Mandiri Terhadap Sampah Sendiri
Musim penghujan sudah tiba, salah satu rahmat dari Allah Swt. adalah turunnya air dari langit membasahi tanah. Karunia ini bagi sebagian bisa menimbulkan sebuah ancaman, justru itu yang keliru. Allah menegaskan hal ini dalam surat Asy-Syuara ayat 28.
Seperti halnya hukum logika alam, air akan mencari tempat terendah untuk mengalir. Kita tidak pernah memikirkan suatu risiko sebab dari akibat yang menimbulkan kerugian yang diakibatkan ulah manusia itu sendiri.
Mengenai sungai, Allah Swt. sangat banyak menjelaskan, bahkan ada sekitar 20 ayat.
Sekarang sungai menjadi tempat apa saja pembuangan terakhir kita. Majunya peradaban manusia bisa kita indikasikan terhadap keberadaan sungai di sekitaran kita.
Banjir bukan hanya diakibatkan keadaan bentang alam saja, yang terbentuk alami ataupun akibat kerakusan dan keserakahan. Tetapi, banyak faktor di luar kendali alam sendiri justru yang menambah rusaknya sebuah ekosistem alam, masih banyak kebijakan pemerintah dan negara yang belum berpihak penuh pada semesta alam.
Perlu keterlibatan dan kesadaran semua unsur dari hulu sampai hilir.
Berbicara lingkungan hidup adalah memaknai tentang lingkungan sekitar kemudian sampai kepada lingkungan diri sendiri, tahapan khusususnya adalah tempat di mana kita berpijak di situlah harus peka terhadap keadaan sekitar yang ada.
Faktor penanggulangan risiko banjir bisa bersama-sama belajar untuk saling mawas dan waspada. Yang paling sederhana dilakukan adalah bagaimana cara meminimalisasi produksi sampah pribadi kita sendiri. Sampah menjadi salah satu yang membuat peradaban kita mundur selain menjadi penyebab banjir.
Pengelolaan sampah mandiri sudah banyak dikenalkan mbah-mbah kita khususnya di desa. Sampah tidak boleh keluar dari halaman rumah sendiri, biasanya dengan membuat semacam kubangan di samping atau depan rumah untuk kemudian meyimpan sampah organik yang baik untuk unsur hara dalam tanah. Berkembangnya zaman kemudian menimbulkan orang ingin serba instan dan praktis dalam berperilaku baik sosial maupun untuk kebutuhannya sendiri, sehingga sampah pun kini beraneka jenisnya dan tidak mudah juga untuk terurai hancur lebur bersama tanah. Jenis plastik dan sterofoam ini yang kemudian menjadi hal yang sulit dikendalikan. Sederhananya perlu proses khusus untuk bisa mendaur ulang jenis tersebut dengan biaya yang tidak murah.
Pengendalian sampah plastik ini bisa dimulai dari bekas apa yang kita konsumsi, botol plastik air mineral dan kantong kresek yang paling mendominasi. Kita bisa memanfaatkan botol plastik kemasan air mineral sebagai wadah sampah pribadi kita. Masukkan seluruh unsur sampah plastik dan padatkan menggunakan kayu atau tongkat, isi sampai padat. Istilahnya penjarakan sampah, bisa disebut sebagai ecobrickkarena kegunaannya yang banyak bisa untuk tidak menimbulkan masalah baru di lingkungan. Bisa sebagai pengganti batu bata dalam sebuah bangunan, tembok, pagar bahkan dijadikan untuk kursi, meja dan furniture lainnya. Bagi yang suka krearivitas seni bisa digunakan sebagai media melukis. Medianya bukan hanya plastik, bahkan bisa untuk menjadi tempat mengumpulkan gabus puntung rokok, intinya produksi sampah yang tidak bisa diurai secara organik bisa kita penjarakan.
Kalau tinggal di daerah rawan banjir kita bisa memafaatkan drigen bekas untuk pelampung penyelamat. Hal yang paling mencekam saat banjir bandang adalah derasnya air yang membabi buta apa saja di hadapannya, termasuk manusia akan tersapu habis, pandai berenang belum tentu bisa bertahan karena lajunya air yang kencang. Yang bisa kita gunakan dan manfaatkan adalah drigen plastik kosong yang terangkai dengan ikatan tali dari ban dalam bekas.
Salah satu usaha yang bisa kita lakukan dan terbaik tentunya adalah dengan doa kepada Allah Swt. agar diberi keselamatan, tetapi bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi sedangkan masih kita produksi sampah sampai detik ini.
Penjarakan sampahmu.