BUDAYA TANAM: MEMBACA POLA REGENERASI ALAMIAH ALAM

Catatan Ma'syar Mahamanikam edisi ke-44

Senin 20 Februari 2023, Ma’syar Maiyah Mahamanikam mengusung tema Budaya Tanam. Gayung bersambut Pakde Minto yang aktif di dunia pertanian organik sejak 2017 hadir membersamai. Keaktifannya di dunia pertanian organik telah melahirkan beberapa produk pupuk dan pestisida alami yang tidak ada niat untuk dikomersilkan. Pakde minto melawan arus industrialisasi dengan perahu gotong royong, saling memberi manfaat dari hulu hingga hilir dunia pertanian.

Alhamdulillah aula studio komunitas ladang masih menjadi saksi melingkar maiyahan edisi ke empat puluh empat. 21.00 Wita acara dimulai. Seperti biasa, dilandasi puji syukur kehadiran Allah SWT berlanjut tawasul kepada kanjeng Nabi Muhammad dan para ulama terdahulu yang berada di sekitar kota Samarinda. Juga melantunkan sholawat asyghil dipimpin Mas Tohir disertai delapan belas lainnya yang hadir melingkar.

Moderator memberi pengantar bahwa sebagai negara agraris Indonesia memang dianugerahi Tuhan fasilitas memadai untuk berkehidupan dengan budaya tanam. Ironis, dengan tanah yang subur budaya tanam hari ini semakin terpojokkan dengan budaya instan dalam peroleh kekayaan. Berkecimpung dalam dunia tanam menanam sudah tidak masuk daftar, jalan menuju kekayaan.

Pakde minto memulai dengan paparan “Alam memiliki siklus yang pasti. Namun manusia dengan kerakusannya, keegoisannya, meubah siklus alam ini. Seakan-akan menjadi pahlawan mengubah siklus menjadi lebih baik. Nyatanya malah merusak. Contohnya nyatanya dalam pertaniaan, penggunaan pupuk kimia dengan kadar berlebihan. Bahkan sudah digunakan sejak zaman orde baru. Pupuk kimia untuk kakek moyang kita, artinya efek jangka panjangnya bukan lebih baik kedepannya, malah meninggalkan masalah. Bukan membaikkan tanah, alih-alih menyehatkan tanah malah menyakitkan tanah. Terjadi efek berantai, tanah rusak, panen gagal, petani mengeluh, keluhan didengar generasi penerus, generasi penerus menyimpan pesan bahwa aktif didunia pertanian tidak memberi jaminan penghidupan.”

Pakde Minto dengan adanya forum penyadaran seperti mejelis masyarakat maiyah malam ini optimis ketidak mampuan kita dalam pengelolaan tanah yang baik dan benar bisa kita atasi dengan belajar bersama. Menumbuhkan kemaun. Dengan tidak meninggalkan kemajuan teknologi untuk dilibatkan dalam budaya tanam di kalangan milenial. Pakde Minto memiliki pandangan jabatan fungsional dalam pemerintahan semisal camat dan walikota adalah yang terhormat, sementara petani yang mulia. Mulia karena dengan jerih payahnya dirasakan berbagai lapisan masyarakat secara langsung dan tidak langsung. Mulikanlah, kendati baru memulikan secara verbal.

Lihat juga

Jadi hama jika dihamakan

Melanjutkan, Syafril Teha Noer (biasa disapa Buya Syafril) juga memiliki sahabat karib seperti Pakde Minto dalam cara pandang pengelolaan tanah, namun berdeda di wilayah pengabdian. Buya menyampaikan, bahwa Ia (teman Buya) meneliti bagaimana bonggol pohon ulin setelah ditebang, akan memulai proses alamiahnya dengan tumbuhnya tunas baru setelah melalui beberapa kurun waktu. Selama ini beredar pandangan ulin sukar dibudidayakan. Sementara alam dengan mekanisme regenerasi alamiyahnya, membuat bonggol akan diselimuti semacam belukar, ini adalah proses penjagaan untuk benih ulin baru tumbuh. Belukar terus ada dan berganti dalam kurun waktu tertentu hingga ulin bisa mandiri dalam proses pertumbuhan. Pada bonggol ulin belukar bukan hama. Namun anggapan belukar adalah hama pasti akan membabat habis belukar.

Pandangan selama ini tentang hama merugikan itu salah. Tidak ada yang namanya hama perusak. Semua makhuk ciptaan Tuhan memiliki peran dan fungsinya. Pandangan ada hama merugikan juga perusak merupakan kesalahan manusia membaca pola alam melakukan regenerasi. Ironisnya cara pandang tidak ada hama perusak sedikit kurang lazim dalam dunia pertanian modern.

Buya dan Pakde Minto dua orang sepuh dilingkaran maiyah malam ini menjembatani bagaimana generasi milenial bisa memiliki semangat juga kesadaran menanam dengan pola mebarengi regenerasi alamiyah. Tanpa mengubah dan merusaknya. Di awal pantikan Pakde Minto menebar idiom bahwa yang muda itu milenial semantara yang tua itu kolonial, sontak idiom ini menghadirkan gelak tawa. Buya tanpa sungkan meminta Pakde Minto untuk menceritakan bagaimana awal mula berkhidmat di dunia pertanian dan anti dalam penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Ini juga sebagai pembuktian generasi kolonial dibutuhkan karena masih tanggap lan sasmita, tutur Buya.

