SINERGI-SINERGI PERSUAMI-ISTRIAN
(Kami hadirkan tulisan Cak Fuad yang ditulis lebih dari dua puluh tahun lalu ini dari dokumentasi Progress/Perpustakaan EAN—MyMaiyah.Id)
Salah satu doa yang sering dibacakan dalam upacara akad nikah atau walimatul ‘ursy adalah “Allahumma allif bainahuma, kama alafta bayna Adan wa Hawwa, wa kama allafta bayna Yusuf wa Khadijah al-Kura”. Meskipun doa ini bukan doa yang ma’tsur, tetapi di dalamnya terkandung perlambang tentang tiga jenis sinergi persuami-istrian.
Perkawinan Adam dan Hawa melambangkan salah satu tujuan penting perkawinan yaitu menghasilkan keturunan demi melangsungkan hidup manusia. Allah menciptakan manusia dari satu diri dan darinya menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak (An-Nisa:1).
Perkawinan Yusuf dan Zulaikha menjadi lambang dari cinta. Cinta murni, yang mengesampingkan bobot-bibit-bebet tapi tidak mengabaikan petunjuk (Burhan) Allah. Cinta kasih yang dianugerahkan oleh Allah kepada sepasang anak manusia untuk mewujudkan sakinah dalam kehidupan mereka (Ar-Rum:21).
Perkawinan Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam dan Ummul Mukminin Khadijah al-Kubra melambangkan sinergi suami-istri dalam perjuangan menegakkan agama Allah. Muhammad dengan amanah yang tinggi mengelola bisnis sang istri, sehingga asetnya berkembang berlipat ganda. Kendati hartanya melimpah, Muhammad diutus sebagai rasul. Khadijah dengan kedewasaan usianya, mengayomi sang suami, menghibur dan membesarkan hati beliau. Dia menjadi qurratu ’ain, penyejuk hati. Dengan limpahan hartanya, Khadijah mendukung sang suami dalam menunaikan risalah ilahi.
Metafora Pakaian
Suami-istri, ditamsilkan oleh Allah sebagai pakaian. Firman-Nya ”Hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna” (para istri adalah pakaian bagi para suami, dan para suami adalah pakaian bagi para istri).
Pakaian, pertama-tama memiliki fungsi sebagai penutup aurat. Aurat adalah sesuatu yang secara etis harus ditutupi atau dirahasiakan. Ini mengisyaratkan bahwa suami-istri harus menjaga rahasia keluarga dan rahasia pasangannya masing-masing. Suami-istri harus terbuka, termasuk mengenai kekurangan (aib) masing-masing. Tapi mereka harus menjaga rahasia, dan tidak boleh tergoda membukanya kepada siapapun juga.
Pakaian, memiliki fungsi sebagai pelindung dari panasnya matahari, dinginnya udara, dan terpaan angin. Ini mengandung arti bahwa suami-istri harus saling melindungi. Suami melindungi istri dengan kekuatan fisik dan ketajaman pikirannya. istri melindungi suaminya dengan kepekaan perasaan dan ketajaman nalurinya.
Pakaian, juga memiliki fungsi sebagai perhiasan atau kebanggaan bagi pemakainya. Maka suami-istri harus berusaha dapat menjadi hiasan yang membanggakan, itu bisa berupa penampilan fisik, namun yang lebih penting adalah akhlak mulianya.
Istri Idaman
istri idaman kata Rasulullah shallaahu’alaihi wassallam adalah “yang bisa membahagiakan suaminya bila ia mendatanginya, yang mematuhinya bila ia memerintahkan, dan yang menjaga diri serta bendanya bila sang suami tidak berada di sampingnya.”
Ibu idaman adalah ibu yang dapat menciptakan surga di rumah tangganya. Bukankah surga itu di telapak kaki ibu? Ibu yang dapat membuat sang suami dan anak-anak berkata dengan bangga “Bayti Jannati” –rumahku adalah surgaku- seperti Rasulullah menggambarkan tentang rumahnya.
