SINAU ISTIQOMAH MENIKMATI RUANG SYUKUR BERSAMA 

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Paseban Majapahit Edisi Februari 2024) 

Rutinan Pasebanan edisi #81 di bulan Februari 2024 ini awalnya ingin dilaksanakan di rumah Cak Miftahul Huda, Kutorejo, Mojokerto. Tawashshulan Reboan digabung seperti biasanya, di hari Sabtu, tanggal 3 Februari 2024.

Tetapi karena mempertimbangkan beberapa hal, akhirnya tempat digeser ke serambi masjid Baitul Muttaqin, Kutorejo, Mojokerto. Beberapa ratus meter dari rumah Cak Huda. 

Meskipun kondisinya masih belum bisa dibilang sehat, sampai hari ini Cak Huda sekeluarga tetap sabar ngayomi dan istiqomah ngancani dulur-dulur di Paseban. Semua persiapan yang dibutuhkan, termasuk izin menggunakan tempat, dikondisikan sepenuhnya oleh beliau. Ada banyak kemudahan yang dianugerahkan Allah kepada Paseban lewat Cak Huda, yang sampai sekarang tetap aktif dan menjadi bagian dari keluarga besar takmir masjid Baitul Muttaqin.

Walhasil, meskipun serba dadakan, malam itu dulur-dulur Paseban bisa melingkar bersama di serambi masjid yang sudah berganti dengan wajah baru, karena telah selesai direnovasi. Matur nuwun Cak Huda dan semua keluarga besar takmir masjid Baitul Muttaqin, Kutorejo.

Gerimis manja menemani perjalanan sedulur Paseban dari rumah masing-masing menuju titik “Kampanye Syukur” malam itu. Tapi tak mampu membendung gelombang rindu untuk menyatu dalam ruang rindu yang membelenggu. Tak kurang dari 40 orang sedulur Paseban diperjalankan Allah untuk melingkar bareng dengan bapak-bapak takmir dan remaja masjid. Tetap penuh semangat dan kegembiraan. Begitu juga dengan emak-emak Srikandi Paseban. Masih tetap guyub rukun menyiapkan apa-apa yang dibutuhkan, sejak rutinan belum mulai, sampai waktunya beres-beres ketika pasebanan telah usai. Matur nuwun ibu-ibu Srikandi.

Lihat juga

Melengkapi kebahagiaan sebagai keluarga, nampak beberapa anak cucu Paseban bermain di sekitar ibu dan neneknya. Menikmati kegembiraan bersama dengan sedulur sebayanya. 

Cak Isa dan Mbah Samsul bergantian nderes Al-Quran. Sambil menunggu kehadiran sedulur lainnya yang masih menikmati hujan di sepanjang perjalanan menuju lokasi rutinan.

Setelah lewat jam 9 malam, rutinan dilanjutkan dengan saling berbagi kabar. Cak Zahid yang mengawali menyapa semua sedulur, lalu memberi kesempatan kepada Cak Huda, dan bapak perwakilan dari takmir masjid, untuk menyapa jamaah yang sudah hadir. Sambutan, ucapan terima kasih, dan permohonan maaf, bergantian diucapkan sebagai pembuka perjumpaan. 

Sejenak kemudian semua hadirin sudah larut dalam kekhusyukan, ketika Cak Sobbirin, Cak Isa, dan Mbah Samsul, bergantian memandu lantunan Tawashshulan, hingga paripurnanya Indal Qiyam dan Doa Ikhtitam. Cak Irul, Cak Agus, Cak Taji, dan Cak Mimi, setia mengiringi dengan kompaknya tabuhan rebana. Alhamdulillah, wasysyukrulillah. Puncak acara dilalui dengan lancar serta khidmat. Menjadi momentum yang istimewa untuk memperkenalkan Tawashshulan kepada keluarga besar takmir dan remaja masjid Baitul Muttaqin, Kutorejo.

Rutinan dilanjutkan dengan sinau bareng. Tema “Kampanye Syukur” sudah siap dioncèki bareng-bareng. Sambil menikmati segelas kopi dan makanan ringan yang sudah tersaji.

Meskipun sudah di-share di WAG dan medsos Paseban, prolog tema tetap dibacakan kembali oleh Cak Ronny, sambil menambahkan beberapa poin, untuk memancing respons dari semua hadirin. Yang pasti, tema masih terkait dengan masa kampanye pemilu tahun ini. Tetapi ada “kampanye” yang lebih sejati. Yang sudah diistiqomahi bareng-bareng, sampai menjelang 7 tahun kebersamaan di Paseban. Yaitu kampanye “syukur” atas segala anugerah dan nikmat Allah yang tak terhingga jenis dan jumlahnya. Yang di Maiyah terus diasah, supaya kepekaan kita senantiasa bertambah. Sehingga segala gerak-gerik dalam kehidupan sehari-hari selalu dilandasi dengan kesadaran syukur. Bagaimanapun situasi dan kondisinya, selalu disyukuri.

