Pasebanan barengan di minggu pertama di bulan Oktober. Setelah berembuk, dengan mempertimbangkan beberapa hal, semua sepakat untuk menggelar sinau bareng dan Tawashshulan Paseban Majapahit di hari Sabtu, 7 Oktober 2023.

Cak Budi Rohman siap menyambut kehadiran sedulur-sedulurnya untuk melingkar bersama di rumahnya. Di Dusun Penilih, Desa Mojokarang, Kec. Dlanggu, Kab. Mojokerto.

Semua gugur gunung menyiapkan ubo rampe yang dibutuhkan. Alhamdulillah dulur-dulur bisa semakin enjoy saat menekuni, menghikmahi, dan terus sinau mengolah fadhillah-nya masing-masing. Meski masih jauh dari kata sempurna, tetapi semangat keguyuban menjadi rajutan benang ukhuwah yang terasa makin rapat, lekat, dan kuat. Para pamong (penggiat), shohibul bait sekeluarga, dan emak-emak Srikandi Paseban Majapahit, saling berbagi tugas. Mbuh yokopo carané, sing penting kabeh terus sinau ikhlas ngladèni dan ngopèni Paseban.

Sekitar jam 9 malam Cak Isa dan Cak Ryan menyudahi sesi nderes Al-Quran. Setengah jam lebih beliau berdua bergantian membaca beberapa surat pilihan. Lalu lanjut acara inti.

Sebelum Tawashshulan dimulai, Cak Ronny menyapa semua sedulur yang sudah melingkar. Sangat bersyukur melihat semua tetap antusias dan penuh semangat. Terlebih lagi, malam itu Cak Miftahul Huda dan Mbah Samsul Huda bisa ikut Pasebanan. Berada di tengah-tengah lima puluhan orang sedulur Maiyah. Di ruang srawung yang diliputi kerinduan mendalam.

Lihat juga

Meskipun kondisi kesehatan Cak Huda masih belum pulih sepenuhnya, beliau tetap ngramut Paseban sepenuh hati. Meskipun dibelenggu kesibukan mengajar dan aktivitas sehari-hari, malam itu Mbah Samsul tetap memerdekakan diri untuk ikut membersamai rutinan.

Atas kehadiran beliau berdua, Cak Ronny sempat mengekspresikan kegembiraannya dengan menyebut rutinan kali ini dibersamai oleh para “ulama-nya Paseban”. Karena kesungguhan dan keistiqomahan beliau-beliau dalam me-Maiyah-kan kehidupannya sehari-hari. Betapa Cak Huda dan Mbah Samsul menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tumbuhnya nilai-nilai Maiyah di Paseban Majapahit. Yang hingga kini terus bersemi dan semoga tetap lestari.

Sesudah mewakili Cak Budi sekeluarga untuk menyambut semua sedulur yang telah hadir, Cak Huda merespons sebutan ulama itu dengan berkata, “Saya rasa sebutan itu agak sedikit berlebihan.” Kalau salah satu makna ulama itu adalah orang-orang yang “berilmu”, maka menurut Cak Huda dulur-dulur lainnya juga banyak yang bisa disebut ulama. “Mbah Samsul itu ulamanya pesantren, Cak Sutar ulamanya serikat pekerja, Cak Ronny ulama di pabriknya. Begitu juga sedulur lainnya, ulama di bidang dan lingkup masing-masing,” kata Cak Huda.

“Kalau tentang keistiqomahan di Padhangmbulan, iku sakjané yo mèk mergo kengangguren aé, sehingga saya bisa mengikutinya selama ini,” jelas Cak Huda dengan gayanya yang khas.

Makjleb! Matur nuwun sanget Cak. Semoga kami bisa meneladani sikap tawadhu’ yang sudah njenengan contohkan kepada sedulur-sedulurmu ini. Amiin.

