TANAH TANPA BANGSA

(Mukaddimah Majelis Ilmu Ma'syar Mahamanikam Samarinda Kaltim edisi Desember 2022)

Bangsa yang mendiami suatu tanah memerlukan perangkat untuk mengakomodir segala kepentingan dalam kehidupan berbangsa. Kelak perangkat bangsa menciptakan sistem yang akan melahirkan negara. Negara menentukan haluan kebangsaan demi mencapai kesejahteraan bersama. Tanah yang awalnya kosong menjadi berisi dan menghasilkan manfaat bagi kehidupan banyak makhluk manakala sudah ada bangsa yang mendiaminya. Bertambah kepadatan penduduk beriringan dengan bertambah macam kepentingan, maka di saat itulah lahir perangkat yang dinamai politik dengan perannya menjaga dan mengakomodir kepentingan berbagai pihak.

Kehidupan berbangsa dimulai sejak Nabiullah Adam diturunkan ke dunia. Dari penciptaan Adam, Allah hendak mengangkat mandataris yang diberi kuasa pengelolaan sumber daya bumi. Pada pengangkatannya melekat syarat-syarat yang telah Allah ajarkan sebelumnya di surga. Janji Allah terhadap kuasa pengelolaan itu pasti, tapi kepastian juga berbanding lurus dengan kualitas si mandataris dalam memenuhi syarat-syarat. Dari Adam, Allah ciptakan Hawa. Dari Adam dan Hawa kelak melahirkan keturunan yang juga mewarisi tugas pengelolaan sumber daya bumi.

Alhamdulillah Allah berkenan memberikan pengetahuan. Dari surah Al-Hujarat ayat tiga belas pengetahuan tentang tatanan kehidupan manusia. Bangsa merupakan tingkatan tertinggi, kedudukan suku berada di bawah bangsa, setelah suku atau kabilah disebut Imarah, lalu Bathn, sesudah Bathn adalah Fakhdz dan yang paling bawah adalah Fashilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah nama suatu bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah nama suatu Imarah, Qushay adalah nama suatu Bathn, Hasyim adalah nama suatu Fakhdz, dan Al-Abbas adalah nama suatu Fashilah.

Bangsa Indonesia mendapat amanah pengelolaan sumber daya setiap jengkal tanah di bumi Indonesia. Setiap warga negara dengan kesadaran dan ruang lingkup masing-masing merawat dan menjaga. Sistem negara memberikan aturan kepemilikan, batasan, dan hal yang boleh atau tidak saat pengelolaan. Perkembangan ilmu pengetahuan mengantarkan bangsa Indonesia menuju pengelolaan tanah dengan hasil lebih beragam. Dari rempah-rempah, mineral, hingga pencitraan pariwisata yang menggoda, tidak hanya wisatawan dunia namun juga inverstor untuk mempunyai hak kelola dalam kurun waktu tertentu.

Desember sebagai bilangan bulan terakhir di tahun masehi perlu dilalui dengan sadar. Sadar dengan jiwa kebangsaan, sadar dengan jiwa pengelolaan tanah sesuai kebangsaan Indonesia. Bangsa yang garuda, bukan macan, gajah, ayam, apalagi emprit di sangkar. Momentum Maiyahan Desember 2022 kita jadikan tidak hanya sadar pada nikmat Tuhan di sekitar, tapi menumbuhkan kesadaran tanah ini tidak kosong, tanah ini berbangsa Indonesia, bangsa yang memiliki jiwa Indonesia, bukan jiwa bangsa timur selatan barat utara. Bangsa besar yang memiiki timur selatan barat utara sendiri, yang tidak terdikte dalam pengelolaan tanahnya seperti tanah tanpa bangsa. (Redaksi Mahamanikam)

Lihat juga

 

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button