PINTAR DUNIA SEKALIGUS PINTAR AKHIRAT

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Bangbang Wetan Surabaya, Rabu, 3 Mei 2023) 

Mbah Nun tadi malam (3/5/2023) hadir di Majelis Ilmu Bangbang Wetan edisi Mei 2023 yang bertempat di Pendopo Taman Budaya Cak Durasim, Genteng, Surabaya. Malam hari sebelumnya Mbah Nun hadir di Majelis Ilmu Padhangmbulan yang bertempat di halaman Ndalem Kasepuhan Menturo, Sumobito, Jombang.

Tadi malam cuaca di Pendopo Taman Budaya Cak Durasim tampak cerah. Jamaah mulai berdatangan sejak sebelum adzan Isya’. Jamaah yang hadir datang lebih awal untuk bisa memilih tempat duduk yang nyaman dan dekat dengan panggung. Mereka tampak nyaman menunggu berlangsungnya acara dari tempat duduknya masing-masing sambil makan dan minum yang dibeli di penjual kopi dan makanan keliling maupun di stan Pojok Ilmu.

Manfaat Maiyah bagi Kehidupan Sehari-hari

Saya yang memoderatori acara meminta tiga jamaah naik ke panggung untuk menyampaikan manfaat Maiyah bagi kehidupan mereka sehari-hari. Pertama, Fahmi, asal Juanda Sidoarjo, menyampaikan manfaat Maiyah bagi kehidupannya salah satunya adalah menggali potensi diri. Di Maiyah Fahmi diajak mengeksplorasi potensi diri dengan membiasakan melakukan sesuatu hal yang baru. Menurut Fahmi Maiyah ‘memaksa’ dia untuk melakukan suatu yang baru sehingga akhirnya ia menjadi terbiasa. Manfaat yang dirasakannya adalah semakin banyak potensi diri yang dia kenali. Manfaat Maiyah berikutnya menurut pengalaman Fahmi adalah menjaga orang supaya tidak celaka serta mengajarkan untuk memahami skala prioritas dalam hidupnya.

Kedua, Febri, Mahasiswa UNESA, mengungkapkan bahwa Maiyah membuat dia tercerahkan. Febri merasa tercerahkan karena Maiyahan selalu mengajak Sinau Bareng. Sinau Bareng itu yang menampung berbagai sudut pandang dan pendapat dalam melihat sesuatu. Pada akhirnya Febri terbiasa menerima berbagai pendapat dan sudut pandang sehingga menjadikan pikirannya semakin luas dalam melihat sesuatu. Febri juga menyampaikan bahwa apa yang Mbah Nun sampaikan di setiap Maiyahan membawa dampak positif bagi hidupnya. Misalnya, waktu itu Mbah Nun menganjurkan memperbanyak mewiridkan Hasbunallah setiap hari dan ketika mendapat masalah. Febri adalah salah satu Jamaah Maiyah yang mempraktikkan anjuran Mbah Nun tersebut. Febri membenarkan lantaran anjuran Mbah Nun untuk memperbanyak wirid Hasbunallah itu membuat ia lebih tenang dan masalah terselesaikan.

Ketiga, Khusnul K., dari Gresik, menyampaikan perjalanannya bertemu Mbah Nun. Khusnul dulu tidak suka Mbah Nun karena apa yang beliau sampaikan menurutnya bertentangan dengan pendidikan di organisasi keagamaan yang diajarkan kepadanya. Lama kelamaan Khusnul merasa apa yang disampaikan Mbah Nun nyambung dengan apa yang ia rasakan. Misalnya dulu dia mempertanyakan kenapa kita selama ini kok cenderung takut mendekat kepada Allah? Banyak orang ditakut-takuti dan diseram-seramkan bahwa untuk mendekat kepada Allah tidaklah semudah membalikkan tangan. Orang yang dalam hatinya ingin mendekat kepada Allah menjadi takut dan merasa sulit. Sementara itu Khusnul menemukan jawaban atas apa yang ia gelisahkan dari Mbah Nun. Mbah Nun di Maiyahan beberapa tahun yang lalu pernah mengungkapkan kepada jamaah bahwa tidak perlu takut untuk mendekat kepada Allah. Menurut Khusnul Mbah Nun sejak dulu justru selalu mengajak kita akrab dengan Allah dengan memperbanyak wirid dan shalawat. Hal itulah yang membuat Khusnul akhirnya takdzim kepada Mbah Nun. Ada satu pertanyaan tentang Mbah Nun yang membuat ia sampai hari ini gelisah. Energi apa yang Mbah Nun miliki yang membuat jamaah ketika hadir di Maiyahan khusyu’ (tidak pindah posisi pada kondisi hujan sekalipun tetap menyimak pemaparan Mbah Nun)?

