KEMBANG KEMPIS
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Sulthon Penanggungan Pasuruan Edisi Desember 2023)
Eskalasi para elit politik dalam rangka mempromosikan calon nakhoda Kapal Pesiar Nusantara kian waktu menjadi kian tabu. Aneka gimmick yang mengaburkan sisi otentik menjadikan podium-podium sakral nan akbar menjadi bubar dalam konteks ide dan gagasan. Pertanyaan lantang dari arus bawah selalu terjawab dengan ngambang versi over-normatif yang sulit digariskan pointnya menuju titik substansi akar masalahnya.
Kami hanya rakyat penumpang Kapal Pesiar pesiar Nusantara yang sering merasa lapar daripada kenyang. Tapi jangan heran jika manusia penghuni Kapal Pesiar Nusantara begitu kuat. Karena begitu lapar tiba, maka kesabaran-pun mulai menindih. Bagaimana mau berteriak meminta makan sedangkan tenggorokan kami sudah kering karena kehausan dan ragapun juga mulai kehilangan kekuatan. Sekali lagi kesabaran yang terus kami tekan, sekalipun nakhoda beberapa kali menyesatkan tujuan ujung sila Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dan kali ini kami harus berharap kembali. Mungkin memang harus membangun harapan agar hidup tetap koma sebelum ditandai titik oleh Sang Pencipta. Pada siapakah semestinya kita berharap? Dan bagaimana cara membangun harapan agar menjadi manifestasi kebermanfaatan atas hidup kita? Agar tidak seperti pesta demokrasi lima tahunan tanpa manifestasi yang jelas dan utuh. Hanya berubah seperti bentuk lubang hidung yang bergerak “Kembang Kempis”. Hanya berganti model. Hanya berubah bentuk. Hanya proses keluar masuknya udara, tanpa mengubahnya menjadi peradaban baru dari manifestasi ide sebuah negeri yang Baldatun Toyyibatun Wa Robbun Ghofur.
(Redaksi Sulthon Penanggungan)