Tadabbur Hari ini (5), ATI-ATI LE: TIDAK ADA SYAFAAT LHO!
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
(Al-Fatihah 1-4)
Akan tetapi tidak semudah itu. Terkadang, karena tidak paham melihat sejarah dan isi dunia, kita masih dikejar-kejar pertanyaan. Karena meskipun defaultnya manusia itu “ahsanu taqwim” tapi fakta lapangannya kebanyakan 3-C (ciut, cethèk, cekak), sering kita tetap ketir-ketir juga:
Wahai Rahman wahai Rahim, kenapa Engkau biarkan jutaan manusia dibantai di Kamp Konsentrasi Hitler? Kenapa seakan-akan Allah melapangkan jalan bagi penjajahan bertingkat-tingkat kekuatan Barat atas Timur? Kenapa Allah membiarkan sebuah bangsa yang Ia anugerahi kecerdasan dan kemuliaan di alur katulistiwa, dijajah terus-menerus, ditipu, diperdaya dan dibohongi oleh para penguasanya sendiri?
Ainar Rahman wa ainar Rahim?
Kenapa Perang Shiffin yang mengorbankan ratusan ribu Kaum Muslimin yang berperang di antara mereka? Harus seberapa pandai Kartosuwiryo dan harus seberapa piawai Kahar Muzakkar dalam menata desain perjuangan Islam, agar supaya ia tidak ditembak mati di hari Kemerdekaan, kemudian dikutuk oleh bangsa dan ummatnya sendiri sepanjang masa?
Ainar Rahman wa ainar Rahim?
Kenapa Allah tidak melindungi Sayidina Utsman bin Affan dari pembunuhan oleh Kaum Muslimin sendiri? Kenapa Allah tega membiarkan Sayidina Ali bin Abi Thalib dihunjam pedang tatkala bersujud oleh Ibnu Muljam? Kemudian meloloskan istri Sayidina Hasan bin Ali meracun suaminya sendiri. Bahkan seolah-olah memperkenankan Husein, adiknya, dipotong kepala dari tubuhnya dan dikuburkan di dua tempat yang ratusan kilometer jauhnya?
Ainar Rahman wa ainar Rahim?
Ketika ngumpul-ngumpul dan selawatan bersama, hati kita lumayan sedikit bisa tenang. Karena kita “berkolusi”, ndomplengposisi kemuliaan Rasulullah atau “gondelan klambine” Kanjeng Nabi, ada info dan jaminan bahwa kedudukan kita di hadapan Allah menjadi terselamatkan, bebas dari adzab Allah serta memperoleh banyak kemudahan hidup. Ayat-ayat tentang itu rata-rata kita sudah tahu, bahkan hafal.
Namun tatkala berangkat lebih jauh dan berpikir lebih mendalam, akhirnya keder juga hati kita. Allah memberi statementsangat tegas:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ
مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ
وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, belanjakanlah limpahan rizki-Ku sebelum datang hari di mana tak ada jual beli, tidak ada lagi persahabatan yang akrab, serta tidak pula ada syafaat. Mereka yang ingkar kepada-Ku itulah yang dhalim.”
Lho jadi bagaimana ini kok tidak ada syafaat? Padahal dari ribuan Kiai dan hampir semua pembawa acara pengajian kita selalu mendengar: “Agar kita memperoleh syafaat kelak di Hari Kiamat” dengan penuh keyakinan.
Lha ini pernyataan Allah, Sang Maliki Yaumiddin, sangat transparan dan tegas: “wala syafa’atun”…. Mampus dong kita.
Emha Ainun Nadjib
3 Mei 2023.