Maiyah Sedekah Mbah Nun Kepada Indonesia

Mbah Nun tadi malam memulai Sinau Bareng dengan mengutip Al-Baqarah 254: Yaa ayyuhal laziina aamanuu anfiquu mimmaa razaqnaakum min qabli ai yaatiya yawmul laa bai’un fii wa la khullatunw wa laa shafaa’ah; walkaa firuuna humuz zaalimuun. (Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zhalim). Melalui ayat tersebut Mbah Nun menjelaskan posisi Maiyah merupakan hidayah Allah untuk kita. Maiyah menjadi bentuk sadekah Mbah Nun yang dihidayahkan Allah kepada rakyat Indonesia yang membutuhkan Sinau Bareng. Menurut Mbah Nun sedekah berangkat dari pandangan kita melihat orang butuh sehingga kita bantu, tidak atas dasar kita punya atau tidak punya. Sedangkan zakat berangkat dari kita punya uang lantas kita sisihkan sebagian untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya.

Satu sifat Rasulullah diterangkan Allah dalam surat At-Taubah 128: laqad jā`akum rasụlum min anfusikum ‘azīzun ‘alaihi mā ‘anittum ḥarīṣun ‘alaikum bil-mu`minīna ra`ụfur raḥīm. Sifat Rasulullah ‘azīzun ‘alaihi mā ‘anittum yang mengandung arti Rasulullah tidak tega kepada penderitaan umatnya. Sifat tidak tega melihat penderitaan umat Rasulullah ini yang membuat Mbah Nun bersedekah Maiyah kepada rakyat Indonesia karena tidak tega melihat rakyat Indonesia menderita. Mbah Nun sejak kecil dididik oleh Ibu Chalimah tidak tega melihat orang menderita. Ibu Chalimah selalu mengajarkan kepada Mbah Nun dan anak-anaknya untuk senantiasa memikirkan nasib orang lain. Ibu Chalimah mengajarkan lebih baik memberi daripada meminta. Ideologi itu yang membuat Mbah Nun beserta keluarganya tak pernah lelah bersedekah kepada rakyat Indonesia. Karena menurut Mbah Nun sedekah Maiyah adalah untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

Merumuskan Perang Nilai yang Terjadi di Indonesia Sekarang Ini

Selanjutnya Mbah Nun melemparkan pertanyaan ke jamaah, perang apa yang sedang terjadi di Indonesia? Jamaah merespons: di media sosial sedang ramai perang calon presiden partai A melawan partai B. Mbah Nun meluruskan respons jamaah bahwa yang sedang kita cari itu apa bukan siapanya. Jadi fokus kita mencari apa bukan siapa. Karena kita selama ini banyak berpihak pada fisik, maka tadi malam Mbah Nun mengajak kita belajar nilai.

Satu persatu jamaah bergantian menyampaikan poin-poin dari perang nilai yang sedang terjadi di Indonesia. poin-poinnya adalah kemuliaan melawan kehinaan, ketamakan melawan kemurahan hati, keluasan melawan kesempitan, kedalaman melawan kedangkalan, kerajinan melawan kemalasan, kebenaran melawan kebatilan, keindahan melawan kekotoran, ketinggian melawan kerendahan, kedaulatan melawan keterjajahan, kaya melawan miskin, ketauhidan melawan kekafiran serta keterbukaan melawan ketertutupan. 

Pada poin keterbukaan melawan ketertutupan ini disampaikan oleh ibu yang datang pertama kali Maiyahan tadi malam bersama anaknya. Ibu asal Bali itu sebenarnya mau berangkat ke Kalimantan tetapi menyempatkan diri hadir. Kesan pertama yang ibu itu rasakan adalah keterbukaan. Ibu itu mengungkapkan terima kasih kepada Mbah Nun dan Jamaah Maiyah karena ia merasa aman dan nyaman berada di sana tadi malam. Menurut ibu ini, Maiyah sangat terbuka sekali menerimanya walau tidak memakai jilbab. 

