SA’DIYAH MAIYAH
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah LD Malaya Tasikmalaya edisi ke-82, 16 Juni 2023)
Keberlangsungan hidup di dunia ini seringkali banyak yang tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan manusia, sering tidak taat dengan cara berpikirnya manusia. Sering membuat manusia tidak setuju dengan macam-macam hal yang sebelumnya sudah ia rencanakan, ia inginkan, bahkan yang ia yakini benar. Membuat manusia tidak bahagia. Padahal dari rentang panjang zaman, yang dicari orang di seluruh dunia adalah hidup bahagia. Semua orang mencari bahagia dengan caranya sendiri sendiri.
Kenyataan yang dirasa terhadap hal yang terbalik demikian itu di dalam hidup ini, pada prinsipnya untuk menyadarkan manusia bahwa ia wajib berusaha menyelaraskan dengan kehendak Allah. Manusia harus terus-menerus sinau, belajar, dan kerja keras menemukan apa apa yang disebut dengan sebuah nilai untuk bisa terbiasa menerima apapun saja kemauan, keinginan, dan kehendak Allah. Manusia harus belajar dan berguru kepada cara kerja Allah dan kedinamisan sifat-sifat-Nya lewat fenomena alamiah yang Ia suguhkan di hidup kita masing masing.
Forum Sinau Bareng Maiyah adalah wadah–laboratorium latihan manusia untuk membiasakan diri mengelola apa saja yang ada di dalam pikirannya, menata apa saja yang ada dalam hatinya, dan merespons terhadap apapun saja yang ada di dalam maupun di luar dirinya. Merespons dengan sikap syukur dan sabar yang istiqomah menemaninya. Selanjutnya membuahkan biji kebahagian. Biji bahagia harus ditanam, dirawat, dijaga, dan tumbuh di dalam diri pribadi manusia.
Jiwa sa’diyah adalah jiwa personal yang senantiasa memancarkan kebahagiaan dari dalam diri dan memancarkan kegembiraan untuk sekitarnya. Dalam konteks sosial, bahagia adalah alat, Maiyah (kebersamaan) adalah wadah. Alat dan wadah yang senantiasa harus selalu ada bergandengan. Ibarat Sabar dengan Syukur yang harus hadir di setiap keadaan, yang membuat Allah “tersenyum” akan dua hal sikap seorang mukmin itu sebagaimana Kanjeng Nabi telah dawuhkan 14 abad yang lalu.
Mengutip perkataan Mas Sabrang, “Temukan kebahagiaan dari dalam dirimu sendiri!. Cuaca yang dibangun didalam sinau bareng maiyahan adalah dengan menjadi orang gembira dan membuat orang lain juga gembira dengan keberadaan kita. Karena pada cuaca yang gembira, orang akan tumbuh sesuai dengan potensi terbaiknya.”
Gembira adalah upaya pertengahan atau sederhana dari level senang menuju bahagia. Cuaca senang adalah cuaca dari naluri manusia sebagai Makhluk dan Insan yang proses hadirnya kebanyakan dari luar diri untuk diri sendiri saja. Cuaca gembira adalah cuaca yang dibangun dari kesadaran manusia sebagai hamba dari dalam diri dan berkolaborasi dengan diri yang lain. Sedangkan bahagia adalah inti dari kesadaran manusia dan inti proses cuaca yang dibangun manusia sebagai khalifatullah dari dalam diri untuk diri dan sekitarnya. Dan Maiyah senantiasa istiqamah untuk menjaga cuaca gembira sebagai wasilah proses peningkatan dari senang ke bahagia. Istiqomah mempersaudarakan diri dan menjaga jarak dari muatan muatan perpecahan.
Mbah Nun mengatakan, “Banyak manusia modern tidak bahagia hidupnya, karena menyangka kebahagiaan itu bahan bahannya adalah segala sesuatu yang ada diluar dirinya. Mereka menyangka kebahagiaan itu ada di alam semesta atau di orang lain. Andaikan mereka bisa menyentuh langit dan planet planet, pasti mereka juga akan berpikiran bahwa disanalah letak kebahagiaan. Tetapi karena tidak mungkin menggapai langit, maka mereka menghimpun apa yang mereka sangka kebahagiaan itu dengan menggali tambang tambang, mengeruk isi bumi apa saja, menggunduli hutan, mengeksploitasi apa saja diluar (hak) dirinya demi mendapatkan apa yang mereka pikir (mereka sangka) kemajuan dan kebahagiaan. Kalau yang diluar diri mereka itu adalah sesama manusia, maka manusia lainnya itu diincar, bagaimana supaya menghasilkan laba untuk mereka. Karena mereka berkeyakinan laba itulah sumber kebahagiaan.”
Mereka itu bisa saja diri kita sendiri dalam konteks lain. Maka kita butuh forum sinau bareng yang menawarkan pola ketersambungan antara wadah dengan alat untuk siap sedia menyerap isinya berupa hidayah dan nilai-nilai yang kita bersama sama nyicil untuk melakoninya. Persaudaraan adalah bahan pokoknya, dan ilmu pengetahuan adalah lauk pauknya.
Apa yang membuatmu Bahagia? Apa yang membuatmu tidak Bahagia? Sedang kita dihajar langsung oleh Firman Tuhan ;
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا
Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, (Al Fath Ayat 4).
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٠٣
Al Imran : 103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ١٠٥
Al Imran : 105. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,
(Redaksi LD Malaya)