SAKINAHAN MENSYUKURI PERNIKAHAN DIMAS MAULANA MALAM ITU

Malam itu, acara Sakinahan tidak hanya menjadi momen sakral untuk mensyukuri dan turut bergembira atas pernikahan Dimas Maulana dan Nurul Istiqomah, tetapi juga menjadi ajang refleksi dan pembelajaran bersama. Bagi Dimas, acara ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya—babak yang akan penuh dengan tantangan, harapan, keberkahan, kebahagiaan, dan cinta yang terus diperjuangkan menjadi sakinah.

Semangat kebersamaan paseduluran Al-Mutahahabbina Fillah dan doa-doa yang dilangitkan malam itu menjadi pengingat bersama, bahwa cinta bukan sekadar rasa, tetapi perjalanan panjang menuju kesempurnaan yang diridhai oleh-Nya.

Sabtu, 7 Desember 2024, di Dusun Guwo, Desa Sumput, Driyorejo, Gresik, menjadi saksi sebuah momen sederhana nan spesial bagi Dimas Maulana, pada acara Sakinahan, sebuah tradisi yang memuat doa dan harapan—ijazah Mbah Nun—untuk mensyukuri pernikahan Dimas Maulana dan Nurul Istiqomah.

Spirit paseduluran dan doa-doa yang dilantunkan membuat suasana makin terasa khusyu’. Dalam rangkaian acara ini, ada sebuah keintiman yang menghadirkan doa, nasihat, dan ikhtiar spiritual bersama untuk menyongsong perjalanan baru yang penuh tantangan.

Acara diawali dengan khidmat oleh Wak Syuaib, Kamituwa Damar Kedhaton. Ia mengajak semua yang hadir untuk mengirim beberapa Surat Al-Fatihah, sebagai pembuka keberkahan. Setelah itu, forum dipandu oleh Cak Fauzi, dengan membacakan doa Rasulullah Saw pada pernikahan Fathimah Az-Zahra dan Ali Bin Abi Thalib:

“بَارَكَ اللّهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرِ”

Semua hadirin melantunkan lantunan doa ini sebanyak tiga kali, suasana dipenuhi rasa haru dan penuh syukur. Lantunan teks shalawat menyambung, bergetar syahdu di bawah tenda terop.

Dilanjutkan oleh Febrian, yang membacakan Surat Ar-Rum ayat 20-25 dalam lafadl Arab. Kemudian, terjemahannya dibacakan oleh Cak Amin Kemeh, menegaskan makna ayat-ayat tersebut sebagai pengingat akan tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan manusia dan pasangan hidup.

Rangkaian ini makin khusyuk ketika Cak Fauzi memandu pembacaan Surat Al-Fath, 29 ayat penuh harapan akan kemenangan dan keberkahan. Kemudian, Wak Syuaib melanjutkan dengan memandu wirid Hasbunallah wa ni’ma al-wakil, ni’ma al-Mawla wa ni’man Nashir sebanyak 450 kali, disesuaikan dengan jumlah dulur yang hadir. Disusul wirid khas Padhangmbulan, Ya Mannan sebanyak tujuh kali, dan diakhiri dengan Qothrota Lutfi Muhammadin, juga tujuh kali.

Setelah sesi wirid, Wak Syuaib menyampaikan beberapa pesan sebagai bekal awal Dimas menapaki fase baru dalam hidup. Ia menekankan bahwa pernikahan adalah perjalanan panjang menuju litaskunu ilaiha, ketenangan dan kebahagiaan sejati. Semua hadirin lalu diajak berdiri, termasuk Dimas, untuk melantunkan shalawat Indal Qiyam bersama-sama.

Doa ikhtitam menjadi penutup sesi doa bersama, sebelum akhirnya kenduri digelar. Kebersamaan semakin terasa saat semua dulur berbagi makanan, diiringi canda dan tawa penuh keakraban.

Nasihat Perjalanan dari Dulur Damar Kedhaton kepada Dimas

Selepas kenduri, sesi pesan dan nasihat dimulai. Dulur-dulur Damar Kedhaton menyampaikan pesan mereka dengan gaya khasnya masing-masing. Seperti yang disampaikan oleh Cak Fauzi merujuk unggahan di kanal YouTube resmi CakNun.com. Pada intinya, ada dua hal yang tidak boleh dijadikan sebagai tema pertengkaran yakni soal uang dan seks.

Cak Yayak menambahkan dengan analogi yang dalam, “Rumah tangga itu seperti mengarungi samudera. Kadang ada gelombang kecil, kadang ada badai besar. Tapi insyaAllah, semoga kalian terhindar dari tsunami, tetap sabar, dan kuat menghadapi apa pun.”

Cak Ateng, dengan gaya khasnya yang santai namun mengena, menyelipkan humor di sela doanya. “Rasakno disek nikmatnya. Tapi inget, ojok gawe schedule dewe, gaweo schedule Pangeran.” Ucapan ini disambut gelak tawa, tapi maknanya tetap dalam.

Sementara itu, Cak Gogon mengingatkan, “Jenenge urip mesti ketemu jodoh. Plus-minus pasti ada. Tapi kata Gus Sabrang, kalau kita sudah bahagia dengan diri sendiri, jodoh itu buat berbagi bahagia, bukan cari bahagia lagi. Semoga kalian bisa saling berbagi bahagia dengan ridha Allah.”

Cak Rezki, yang dikenal dengan caranya yang lugas, menyampaikan pesan yang cukup berkesan “Wis rabi, wis resmi. Tapi ingat, pernikahan itu bukan tentang mencari masalah. Pernikahan itu belajar, dan belajar terus. Jangan berhenti di situ, terus berkembang bersama.”

Cak Jemi, dengan tulus berharap, “Semoga kalian istiqomah meniti jalan menuju keluarga yang sakinah,”

Dan beberapa dulur Damar Kedhaton lainnya, menyampaikan ucapan selamat dan doa yang serupa “Semoga pernikahannya diberikan istiqomah untuk berjuang sakinah, dengan berbekal mawaddah, dan rahmah dari Allah.”

Lihat juga

Back to top button