Mbah Nun menganalogikan jalannya Sinau Bareng seperti hujan deras. Kita tidak bisa menghitung titik-titik hujan deras yang turun di wilayah kita. Apalagi menghitung fungsi setiap rintik hujan yang turun ke tubuh kita itu mana yang berfungsi terbukanya pintu rezeki, peringatan serta bala’ atau celaka. “Maka dari itu kita harus ikhlas kehujanan. Kita ikhlas menerima apa dan siapapun yang berlangsung dalam proses Sinau Bareng. Karena kita tidak tahu fungsi titik Sinau Bareng yang mana yang merupakan pintu rezeki, peringatan maupun bala’. Tidak ada jalan lain selain ikhlas ‘kehujanan’ karena yang Maha Menentukan hanya Allah.

Dunia-Akhirat

Mbah Nun mengajak kita masuk ke dalam pintu masuk pemahaman dunia dan akhirat dengan pertanyaan, dunia dan akhirat itu dua atau satu? Kiamat itu melanjutkan dunia ke akhirat, jadi dunia-akhirat itu satu. Sementara kita salah memahami dunia dengan akhirat itu kita anggap dua, membuat kita salah pemikiran, salah arah dan tujuan hidup kita. Pertanyaan selanjutnya, kita hidup buat dunia atau akhirat? Mbah Nun mengajak jamaah cerdas menemukan sambungan hidup dengan dunia dan akhirat. Misalnya: kita hidup di dunia secara dunia menuju akhirat, hidup secara akhirat di dunia dan hidup sekaligus berdampak dunia serta akhirat. Poin yang terakhir ini adalah melakukan sesuatu yang berakibat dunia sekaligus akhirat. 

Kalau kita melihat, cara hidup manusia sekarang ini hidup untuk dunia. Sementara anak Maiyah fokusnya akhirat. Shalawatan, wiridan serta al-mutahabbina fillah itu urusan akhirat. Sayangnya saking asyiknya kita fokus pada urusan akhirat, urusan hutang uang menjadi tidak bisa kita bayarkan. Nah, Mbah Nun menganjurkan kepada Jamaah Maiyah supaya pintar bekerja di dunia bersungguh-sungguh menjalani supaya kaya. Ketika kaya kita membayar zakat kepada orang yang wajib diberi zakat. Supaya kita selamat dalam posisi kita kaya yaitu dengan tetap mengikuti syariat Islam.

Dasar menjalankan syariat Islam adalah akidah dan akhlak. Akidah adalah perjanjian dasar dengan Allah. Adapun akhlak adalah segala macam ekspresi perilaku manusia sebagai makhluk Allah terhadap makhluk lain serta Allah. Supaya akidah bisa dilakukan maka kita butuh akhlak. Shalat merupakan salah satu bentuk penerapan akhlak kita kepada Allah. Karena Allah memberi akhlak kepada kita sehingga kita bisa hidup, sehat, dan badan kita masih berfungsi dengan baik. Bekal kita menjalani hidup adalah iman, husnudhdhon dan yakin kepada Allah dalam keadaan sengsara seperti apapun. 

Mbah Nun di penghujung acara berpesan kepada jamaah dalam keadaan beraktivitas maupun sebelum menelentangkan badan kita di kasur supaya memperbanyak membaca tahlil. Karena eman-eman kalau kita melakukan aktivitas apapun maupun akan beranjak tidur tidak ingat Allah. Mbah Nun tadi malam juga berdoa kepada Allah agar pada rentang waktu tiga sampai sepuluh tahun ke depan rakyat dan wilayah Indonesia diperkenankan oleh Allah menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur. Gemah ripah loh jinawi wilayahnya serta seluruh umat manusianya menjadi perkebunan sorga. 

Mbah Nun memuncaki doa tadi malam dengan melantangkan doa yang tertulis dalam Al-Quran surat al-Mukminun ayat 29: Robbi anzilni munzalan mubarakan wa anta khairul munzilin dan disambung ayat 82 pada Surat YasinInnama amruhu idza aroda syaian ayyakulalahu kun fayakun, sebanyak tiga kali. Acara berakhir tepat pukul 00.00 WIB

Surabaya, 4 Mei 2023

Lihat juga

Back to top button