MERAWAT KOMPAS MORAL DAN MENGAKTIFKAN KEWASPADAAN SITUASI
(Liputan Sinau Bareng Mas Sabrang PAI UIN Saizu Purwokerto Berkolaborasi dengan Juguran Syafaat, 6 Desember 2024)

Sebagai bentuk rasa syukur para mahasiswa, Prodi PAI UIN Saizu Purwokerto telah mengadakan Sinau Bareng bersama Sabrang MDP. Acara ini bertujuan memeriahkan hari lahirnya program studi Pendidikan Agama Islam yang ke-62. Awalnya, gelaran acara ini akan dilaksanakan pada 23 November 2024, namun karena terjadi beberapa kendala akhirnya diundur menjadi 6 Desember 2024 dan sudah terealisasikan dengan baik digelar di halaman Hetero Space Purwokerto.
Simpul Maiyah Juguran Syafaat juga hadir sebagai salah satu kolaborator pada acara tersebut. Mas Rizky dan Mas Kusworo bertindak sebagai moderator acara. Mas Bangkit Ari Sasongko dari LPPSLH selaku alumnus mahasiswa UIN Saizu bernostalgia dengan menyanyikan lagu “Darah Juang” dan bercerita tentang perjalanannya belajar di kampus ini. Sementara itu, Prof. Dr. Fauzi, M. Ag selalu dekan telah memberikan sambutan serta beberapa uraian tentang belajar atau Sinau Bareng dan mengelaborasi tema kali ini yaitu “Menanam Tabayyun, Merawat Tawassuth”.
Opening acara telah dimulai menjelang pukul 20.00 WIB. Beberapa video di layar disajikan untuk turut menghangatkan suasana serta proses potong tumpeng pun terlaksana dan dilanjutkan dengan musik pengiring dari Mahalingga untuk memasuki sesi pertama. Sebagai moderator, Mas Kusworo dan Mas Rizky mempersilakan personel band Mahalingga untuk memperkenalkan diri, menyapa audiens, mengajaknya berinteraksi dan menyampaikan beberapa poin penting tentang latar belakang dilaksanakannya Sinau Bareng.
Setelah sambutan, sesi sapa-menyapa di awal, dan pantikan dari Mas Bangkit dan Pak Dekan maka selanjutnya giliran Mas Sabrang untuk menyampaikan materi sesuai tema acara. Sebelum dimulai Mas Sabrang menawarkan diri dan mempersilahkan kepada moderator maupun audience untuk membawa arah obrolan sesuai dengan kebutuhan atau apa yang diinginkan.
***
Mas Sabrang memulai pemamaparannya dengan mendefiniskan terlebih dahulu apa itu tabayyun dan apa itu tawassuth. Tabayyun adalah memverifikasi suatu kebenaran dan tawasuth adalah upaya menjaga keseimbangan. Dalam hidup selalu ada dua hal yaitu persamaan dan perbedaan. Kedua hal ini harus dijaga keseimbangannya agar tidak terlalu ekstrim kanan dan ekstrim kiri. Agar tetap punya kedaulatan berpikir.
Kemudian di poin kedua Mas Sabrang menyampaikan bahwa ilmu itu adalah kemampuan membedakan. Ilmu mengajarkan tentang perbedaan agar kita bisa mengklasifikasikan, agar kita bisa menavigasikan hidup ini mau kemana. Di atas ilmu itu ada kebijaksanaan. Kebijaksanaan juga berarti kemampuan membedakan. Berbeda itu tidak ada tinggi rendah. Hanya dengan memberi tolok ukur pada suatu hal baru ada nilai/skor tinggi rendahnya. Tolok ukur membuat sebuah perbedaan menjadi ada tingkatannya. Hidup itu selalu punya tolok ukur yang berbeda, maka kemampuan menentukan tolok ukur yang kita pilih itu sangat penting, agar kita bisa berdiri kokoh di tempat dan permainan yang tepat sesuai tujuan.
