INFILTRASI PSEUDO-EPIK
November merupakan bulan basah karena (seharusnya) hampir setiap hari hujan turun. Musim penghujan membasahi bumi dengan jutaan titik-titik air tercurah dari langit. Dalam siklus hidrologi, air yang telah jatuh ke tanah selanjutnya akan meresap melalui celah atau pori-pori tanah. Proses ini disebut infiltrasi, sebuah proses alami di mana air yang masuk ke bawah nantinya akan menjadi air tanah; tersimpan sebagai cadangan di mata-mata air, lubuk dalam, atau diteruskan ke sungai.
Infiltrasi menjadi bagian penting dalam siklus hidrologi, sebab air permukaan hasil dari proses itu memberi kehidupan untuk tumbuhan, hewan, maupun manusia.
November juga menjadi bulan yang istimewa untuk bangsa Indonesia sebab Hari Pahlawan diperingati pada bulan ini. Mengacu pada pertempuran besar di Surabaya tahun 1945, setiap instansi, lembaga, organisasi, komunitas, atau masyarakat secara umum mengenang peristiwa heroik ini. Setiap tanggal 10 November kita melakukan upacara hari Pahlawan, mengenakan pakaian ala pahlawan, menggelar perhelatan teatrikal, bazar, konser musik, diskon di pusat-pusat perbelanjaan, dan ragam kegiatan lainnya.
Kemudian muncul pertanyaan, apakah kita hanya merayakan? Sekadar ikut upacara? Ikut berbusana ala pahlawan untuk konten di medsos? Jangan-jangan anak sekolah yang berpakaian polisi saat upacara Hari Pahlawan tidak tahu Bung Tomo itu siapa. Sujiwo Tedjo dalam Jurnal Integrito tahun 2015 menyatakan bahwa menjadi nasionalis sejati bukan karena menghafal puluhan lagu kepahlawanan, bukan pula karena mengenakan pakaian yang dipenuhi lambang-lambang patriotisme. Cukup dengan menjaga lingkungan, menjaga keamanan sekitar, bersikap toleran, hal-hal kecil tapi bermakna. Termasuk mempelajari, menggali nilai-nilai luhur para pahlawan, syukur kalau bisa merawat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sejatinya, banyak nilai yang dapat kita gali dari para pahlawan. Dalam buku “Nilai-nilai Kepahlawanan” (2014) yang diterbitkan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia, ada beberapa nilai yang harus dimiliki seorang pahlawan, yakni; rela berkorban, mengutamakan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi, pantang mundur, cinta Tanah Air, ikhlas, dan tanpa pamrih. Nilai-nilai tersebut perlu kita tanamkan sejak dini, dengan begitu, dalam pertumbuhannya kita bisa menjadi manusia yang lebih tangguh dan siap menghadapi arus besar kenyataan hidup.
Kalau kita mau lebih jauh mengelaborasi pemiikiran, definisi pahlawan tidak sebatas pada orang-orang yang gugur di medan perang saja. Terlebih zaman sudah jauh berbeda, kondisi juga telah banyak berubah jika dibandingkan dengan zaman penjajahan. Setiap yang berjuang dan berjasa bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungannya adalah pahlawan. Setiap orang bisa menjadi pahlawan pada skala dan wilayah masing-masing.
Seorang bapak yang berjuang untuk menafkahi keluarganya, guru ngaji di desa-desa, orang-orang yang merawat hutan, mereka yang menjaga budaya ludruk, tari tradisional, bisa disebut pahlawan. Di setiap kota, kecamatan, bahkan desa-desa jauh di pelosok negeri terdapat nama-nama besar nan harum yang ingatan tentangnya tak lekang oleh waktu. Jika kita menengok ke setiap desa, biasanya ada makam leluhur yang dijaga dan dikeramatkan. Umumnya, mereka adalah orang yang mbabat alas, tokoh desa, ataupun seorang kyai, dan sejenisnya. Mereka juga pantas kita sebut sebagai pahlawan.
Begitu banyak nilai-nilai dari mereka yang telah menginfakkan harta, masa muda, harapan masa kecil hingga hidupnya yang dapat kita serap dan dapat kita jadikan bekal dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagaimana air hujan yang terserap ke dalam tanah dan kelak menjadi air kehidupan untuk setiap makhluk hidup di atas muka bumi ini. Hendaknya kita tidak berhenti hanya pada jasad atau sosok pahlawan itu sendiri. Lebih jauh, ada nilai-nilai agung nan luhur yang dapat kita ambil sebagai sangu urip.
BangbangWetan November kali ini mengajak semua jamaah untuk bersama-sama membaca kembali nilai-nilai kepahlawanan dalam lingkaran yang hangat di forum kita ini. Para jamaah bisa membawa bekal pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai kepahlawanan untuk kita diskusikan bersama. Semoga pembacaan ulang ini bermanfaat untuk menginfiltrasi khasanah pemahaman yang sudah, sedang, dan akan terus terjadi. [Tim Tema BangbangWetan]