HARI KE-3 PAMERAN ARSIP 70 TAHUN MBAH NUN
(Rangkaian “Pameran Arsip 70 Tahun Mbah Nun”, Maiyah Cirrebes, 27-30 Mei 2023, B Coffee (MADIA House) Pabuaran Cirebon Jawa Barat)
Ada yang berbeda dengan rutinitas pada hari senin di B Coffee (MADIA House) Pabuaran, Cirebon. Sebelum waktu dhuhur para penggiat Maiyah Cirrebes sibuk menyiapkan Pameran Arsip 70 Tahun Mbah Nun. Ini adalah hari ke 3 dari 4 hari pameran berlangsung.
Menjelang sore hari, pengunjung mulai berdatangan. Kawan-kawan IPNU dan IPPNU Ciledug menyambangi kami. Mereka sangat antusias melihat satu persatu karya Mbah Nun yang dipamerkan. Mas Kusoy salah satunya, tak pernah luput pandangannya dan berdiri lama saat membaca nama-nama bayi yang kurang lebih sekitar 1670-an dari pemberian Simbah kepada para jamaah Maiyah di segala penjuru.
Agenda selanjutnya ialah bedah buku berjudul Arus Bawah. Kang Ibnu Ubaidilah adalah pembedahnya. Acara dimulai pukul 20.00 WIB, sebelum mengulas Kang “Iib” (sapaan akrab beliau) menjelaskan bahwa tidak layak dirinya membedah buku yang Mbah Nun tulis. Kang Iib menyebut forum malam ini sebagai diskusi dan belajar bersama mentadaburi buku Arus Bawah.
Sebelumnya pada tahun 2019 bertepatan dengan ulang tahun Mbah Nun ke-66, kang Iib dan kawan-kawan penggiat sempat mementaskan drama Arus Bawah di rutinan Maiyah Cirrebes dan di pentas seni Desa Barisan, Losari. Hanya beberapa scene saja dari dialog yang diambil, jadi semacam mini drama.
Novel Arus Bawah berkisah tentang menghilangnya seoramg tokoh Punokawan bernama Semar dari desa Karangkedempel. Semar tiba-tiba menghilang tanpa berpesan kepada Gareng, Petruk, dan Bagong. Berbeda dengan Petruk dan Bagong yang merespons santai, Gareng malah menanggapinya dengan blingsatan.
Hilangnya semar sangat membuat Gareng kebingungan karena Semarlah yang membuat keseimbangan negerinya, kini malah raib tanpa bekas. Obrolan dan diskusi Gareng, Petruk, dan Bagong cerminan usaha perjuangan dari basis, karena merekalah yang hidup berdampingan dengan masyarakat atau rakyat dalam sistem tata kelola bernegara. Menurut Kang Iib buku ini berisikan empat unsur, yaitu politik, pewayangan, budaya, dan ketauhidan. Lainnya yang bisa kita petik dari buku ini adalah pembelajaran tentang akhlak..
Tak hanya itu, kegiatan yang berlangsung hangat telah merangsang pikiran orang-orang yang hadir. Timbal balik antara pertanyaan yang diajukan serta jawaban yang sangat melegakan mewarnai kelancaran acara tersebut.
Ditambah ada yang sengaja datang dari jauh, mereka adalah empat mahasiswa Universitas Padjdjaran (UNPAD) Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Tak lupa, Pak Ahmad seorang Kuwu Babakan dan GP Ansor dari Kudungeneng, Losari, Brebes serta komunitas-komunitas juga ikut membersamai. Dilanjut dengan pembagian doorpize dan ditutup dengan doa.
Setelah selesai diskusi, kawan-kawan mahasiswa Universitas Padjdjaran berkeliling melihat koleksi dari buku, majalah, kaset, CD (Compact Disk), hingga nama bayi. Pada kesempatan itu, Mas Dany Padmadisastra menunjukan dokumen lama karya Mbah Nun di majalah Horison yang berangka tahun 1978 sampai 1979. Majalah ini memang tidak dipajangkan di ruang pamer karena kondisi dan teksturnya yang mudah rusak.
(Muh Iqbal Andalusi/Redaksi Maiyah Cirrebes)