DI RUANG KERJA GUS M

Sejak beberapa hari sebelum akhirnya benar-benar masuk tanggal 27 Mei 2024, hati dan fikiran saya selalu gelisah. Sebabnya jelas, saya ingin menulis apapun saja yang bisa dihubungkan dengan Mbah Nun. Ya, Emha Ainun Nadjib lahir 27 Mei 1953. Kini usia beliau 71 tahun.

Menulis itu kadang gampang kadang susah. Jangankan menulis yang baik, menulis yang belepotan saja susahnya bukan main. Setelah nulis dengan titik koma dan uraian yang kacau, besoknya suruh nulis lagi yang kacau seperti itu: seorang dosen pun belum tentu bisa.

Apalagi di era sekarang. Siapa saja bisa bikin medsos dan website sendiri. Kapan saja bisa unggah tulisannya sendiri. Sehingga tak jarang kita menjumpai betapa seseorang yakin betul bahwa yang ia tulis sudah sangat benar cukup dengan satu parameter: ditayangkan di media online.

Kalau tembus jadi narasumber di televisi, jangan-jangan bukan hanya merasa benar, bisa-bisa yakin seratus persen bahwa ia kini telah jadi nabi yang kalau ada yang tak setuju apalagi mengkritiknya, segera dicap kafir, sesat, keliru, membangkang, mbalelo, dan dungu sedungu-dungunya.

Ini belum jadi bupati, gubernur atau presiden. 

Tulisan ini juga bukan sebuah kritik. Melainkan sekedar upaya yang rileks dan santai belaka agar kita tidak lupa untuk senantiasa ingat dan mampu menertawakan diri kita sendiri. Mbah Nun dalam buku kumpulan puisinya Cahaya Maha Cahaya menuturkan:

 

Bermakna lebih dari segala ilmu

Ialah menertawakan diri sendiri

Sesudah kegagahan dipacu

Tahu langkah tak sedalam tangis bayi 

(Menertawakan Diri Sendiri, 1985).

Kemampuan menertawakan diri sendiri ini, menurut saya, paralel dengan kemampuan meniadakan diri, bahwa yang benar-benar ada hanyalah Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah. La ilaha illallah. La haula wa la quwwata illa billah.

Di sebuah kantor, tepatnya di ruang kerja Gus M, saya ditanya: “bagaimana kabar Pak Emha sekarang?”

Saya jawab seperti yang diinformasikan di caknun.com bahwa kabar beliau semakin membaik. Saya ceritakan kalau di usia beliau yang 70 tahun kemarin beliau masih menulis rutin di kolom Tadabbur Hari Ini. Di usia 70 tahun kemarin beliau masih mendatangi pengajian di Jombang, Yogya, Surabaya, Jakarta, dan lain-lain.

Namun ada satu hal yang tidak saya ceritakan. Bahwa saya sangat kangen ingin bertemu beliau. Sebuah kangen subjektif, indah dan ruhaniah di hati. Sekaligus sebuah kangen yang egois. Padahal beliau telah bertahun-tahun, bermalam-malam, keluar rumah ke sana ke mari meninggalkan keluarga, menemani kami masyarakat anak cucu Jamaah Maiyah.

Mbah Nun, selamat ulang tahun yang ke-71. Semoga sehat selalu dan panjang umur. Kami kangen, kami rindu.

Banyuwangi, 27 Mei 2024

Lihat juga

Back to top button