Surga rumah tangga, itu akan tercipta bila sang ibu menghiaskan kesabaran, kesetiaan, kejujuran, dan kesucian. Sebaliknya rumah akan menjadi neraka, bila sang ibu menebarkan di dalamnya kebencian, kecemburuan, nafsu, dan keserakahan.
Rumah seperti yang menjadi surga, itulah yang diciptakan oleh Khadijah al-Kubro, sehingga Rasulullah tetap mengingat dan menyebut-nyebut kebaikannya, bahkan sampai bertahun-tahun setelah wafatnya. Terhadap sikap ini, bahkan Siti Aisyah bahkan pernah sempat merasa cemburu dan mengungkapkan “Bukankah ia hanya seoarang wanita yang sudah tua, sedangkan Allah telah memberi Anda pengganti yang lebih baik dari dia?”.
Mendengar perkataan Siti Aisyah itu, bahkan Rasulullah SAW tampak marah, bahkan sampai bergetar rambutnya dan kemudian berkata : “Tidak, demi Allah, aku tidak mendapat pengganti yang lebih baik daripada dia”.
Alangkah beruntungnya seorang istri yang memperoleh ridha sedemikian rupa dari suaminya, tentang hal ini Rasulullah SAW pernah bersabda: Bila seorang wanita meninggal dunia, sedangkan suaminya ridha sekali dengan tingkah lakunya ketika masih hidup, maka wanita itu masuk surga.
Suami Pujaan
Sebaik-baik suami, kata Rasulullah SAW adalah “Yang paling baik dan lembut kepada keluarganya”. Beliau memanggil istrinya dengan sebutan yang baik dan menyenangkan. Meskipun suami adalah qowwamuna ‘alaa an-nisa, tetapi Rasulullah SAW tidak segan membantu pekerjaan rumah tangga seperti: memasak, menyapu, dan mencuci pakaian.
Sepeninggal Rasulullah SAW, para sahabat meminta Aisyah menceritakan perilaku beliau di rumah. Dengan menarik nafas panjang, Aisyah mengucapkan satu kalimat : “Kullu amrihi ‘ajaban” (semua perilakunya menakjubkan). Ketika didesak untuk memberikan contoh perilaku beliau yang menakjubkan, Aisyah mengatakan : “Periang ketika di rumah, pendiam ketika keluar rumah, memakan apa saja yang dihidangkan, dan tidak pernah menanyakan apa yang tidak ada”. Para sahabat belum puas dan meminta diceritakan lagi perilaku beliau yang lebih menakjubkan. Maka Aisyah dengan linangan air mata mengisahkan bagaimana Rasulullah yang mulai bangun di tengah malam dan meminta izin kepada Aisyah untuk sholat malam, “izinkan aku menyembah Tuhanku” ujar Rasulullah kepada Aisyah.
Bisa kita bayangkan, untuk sholat malam pun diperlukan izin istri. Di situlah berhimpun kemesraan, kesetiaan, dan penghargaan. Maka kemuliaan seorang suami diukur dari cara dia memperlakukan istrinya. Rasulullah bersabda: Ma akrama an-nisa-a illa karim, wama ahanahunna illa la-im (Tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia. Tidak merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah juga).
Berkah
Doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk kedua mempelai adalah: “Barakallahu lakuma wa jama’a bainakuma fi khair” (Semoga Allah memberkati Anda berdua dalam suka dan duka, dan semoga Allah senantiasa menyatukan Anda berdua dalam kebaikan). Itulah doa kita, untuk mempelai berdua, amin.
Marja’ Maiyah, pengajar Bahasa Arab, pendiri IMLA (Asosiasi Pengajar Bahasa Arab di Indonesia), dipercaya selama dua periode sebagai Anggota Majelis Umana/Dewan Pembina pada King Abdullah bin Abdul Aziz International Center for Arabic Language Saudi Arabia, pengasuh Rumah Maiyah Al-Manhal, serta bersama Cak Nun mencetuskan terbitnya Al-Qur’an Mushaf Maiyah dan Tadabbur Padhangmbulan.