Ibu Pertiwi dan Anak Cucu Bangsa Nusantara
Putra Putri Nusantara
Menderas airmataku
Rindu sedalam kalbu
Mengalir ke ujung waktu
Kau makin hilang dariku
Cinta Ibu Pertiwimu
Kilau permata Tuhanku
Gemuruh samuderaku
Tinggal sepi dan bisu
Kujelajahi Cakrawala
Baka fana silih menjelma
Putra putri Nusantara
Lenyap entah di mana
Istilah Ibu Pertiwi memang selalu merujuk pada personifikasi tanah air Indonesia. Berdasarkan artikel Historia istilah Ibu Pertiwi sudah dikenal sejak zaman Hindu-Buddha di Nusantara. Ibu Pertiwi dikenal sebagai dewi bumi dan lingkungan hidup, atau disebut juga sebagai Dewi Prtvhi dalam Bahasa Sanskerta saat itu.
Ya, memang istilah Ibu Pertiwi adalah istilah yang sangat familiar dan sangat nasionalis di telinga kita. Ibu Pertiwi begitu dekat dan akrab dengan kita. Pada momen-momen tertentu, terutama di bulan Agustus ini, Ibu Pertiwi begitu dekat dengan kita, meskipun hanya sebatas syair lagu.
Pada pagelaran WALIRAJA-RAJAWALI nanti, yang naskahnya ditulis oleh Cak Nun, salah satu peran dalam naskah tersebut adalah Ibu Pertiwi yang akan diperankan oleh R.Ay Sitoresmi Prabuningrat. Di usianya yang sudah menginjak 72 tahun, semangat Ibu Sitoresmi selama proses latihan WALIRAJA-RAJAWALI ini patut diapresiasi. Beliau selalu datang lebih awal pada saat latihan yang sudah terjadwal, secara mandiri mengendarai mobilnya dari rumah menuju lokasi latihan. Keikhlasan dan kesetiaan Ibu Sitoresmi adalah wujud dari kesungguhannya dalam berkesenian teater.
Ibu RAy. Sitoresmi Prabuningrat adalah salah satu jebolan Bengkel Teater besutan Alm W.S Rendra. Dalam dunia teater, Ibu Sitoresmi ini sudah memiliki jam terbang yang tinggi. Tercatat, selama di Bengkel Teater, Ibu Sitoresmi terlibat dalam pementasan naskah teater; Qasidah El Barjanji, Hamlet, Oedipus, Machbet, Mastodon d Burung Condor, Kisah Perjuangan Suku Naga, dan Lysistrata.
Di dunia film nasional pun, Ibu Sitoresmi ini memiliki segudang pengalaman. Film-film nasional seperti; Jaka Tingkir, Aryo Penangsang, Joko Tarub dan 7 BIdadari hingga Benteng Mataram pernah ia bintangi. Juga pada film-film yang belum terlalu lama seperti Ayat-ayat Cinta, Cinta Tapi beda, Hati yang Perawan hingga Surga yang tak dirindukan juga pernah dibintangi oleh Ibu Sitoresmi.
Tentu sudah tidak diragukan lagi kualitas dan kepiawaian keaktrisannya dalam dunia seni teater. Saat Cak Nun bersama Reriyungan 3 Generasi Teater Yogyakarta mementaskan Mlungsungi beberapa bulan lalu, Ibu Sitoresmi pun terlibat dan memerankan satu peran sebagai Menteri Roro Amis.
Bersama Teater Perdikan, Ibu Sitoresmi pernah terlibat dalam pementasan Mencari Buah Simalakama yang dipentaskan tahun 2017 lalu. Dan kini, Ibu Sitoresmi akan juga terlibat dalam Teater Perdikan yang akan mementaskan naskah terbaru dari Cak Nun berjudul WALIRAJA-RAJAWALI dan akan disutradarai oleh Pak Jujuk Prabowo.
Berperan sebagai Ibu Pertiwi, beliau akan beradu akting dengan Pak Joko Kamto, Pak Nevi Budianto, Pak Margono dan Pak Eko Winardi yang juga merupakan aktor-aktor senior teater di Yogyakarta. Kepiawaian mereka dalam berteater sudah tidak diragukan lagi.
Kira-kira, apa yang akan disampaikan oleh Ibu Pertiwi saat pementasan WALIRAJA-RAJAWALI akhir pekan ini? Apakah memang benar Ibu Pertiwi sedang menangis? Apakah benar Ibu Pertiwi sedang bersusah hati? Atau, mungkin ada pesan tersirat dari Ibu Pertiwi untuk anak cucu Bangsa Nusantara yang saat ini sedang larut dalam aliran arus besar globalisasi dan kapitalisme modern ini?
Ibu Pertiwi sejatinya sama sekali tidak akan pernah meninggalkan anak cucu Bangsa Nusantara ini. Ibu Pertiwi senantiasa memiliki harapan untuk masa depan Bangsa Nusantara ini. Ibu Pertiwi, selalu tersenyum ditengah kesedihan yang menyayat hatinya. Layaknya seorang Ibu, Ibu Pertiwi selalu memiliki harapan besar untuk masa depan anak cucu Bangsa Nusantara. (sumber : caknun.com)