Mbah Samsul juga merespons hal yang sama. Kalau kata ulama dimaknai sebagai orang yang “hatinya merasa takut kepada Allah”, maka sudah sepatutnya kita berlomba-lomba menjadi seorang ulama. Asalkan punya ilmu yang mendekatkan diri dan takut kepada Allah, kita bisa menjadi ulama. “Semoga kita semua menjadi ulama,” terang Mbah Samsul.

Nggih Mbah. Mugi-mugi dulur-dulur termotivasi. Matur nuwun atas teladan sikap energik dan semangat juang tinggi yang selama ini senantiasa terpancar dari diri panjenengan.

Tawashshulan dimulai. Semua jamaah tenggelam dalam lautan puji-pujian, salam, doa, dan sholawat. Semua ini semata-mata untuk-Mu Ya Allah. Semoga Engkau berkenan. Sampaikan salam dan cinta kami semua kepada para malaikat-Mu, kepada Kanjeng Nabi Muhammad kekasih-Mu serta kekasih sejati kami semua. Sampaikan juga rindu kami kepada Shohibul Tawashshulan, Mbah Nun, yang sungguh kami mohonkan kepada-Mu keajaiban-keajaiban atas kesembuhan dan kepulihan kesehatan beliau. Maka ampunilah dosa orang tua kami dan belas kasihanilah kami semua. Amiin ya robbal ‘alamiin.

Rempeg-nya suara terbang yang ditabuh oleh Cak Irul, Cak Agus, Cak Wildan, dan Cak Mimi, menambah kekhusyukan Tawashshulan yang dilantunkan oleh semua jamaah dan dipandu bergantian oleh Cak Sobbirin, Cak Isa, Pak Yanto, Cak Huda, dan Mbah Samsul.

Terima kasih Ya Allah. Sungguh kami bersyukur masih Engkau perkenankan untuk berbalas rindu dengan Kanjeng Nabi dan bertukar doa cinta dengan Mbah Nun. Matur nuwun Gusti.

Sesi sinau bareng dijalani dengan kesadaran syukur bersama dalam momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Betapa beliau begitu peduli atas nasib umatnya kelak ketika menapaki fase kehidupan di alam keabadian. Umat akhir zaman yang beroleh anugerah dan keberuntungan tak terhingga. Kaum yang sungguh-sungguh beliau rindukan dan pasti akan beliau perjuangkan happy ending-nya dengan “hak syafa’at” yang dianugerahkan oleh Allah kepada beliau. Syaratnya: beriman kepada beliau; mengamalkan apa yang beliau ajarkan.

Kebersamaan dan kegembiraan malam itu dan di semua kesempatanan lainnya juga bagian dari kesadaran syukur atas kasih sayang Mbah Nun dan semua Marja’ Maiyah. Yang dengan penuh kesabaran telah mengantarkan anak cucu Maiyah untuk sampai kepada pemahaman bahwa keimanan dan ketaatan jadi lebih “mudah” dan “ringan” dijalani, ketika semuanya dilandasi dengan “rasa cinta” kepada Allah, kepada Kanjeng Nabi, dan sesama makhluk.

Cak Irul Hoky dan Cak Pungki melengkapi kebahagiaan malam itu dengan ungkapan cinta dan parikan plus leluconnya yang khas. Membuat semua yang hadir ketawa ngakak.

Di akhir sesi Pak Tanto kembali menggugah dulur-dulur untuk mengembangkan modal rasa kebersamaan dan kepercayaan yang sudah terbangun di Paseban Majapahit, menuju suatu kemandirian ekonomi yang lebih bermanfaat lagi di masa depan. Banyak yang bisa dijalani. “Tinggal bagaimana kita bisa serius memulainya bersama-sama,” ungkap Pak Tanto.

Lantunan Sholawat Nariyah dan doa bersama menutup ruang cinta malam itu. Setelah foto bersama, semua menikmati menu makanan yang sudah disiapkan. Matur nuwun Cak Budi. Semoga sehat sekeluarga, banyak rezeki, makin berkah dan manfaat bagi sesama. Amiin. 

(Redaksi Paseban Majapahit)

Lihat juga

Back to top button