SINAU EKSPRESI SASTRA DAN MENJAGA DISIPLIN SEJARAH

Sebuah novel toponim berjudul “Wasiat Ki Arsantaka” dibedah bersama-sama pada forum Sastraliman kemarin Kamis, 5 Januari 2023 di Rumah Maiyah Kadipiro. Novel ini ditulis oleh Agus Sukoco, salah seorang perintis dan penggiat Majelis Ilmu Juguran Syafaat. Novel ini mengisahkan cerita tentang cikal bakal kelahiran Purbalingga. Sebagai seorang pegiat sosial, menulis novel adalah pengalaman baru bagi Mas Agus Sukoco. Namun, dengan tak dinyana novel ini mendapat keistimewaan untuk disimak dan dibedah oleh para guru sastrawan senior Indonesia.

Hadir malam hari itu sebagai narasumber adalah Gunanto Eko Saputro, penulis dan pemerhati sejarah Purbalingga yang juga menjabat sebagai Kabag Humas Setda Kab. Purbalingga, lalu Bapak Budi Sardjono, pengampu SastraLiman, Pak Toto Rahardjo, dan Mbah Nun. 

Forum yang dimoderatori oleh Kukuh Prasetyo itu berlangsung asik dan gayeng. Audiens mendapat banyak pembelajaran mengenai sastra, sejarah, dan pemaknaan nilai-nilai hidup yang amat berbobot. “Novel ini dengan segala catatannya, saya memberikan apresiasi”, ujar Pak Budi Sardjono. “Mendekonstruksi sejarah kita sendiri, kalau 350-an kabupaten di Indonesia masing-masing membuatnya, maka itulah sesungguhnya sejarah Indonesia,” lanjutnya. 

Pak Toto Rahardjo berpesan agar penulis memperkaya riset mengenai etnografi masyarakat untuk novel-novel selanjutnya. Lalu, Mbah Nun menandaskan akan pentingnya meningkatkan kemampuan ekspresi sastra namun dengan tetap menjaga disiplin sejarah. 

Mbah Nun memberikan apresiasi kepada penulis, “Mas Agus ini bukan sejarahwan, jadi kalau di dalam karyanya ada muatan sejarah maka itu bernilai sedekah.” Mbah Nun juga mengungkapkan kegembiraannya bisa bebrayan bersama di SastraLiman dan bersama-sama anak-anak Maiyah, termasuk kepada teman-teman Juguran Syafaat yang malam hari itu menjadi bagian dalam mengorganisasi acara bersama-sama dengan tim Progress. 

Teman-teman bisa baca liputan selengkapnya SastraLiman edisi Januari 2023 di “Wasiat Ki Arsantaka” Menyingkap Kabut Sejarah Purbalingga.

Lihat juga

Back to top button