Di poin ketiga Mas Sabrang mengulas bahwa kita hidup di dua alam yang berbeda yaitu alam fisik dan alam makna. Salah satu fungsi dan gunanya sekolah adalah mengontrol alam makna. Maiyah mengajak kita untuk berdaulat dalam berbagai hal. Salah satu caranya adalah dengan memilih tolok ukur yang disetujui atau tidak disetujui. Dengan kita minilai suatu hal kemudian menyetujui atau tidak setuju mengenai suatu tolok ukur, kita jadi tidak mudah terpengaruh atau diikat oleh hal-hal di luar diri dan mulai membangun kesadaran situasional dalam melihat fakta kehidupan. Mas Sabrang juga menambahkan kalau kita punya situational awareness yang tinggi, maka kamu akan tahu situasinya seperti apa dan harus berbuat bagaimana.
Di poin ke empat Mas Sabrang mengurai topik question (pertanyaan). “Pertanyaan adalah alat yang paling berharga bagi manusia, karena ia adalah jembatan dari tidak tahu menjadi tahu”. Saat bertanya, hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga Kesucian Niat. Menjaga kesucian niat saat bertanya itu penting sekali. Bertanya itu karena kamu tidak tahu dan ingin tahu. Mengetes itu karena kita sedang mengetes pengetahuannya, bukan mengetes orangnya. Jangan ada aggapan bahwa kepandaian itu universal. Kepandaian itu bersifat parsial. Artinya ada kepandaian lain yang itu tidak ada pada kita tetapi ada pada orang lain.
***
Setelah sampai pada poin keempat, selanjutnya disisipi dengan lagu dari Band Letto yaitu Fatwa Hati. Mas Sabrang juga menguraikan satu poin makna lagu ini, yaitu pertanyaan kegelisahan ketika sebelum lahir kurikulum dalam hidup kita ini itu apa. Tanyakanlah ke dalam diri sendiri. Ia juga membuat gambaran bahwa hati itu hidup di alam Tuhan. Akal atau isi pikiran manusia dibuat oleh manusia itu sendiri yang ada di dalam alam pikiran manusia, sedangkan hati atau perasaan manusia itu dibuat oleh Tuhan dan ada di alam Tuhan. Pesan dari Mas Sabrang adalah lirik lagu Fatwa Hati coba tanya ke diri sendiri yang beryanyi itu siapa.
Waktu menunjukkan Pukul 22.00 WIB memasuki sesi tanya-jawab yang akan dijawab oleh Mas Sabrang. Pertanyaan pertama dimulai dari Eko (Tegal). Bagaimana cara menentukan parameter kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Menurut Mas Sabrang, musuh benar tidak selalu salah tapi kadang urusan presisi. Pertanyaannya adalah seberapa presisi. Petanya adalah bukan salah menjadi benar, tapi benar menjadi lebih benar. Yang susah bukanlah mencari kebenaran, tapi melakukan kebenaran. Kalau kita tahu kebenaran dan tidak melakukan hal itu berarti kita melakukan kesalahan. Contoh, semua orang tahu kalau sholat subuh itu harus dilakukan oleh seorang muslim, tapi nyatanya tidak semua orang muslim bisa melakukan sholat subuh. Kita hanya bertanggung jawab terhadap kebenaran yang kita ketahui.
Kemudian pertanyaan dari Gilang (Purbalingga) mengenai keresahannya tentang moralitas. Jawaban dari Mas Sabrang adalah menjelaskan peta nilai, moral, dan etika. Nilai adalah tolok ukur yang kita ambil. Moral adalah kemampuan membedakan benar-salah dan etika adalah kemampuan melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Kemudian pertanyaan dari Alif Mustofa. Apakah ada istilah orangtua durhaka. Mas Sabrang merespons dengan analogi prasyarat hutang budi. Tidak makes sense orangtua durhaka. Mas Sabrang juga elum pernah mendengar konsep orangtua durhaka kepada anak. Adapun perbuatan orangtua tidak sesuai itu sangat mungkin, tapi konsepnya pasti bukan orangtua yang durhaka kepada anak.
Pertanyaan selanjutnya dari Sahlan (Purbalingga) yang mempunyai keresahan takut memasukan anak ke pondok dan juga pertanyaan kedua tentang ketidaknyamanannya saat mendengar kalimat merendah yang menurut penilaiannya merupakan kebiasaan yang kurang baik. Jawaban dari Mas Sabrang adalah kita harus punya konsep yang jelas tentang 3 lapis Pendidikan. Pertama, adalah pendidikan orang tua. Orang tua harus mengajarkan sopan, mendengarkan, dan komunikasi yang baik di rumah. Kedua, pendidikan sekolah. Sekolah mengajarkan ilmu yang sudah dikodifikasi, dirumuskan, dan diajarkan kepada siswa. Ketiga, pendidikan komunitas atau lingkungan. Ilmu yang baru dimasak memberi modal agar anak menjadi matang dan berkreasi di lapangan secara langsung.
