BERKAH PASEDULURAN MAIYAH HINGGA MENEMBUS BATAS KOTA
“Agenda aslinya ngopi ndek sekitar Kodim dan Bandar Grisse, tapi belum pasti. Soalnya temenku juga gak bisa dipastikan. Ya sudah, terus telepon Cak Faris. Pertama asline sungkan, tetapi karena niate seduluran. Kalau ada lainnya itu bonus, ada kopi teh itu bonus. Sing penting seduluran, saya juga baru menghubungi Cak Faris itu tanggal 7 September 2023 kemarin,” demikian penuturan yang disampaikan oleh Mas Guntur, salah satu dulur Maiyah asal Tuban ketika bertamu ke rumah Cak Faris di Jalan Samarinda No. 15 Gresik Kota Baru (GKB), Yosowilangun, Manyar, Kabupaten Gresik.
Sabtu (16/09/2023) pada malam itu, suasana ganyeng dan mesra dalam terjadi saat momen pertemuan spontan di rumah Cak Faris. Rumahnya yang juga digunakan sebagai tempat usaha penyablonan dipenuhi dengan bahan-bahan seperti kain, gunting, silet cutter, dan contoh pakaian kemeja pesanan yang sudah jadi, dan lain sebagainya. Meskipun ruang tamunya tidak begitu luas kurang lebih berukuran 3×4 meter, namun tidak mengganggu obrolan yang begitu mendalam diantara kami pada semalam itu.
Kehadiran tamu dari dulur Jimat Tuban di Gresik, merupakan pertemuan kopi darat yang tanpa direncanakan. Termasuk saya sendiri, sebelum memutuskan untuk mampir dan ngopi di kediaman Cak Faris, saya menghubungi Cak Madrim. Namun, dia sedang repot dan belum bisa meladeni tantangan ngopi dariku. Karena itu, kemudian saya menghubungi Cak Faris.
Diskusi kami dimulai sekitar pukul 21.00 WIB dan berlanjut hingga larut malam, tak terasa hingga menunjukkan pukul 01.30 WIB. Kami saling berbagi cerita tentang pengalaman kami di masing-masing simpul Maiyah, perkembangannya, dan bagaimana Maiyah telah membawa perubahan dalam hidup kami.
Meskipun topik obrolan terlampau luas dan ngalor-ngidul, pertemuan pada malam itu terasa begitu segar dan menyenangkan. Dalam momen tersebut, kami semua menikmati kebersamaan dan saling berbagi cerita. Mulai dari cerita pribadi, pengalaman kerja, aktivitas sehari-hari, hingga membahas bab negara.
“Selama berjalan hampir 3-4 bulan di Gresik, saya tetap meniatkan dan melanjutkan perjalanan ini dengan berkesadaran terus belajar tentang Maiyah. Setelah menggali lebih dalam, saya mulai memahami konsep dan tujuan dari Maiyah,” jelas Mas Guntur.
Mas Guntur yang saat ini ikut bekerja pada subkontraktor, yang memang proyek penggarapannya ada di sebuah perusahaan bonafit di Kabupaten Gresik. Dia merasa bersyukur dengan kehadiran yang juga melibatkan rasa antara satu sama lain dalam pertemuan tersebut. Rasa-rasanya seperti ada suntikan semangat baru yang mengisi, setelah pertemuan itu berakhir.
Berbagai dukungan moral, strategi, hingga doa untuk membangun jalinan paseduluran Maiyah, serta menyebarkan nilai-nilai Maiyah untuk dibawa kepada lingkungan di sekitar. Menjadi ghirrah tersendiri, termasuk juga saling bercerita bagaimana perkembangan yang sedang berjalan di simpul Maiyah masing-masing.
Kami berdiskusi tentang bagaimana pelaksanaan kegiatan rutin JM di Tuban maupun Gresik. Di Tuban sendiri, banyak terjadi perkembangan kecil-kecil yang perlu dipelajari lebih lanjut. Mula dari bertumbuh suburnya lingkar-lingkar kecil yang melingkar dalam sebuah perkumpulan sesama hobi atau sesama bidang yang digeluti. Termasuk juga bagaimana Damar Kedhaton Gresik dalam menjalankan agenda rutin tiap bulannya.
“Meski begitu, saya akan terus belajar. Dan, saat ini diperjalankan ke Gresik. Sehingga saya pun memutuskan untuk melakukan sinau di Gresik, sambil menjalankan pekerjaan saya di sini,” kata Mas Guntur.
Begitu pula yang dirasakan oleh Cak Faris, dia mengungkapkan bahwa pertemuan pada malam itu dipenuhi dengan kegembiraan. Seolah-olah, ada semacam energi baru, yang mengisi semangat baru dalam berMaiyah. Bahwa, Maiyah bukan hanya sekadar mengikuti kegiatan rutin tiap bulannya, melainkan bagaimana terus merawat benih-benih paseduluran al-Mutahabbina Fillah untuk aplikasikan pada kehidupan sehari-hari.
Sehingga, dapat dimaknai bahwa pada pertemuan malam itu bukan hanya sekadar berkumpul dan berdiskusi saja, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya persaudaraan dan kebersamaan dalam membangun kehidupan yang lebih baik.
Kebersamaan dan keganyengan ala Maiyah memang memiliki tarikan energi yang kuat dan tak terhingga. Meskipun pertemuan dengan dulur Maiyah lainnya di berbagai daerah juga mungkin yang pertama kalinya. Namun, dengan cepatnya timbul rasa kekeluargaan yang tercipta begitu alami mengalir apa adanya.
Seperti yang saya alami dan rasakan juga, ketika pergi melancong, pergi ngopi, pergi bekerja, atau pergi untuk berwisata dengan tujuan seperti Mojokerto, Kediri, Surabaya, Lamongan, Bojonegoro, dan Semarang. Di situ, saya merasa seolah-olah sudah memiliki keluarga di sana. Benar-benar mengesankan betapa dulur Maiyah dengan tulus menyambut dan memperlakukan saya layaknya saudara. Saudara yang tak sedarah.