DEMOKRASIHIR
(Mukaddimah Sinau Bareng Maiyah Relegi Edisi 101, Selasa, 5 Desember 2023, Pukul 20:00 WIB di Rumah Maiyah Al-Manhal Malang)
Demokrasi, sebagai bentuk pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat, sering dianggap sebagai tonggak kebebasan dan keadilan. Namun, dalam perjalanan sejarahnya, sistem demokrasi ternyata tidak luput dari kelemahan. Praktik politik yang semestinya mencerminkan suara rakyat kadang-kadang dapat terjerat dalam “sihir” yang merusak inti demokrasi itu sendiri.
Jika kita teliti lebih jauh, kita akan menemukan bahwa sistem demokrasi tidaklah tanpa cela. Bahkan, sistem demokrasi bisa saja menjadi jebakan yang menghalangi kita untuk mencapai demokrasi yang sesungguhnya. Ada “sihir” yang bisa merusak demokrasi, yaitu manipulasi dan oligarki.
Manipulasi digerakan oleh pihak-pihak tertentu untuk menguasai pikiran dan hati rakyat. Bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti propaganda, hoax, dan framing. Propaganda dilakukan untuk membujuk publik agar sependapat dengan pembicara. Hoax disebarkan dengan sengaja untuk mengelabui atau menghasut si pembaca. Framing digunakan untuk menyoroti aspek tertentu dari suatu isu, sehingga mempengaruhi sudut pandang publik.
Dengan menggunakan manipulasi, pihak-pihak tertentu bisa mengambil alih demokrasi sesuai dengan kepentingan mereka. Mereka bisa membuat rakyat terpedaya pada hal-hal yang tidak benar, atau melupakan hal-hal yang penting. Mereka bisa membuat rakyat memilih pemimpin yang tidak berkualitas, atau menentang kebijakan yang bermutu. Mereka bisa membuat rakyat terbelah, atau lemah terhadap politik.
Oligarki yang kita rasakan ini adalah kondisi di mana kekuasaan politik berada di tangan sekelompok kecil orang. Oligarki bisa terjadi karena adanya ketidakseimbangan ekonomi, sosial, atau budaya. Oligarki bisa juga terjadi karena adanya kolusi, korupsi, atau nepotisme. Oligarki melanggar prinsip demokrasi, yaitu kesetaraan dan keterwakilan.
Dengan adanya oligarki, demokrasi menjadi tidak efektif dan efisien. Oligarki membuat keputusan politik yang tidak mencerminkan kehendak rakyat, melainkan kepentingan kelompok elit. Oligarki membuat kebijakan yang tidak adil, melainkan menguntungkan kelompok tertentu. Oligarki membuat demokrasi menjadi tidak beragam, melainkan monolitik.
Demokrasi yang terkena “sihir” ini menjadi demokrasi yang tidak sehat, tidak sejuk, dan tidak sejalan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Sebuah sistem yang harus dilawan dengan cara meningkatkan kesadaran politik kita. Kita harus belajar untuk berpikir kritis, mencari informasi yang valid, dan berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi. Kita harus menjaga semangat gotong royong, toleransi, dan kebhinekaan dalam bingkai demokrasi. Memastikan bahwa demokrasi yang kita jalankan adalah demokrasi yang sehat, sejuk, dan sejati. **Untuk itu, kami mengajak dulur-dulur untuk hadir di acara Sinau Bareng Maiyah ReLegi Malang pada 5 Desember 2023, pukul 20:00 WIB—selesai di Rumah Maiyah Al Manhal Malang. Sinau bareng dan berdiskusi dengan para jamaah dengan pelbagai latar belakang dan disiplin ilmu.**
(Redaksi ReLegi)