Cak Sutar menambahkan ungkapan syukur atas kehadiran warga negeri Paseban malam itu. Menyebut bahwa syukur adalah tataran tinggi dalam amalan kita. Dan tataran tertingginya adalah dengan bilang, “Matur nuwun Gusti Allah.” Sehingga dengan itu kita tidak menjadi manusia yang sombong. Manusia tidak boleh sombong, karena apapun itu adalah dari-Nya.

Makna kata kampanye secara lugas, ditambahkan oleh Cak Huda. Kampanye adalah promosi program dari tim calon. Seperti kalau di pilkades kita mengenal sebutan “cucuk” bagi orang yang ditugasi calon lurah untuk “golèk bolo”, yang mau memilihnya sebagai kepala desa.

Lebih lanjut Cak Huda menyampaikan satu analogi perbandingan. Kalau sebagai rakyat, kita sudah memenuhi kewajiban, tinggal negara yang harus berusaha memenuhi hak-hak warga negara dan rakyatnya. Kalau sebagai makhluk, maka kita harus menyadari bahwa Allah telah memenuhi hak-hak kita, sehingga kita kemudian paham bahwa kita harus memenuhi semua kewajiban kita. Dan kewajiban yang paling mendasar adalah bersyukur kepada Allah atas apa yang sudah kita terima. Sholat adalah implementasi syukur yang mendasar atas nikmat dan anugerah dari Allah. “Sabar dalam bersyukur bukanlah hal yang mudah,” tegas Cak Huda.

“Syukur adalah pekerjaan hati,” kata Mbah Samsul. Kesadaran atas pihak pemberi sesuatu. Lalu ditindaklanjuti dengan tindakan yang baik kepada pihak yang memberi sesuatu. 

Awal wujud syukur adalah “memahami” (apa yang sudah diberikan). Kemudian kesadaran spiritual membimbing kita untuk “menyadari” (pemberian itu). Dan kecerdasan intelektual kita menemukan cara untuk “mengelola” (pemberian-pemberian tadi).

Asy-Syakur artinya adalah Allah mudah menerima ungkapan syukur dari hamba-hambanya. “Sebelum menyuruh bersyukur, Allah sudah menganugerahi kita dengan nikmat,” pungkas Mbah Samsul menyudahi responsnya tentang tema malam itu.

“Syukur tak lepas dari rasa bahagia atas nikmat yang telah diterima,” ungkap Cak Isa.

Cak Irul Hokky mengajak hadirin untuk membaca surat Al-Fatihah beberapa kali. Sebagai ungkapan syukur kepada Allah, atas “kerawuhan” dan perkenan para leluhur desa Kutorejo untuk membersamai Pasebanan malam itu. Al-Fatihah kagem Mbah Nun. Juga Al-Fatihah untuk Alm. Mbah Fuad, Mbah Kamba, dan Kiai Muzammil, serta semua Marja’ Maiyah yang telah mendahului kita semua, termasuk untuk Alm. Mas Zainul Arifin.

“Syukur diawali dengan merasa bisa menikmati hidup,” tambah Cak Irul Hokky.

Syukur menjadi mudah saat sedang mendapatkan nikmat, dan menjadi sulit saat kita sedang mendapat ujian dari Allah. “Yang harus terus diupayakan adalah tetap istiqomah bersyukur dalam berbagai kondisi,” kata Cak Wahyu menambahkan. 

Cak Ari, Cak Masrur, Cak Adi Kupret, dan Cak Robet, bergantian merespons. Menambahkan beberapa poin sesuai sudut pandangnya masing-masing. Bergantian dengan Cak Nugroho, Cak M. Ali, Cak Nur Rohman, yang memperkenalkan diri. Baru pertama kali ikut Pasebanan. Beberapa tanya jawab menambah gayengnya sinau bareng malam itu.

Tengah malam terlewati. Waktunya menyudahi kebersamaan di antara kami. Lampu utama dimatikan. Semua hadirin khusyuk melantunkan Shohibu Baity, 3 kali. Lalu doa memuncaki.

Setelah lampu menyala kembali, semua sedulur asyik menikmati sebungkus makanan yang sudah disiapkan oleh ibu-ibu Srikandi Paseban. Alhamdulillah. Sampai hari ini kami masih Engkau perjalankan untuk terus sinau istiqomah menikmati ruang syukur bersama di simpul Maiyah Paseban Majapahit. Matur nuwun Ya Allah.

(Redaksi Paseban Majapahit)

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button