Dua risau, kesehatan dan alam yang mulai tak ramah

2017 Pakde Minto memutuskan terjun dari dunia kontraktor, ke menyeriusi dunia pertanian organik. Kenyataan di depan mata orang muda di usia produktif mengalami sakit kronis yang seharusnya bisa dihindari. Di sisi lain ada orang tua dengan fisik masih prima di usia hingga seratus, seratus limapuluh. Pandai bersyukur dan pola konsumsi alami adalah ikhtiar orang berumur panjang. Tidak seperti komposisi bahan konsumsi hari ini yang telah terwarnai residu pestisida dan sebagainya. Memang kadarnya kecil, namun jika ditumpuk selama dua puluh tahun maka sama saja dengan berinvestasi penyakit di dalam diri.

Risau kondisi sekitar, di depan mata melihat alam yang semakin tidak ramah pada generasi sesudahnya. Padahal melalui alam Tuhan menyediakan pemenuh kebutuhan hidup setiap makhluk. Pada lingkungan rumah Pakde Minto yang terdapat galian tipe C sedikit banyak mengurangi jumlah pepohonan. Kurangnya pohon berimbas pada menurun kualitas udara. Dari kondisi ini kerisauan muncul, bagaimana nasib anak cucu.

Demplot, upaya menjawab kerisauan

Di demplotnya Pakde Minto mulai memproduksi pupuk dan pestisidanya sendiri dari bahan alam. Dalam skala kebermanfaatan lingkungan tentangga sekitar rumahnya. Satu poin kerisauan dijawab Pakde Minto dengan membagikan polybag berisi kebutuhan standar dapur rumahan, berisi tomat dan cabai. Pembagian polybag disertai edukasi perawatan yang benar dan tepat. Jumlah polybag setiap rumah disesuaikan dengan kebutuhan dapur masing–masing. Selain efek kesehatan juga mengurangi pos pengeluran belanja bulanan. Efek berantai juga pada investasi kesehatan setiap anggota keluarga dan menjaga alam tetap ramah hingga generasi akan datang. Kedepannya Pakde Minto berniat melebarkan sayap kebermanfaatannya. Upaya ditempuh dengan niat mendirikan komunitas penyedia pestisida dan pupuk dari bahan alami, dengan alam sendiri sebagai penilainya. Jika alam merespon dengan penolakan akan dihentikan, buat yang baru hingga alam merespon dengan ramah.

Konsep menghargai alam

“Salah satu bentuk tak menghargai alam, mempercepat proses kematian tanaman. Aplikatifnya tidak memberi makanan, memberikan makanan tidak sehat, memberikan makanan mentah, atau merusak sumber makanan. Tanaman seperti manusia, memerlukan makanan yang sehat. Memahami makanan apa yang dibutuhkan tanaman adalah proses awal sebelum tanam. Selanjutnya, selain makanan pokok tanaman juga perlu suplemen penjaga daya tahan tubuh. Suplemenya bisa berupa pupuk. Penyiapan makanan tanaman memerlukan proses penguraian. Pada hutan kita bisa melihat pola penguraian alamiyah. Proses suburnya hutan adalah rantai makanan berkesinambungan. Pada manusia penguraian adalah proses memasak bahan makanan mentah.” Tutur Mas Sunil, rekan, adik, sekaligus petani milenial, yang Pakde Minto ajak ikut melingkar bersama.

Prinsip menghargai alam pada diri manusia wajib melepas diri dari pagar kapitaisme. Di dunia pertanian beralih arus, ke arus bahwa hasil pertanian tidak hanya uang. Selanjutnya prinsip yang juga harus ada pada dalam diri, kembali pada pilihan masing-masing, harus bahagia dulu, senang dulu. Bahagia dan senang adalah energi menanam dan merawat tanaman apapun (baca : wilayah penafsiran tanam itu luas).

Pada maiyahan kali ini, yang hadir disadarkan dengan perlunya komitmen untuk meninggalkan jejak. Peredaran ilmu jangan sampai menguap begitu saja. Maka, jejak tidak hanya sekedar jejak, yang akan terhapus oleh hujan gemerlapnya dunia. Jejak yang diniatkan menjadi monumen kesadaran. Kesadaran dalam ruang lingkup kehidupan masing-masing perlu dijalani dengan kesadaran budaya tanam. Tanam dalam arti luas, tanam apa saja yang baik, dirawat dengan benar, dan dibarengi kesadaran perlunya makanan sehat dan teratur. Pada maiyahan dikenalkan konsep prasmanan ilmu, ilmu yang Allah hadirkan dipersilahkan dengan kedaulatan setiap diri untuk dioalah, disyukuri selalu, dan memohon Allah berkenan melimpahkan pertolongan dan karunia di setiap aktivitas. (Suhartono)

Lihat juga

Back to top button