Kemudian untuk jawaban pertanyaan yang kedua, Mas Sabrang menyampaikan bahwa kata-kata adalah representasi dari makna. Ada beberapa hal yang tidak perlu dibawa ke level akademis. Umar Bin Khattab masuk Islam itu bukan karena akal tapi karena hatinya tersentuh. Sama halnya dengan kalimat-kalimat yang merendah itu tidak selalu bermakna atau berdoa agar supaya kalimat itu menjadi kenyataan, tapi kalimat-kalimat itu bertujuan sebagai alternatif komunikasi.
***
Waktu tiba di pukul 22.38 WIB dan kemudian acara diselingi dengan nomor-nomor lagu dari Mahalingga dan dilanjut dengan sesi tanya-jawab yang kedua. Ilham (Pengandaran) bertanya tentang bagaimana membuat Tabayyun dan Tawassuth menjadi spirit bagi kita dan masyarakat? Jawab: ada benar, salah, dan tidak tahu. Tawassuth artinya seimbang, seimbang berarti bisa juga diartikan sebagai sama, kenapa manusia perlu Tabayyun, karena manusia punya opini atau pendapat. Karena punya pendapat maka pendapat itu harus diverifikasi kebenarannya. Bertabayyunlah kalau kamu punya pendapat, dan kamu tidak harus bertabayyun kalau kamu tidak punya pendapat. Tabayyun itu penting jika kamu harus memutuskan sesuatu. Demikian ungkap Mas Sabrang.
Kemudian pertanyaan selanjutnya dari Abdul (Ciamis). Apa hakikat dan tujuan manusia itu diciptakan. Mas Sabrang menjawab bahwa manusia menjadi alat Tuhan untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan olehnya. Manusia menjadi alat untuk mengalami keterbatasan, karena Tuhan itu Maha, sehingga Ia tidak terbatas dan melalui manusialah Ia bisa mengalami keterbatasan. Mas Sabrang juga membuat gambaran analogi perdebatan antara garis kotak dan lingkaran yang terdapat di papan tulis. Mereka lupa bahwa mereka itu sama-sama berada di papan tulis.
Pertanyaan selanjutnya dari Istianah yakni tentang bagaimana sikap orangtua dalam mendidik dan menemani anak agar bertumbuh dengan baik? Mas Sabrang menjawab bahwa modal utamanya adalah komunikasi dengan analogi yang dipahami anak. Temani cara berpikir anak dengan menanyakan argumentasinya. Membagun kebiasaan berargumentasi yang matang.
Pertanyaan selanjutnya dari Anggi (Purbalingga), bagaimana caranya melestarikan budaya Jawa. Sebagai langkah awal, Mas Sabrang merekomendasikan kepada penanya untuk menggali terlebih dahulu dan memperkaya literasi pengetahuan budaya Jawa. Ia juga merekomendasikan untuk menggali makna gotong royong, karena gotong-royong di situ ada banyak pengetahuan di dalamnya. Anggi juga bertanya tentang syahadat dan jawaban dari pertanyaan itu adalah Islam tidak mengajarkan percaya Tuhan, tapi Islam mengajarkan kita untuk bersaksi.
Kemudian pertanyaan terakhir dari Tata (Purwokerto). Ia bertanya tentang politik, politik praktis, dan serba serbi corruption di dalamnya? Apa yang menyebabkan politik praktis menjadi sangat koruptif dan bagaimana cara mengatasinya. Mas Sabrang merespons seperlunya saja dan merekomendasikan agar penanya menonton video di internet tentang “Rules for Rulers” karena di situ ada banyak informasi yang berguna jika ingin mendalami kompleksitas politik saat ini.
Waktu menunjukkan pukul 23.36 WIB. Lagu-lagu dari Letto dinyanyikan: Ruang Rindu dan Sebelum Cahaya. Acara kemudian ditutup dengan boa bersama dan di pungkasi dengan lantunan Hasbunallah dari Mahalingga.