PUASA VISUAL

Di antara ‘guru-guru’ saya adalah seorang bocah kecil bernama Ali. Ia menderita kanker mata atau lazim kita sebut retinoblastoma. Kebanyakan penderita retinoblastoma ini adalah anak-anak berumur kurang dari 5 tahun yang datang ke pusat pelayanan tersier (baca: RS besar yang ‘lengkap’ dengan fasilitas penunjang dan ahli-ahlinya) dalam kondisi sudah ‘telat’. Terkadang karena ketidaktahuan mereka, atau kurang aware-nya tenaga kesehatan yang ada di sekitarnya, sehingga keterlambatan penanganan ini terjadi.  Sehingga pula, ini menjadi salah satu PR besar bagi bangsa ini.

Tapi bukan masalah penyakit ini yang akan saya highlight, namun tentang apa yang saya coba tangkap di balik itu semua. Bagi pekerja medis, tentu menjadi pekerjaan besar untuk bisa menyelamatkan penglihatan para penderita retinoblastoma dan juga nyawanya dari ganasnya penyakit ini. Tidak jarang di antara mereka yang kehilangan penglihatannya adalah karena penyakit retinoblastoma ini. Dan mereka ini oleh Allah “dibutakan” penglihatannya. Tidak bisa menikmati indahnya alam ini, sekaligus tidak bisa melihat karut-marut dunia sekitarnya. Saya mencoba melihat dari sisi lain di mana saya katakan mereka bukanlah ‘dibutakan’ tetapi oleh Allah ‘dipuasakan’ dari penglihatan alam fana ini. Tentu Allah mempunyai tujuan mengapa Dia ‘mempuasakan’ hamba-Nya dari visual yang ada di sekelilingnya.

Tidak hanya retinoblastoma yang menyebabkan seseorang kehilangan penglihatan sejak kecil bahkan sejak bayi. Ada sebuah keadaan yang bernama sindroma anophthalmia. Suatu kondisi bawaan di mana penderita ini tidak mempunyai biji mata. Beda dengan kondisi yang bernama microphthalmia, sesama kondisi bawaan sejak lahir. Microphthalmia adalah kondisi seseorang mempunyai biji mata tetapi kecil sehingga bisa mengakibatkan gangguan penglihatan (penglihatan terbatas) atau bahkan sama sekali tak bisa melihat. Sementara, penderita anophthalmia jelas tidak akan bisa melihat karena memang biji matanya tidak ada, sehingga secara anatomis akan mempengaruhi bentuk wajah dari penderitanya.

Apa penyebabnya? Tak seorang pun bisa menerangkan apa sebab pastinya. Banyak dugaan yang berkaitan dengan hal itu. Mulai dari konsumsi obat-obatan sampai pada adanya kelainan gen yang menyebabkannya.

Seberapa banyak? Kalau di Amerika Serikat 1 di antara hampir 6000 bayi lahir menderita anophthalmia atau microphthalmia. Berapa angka kejadian di Indonesia saya harus bertanya kepada dr. Acong yang membidangi tentang mata manusia ini.

Sama’ Bashar Kalam

Kalau kita perhatikan banyak penyandang disabilitas penglihatan ini mempunyai suara emas. Saya mengulik di beberapa channel youtube. Mereka mempunyai suara yang sangat ‘menusuk kalbu’ pada waktu melafalkan ayat-ayat Allah maupun ketika mereka bershalawat kepada Nabi. Mereka ini berhasil membuat air mata saya meleleh. Umur mereka masih bisa dibilang anak-anak. Tetapi Allah menganugerahkan suara emas yang mampu menyayat hati. Kita semua tahu ada Ramona Purba, penyanyi tanah air era 80-an, ada Jose Felisiano, penyanyi dan gitaris dari negara tetangga Philipina, dan kita tahu nama besar Stevie Wonder, penyanyi tunanetra berkulit hitam yang menyabet puluhan nominasi Grammy dan puluhan penghargaan Grammy yang dia peroleh untuk banyak kategori.

Saya merenungi fenomena ini. Lalu saya mencoba mengotak-atik rahasia Allah ini. Barangkali Allah memang menutup kemampuan melihat dari mereka agar mereka mempunyai ketajaman pendengaran. Akurasi pitch control, sehingga nada-nada yang dihasilkan sangat akurat dan mempunyai ‘nyawa’, mempunyai power untuk bisa menggetarkan kalbu orang yang mendengarkannya.

Kalau misalnya penyanyi-penyanyi tunanetra ini diberi Allah kemampuan untuk bisa melihat alam sekitar, mungkin suara mereka tidak akan sesempurna ini. Ini misalnya lhooo, berandai-andai kan boleh saja, lha wong memang akal saya terbatas.

Banyak penelitian menyimpulkan bahwa organ/indera yang pertama berkembang dan berfungsi adalah indera pendengaran. Bayi dalam kandungan bereaksi terhadap suara/bisikan yang dilantunkan di perut ibunya.

Dalam tata urutan Nama/sifat Allah, ‘Maha Mendengar’ letaknya lebih awal dibanding dengan ‘Melihat’ apalagi ‘Berfirman’.

Dalam hal berkomunikasi, mendengar menjadi kunci keberhasilan berkomunikasi. Mendengar, mendengarkan baik langsung maupun tak langsung. Ini penting bagi orang yang dipasrahi amanah menjadi pemimpin. Pemimpin di segala level. Mulai dari tingkat RT, RW, Dukuh, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur maupun pemimpin Negara. Mendengar adalah kunci!

Saya tak mau ngelantur. Saya akan diskusikan ini dengan Cak Nun, Gus Sabrang, dan dr. Acong dll ttg tiga hal ini: mendengar, melihat, dan berkata. Sehingga saya bisa memaknai fenomena yang masih menjadi PR saya ini.

Sayup-sayup saya mendengar lantunan  shalawat Asyghil dari podcast di spotify yang saya putar.

‎اللهمّ صلّ على سيدنا محمّد

‎واشغل الظالمين بالظالمين

‎اللهمّ صلّ على سيدنا محمّد

‎واشغل الظالمين بالظالمين

‎واخرجنا من بينهم سالمين

‎وعلى اله وصحبه اجمعين

Dan kembali air mata saya menetes

Laut Jawa,  Maret 2023

Lihat juga

Back to top button