MENGINTERNALISASIKAN EMPAT SIFAT NABI MUHAMMAD SAW

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Sulthon Penanggungan Pasuruan edisi Oktober 2023)

Di tengah narasi politik yang mulai mendominasi percakapan sehari-hari, para pegiat tetap pada saluran frekuensi yang sama yaitu membersamai sinau bareng. Alhamdulillah tetap langgeng istiqomah melingkar selaras berhadapan untuk berdiskusi dari hati ke hati setiap bulan di hari Sabtu pekan terakhir.

Sabtu, 28 Oktober 2023 Pegiat Maiyah Sulthon Penanggungan Pasuruan mengusung tema FAST yang meng-elaborasi dari ke-empat sifat wajib Nabi Muhammad SAW yaitu Fathonah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh. Diawali dengan Tawashshul oleh Cak Taufiq kemudian pembacaan Al-Qur’an Surah Ar-Rahman oleh Cak Irul yang menjadi gema pembuka kegiatan sinau bareng. Dilanjutkan bersholawat dengan iringan tim banjari SP dengan formasi yang agak unik karena ada seorang anak kecil yang masih kelas 5 SD menjadi penumpuh penabuh darbuka tunggal, ialah Mas Zakki putra ketiga dari Mas Luthfi yang ternyata juga adik dari Mas Azhar yang edisi September 2023 kemarin juga sempat menjadi solois darbuka. Banyak yang menebak anak kecil tersebut dari keluarga pemusik, namun ternyata bukan. Karena jawaban polos nan spontan dari Mas Zaki mengkonfirmasi bahwa ternyata hanya belajar lewat youtube. Semua yang hadir kaget sejenak hingga akhirnya tertawa bergembira.

Sebelum sesi point dari pemateri dipersilahkan oleh moderator Cak Hasan, asupan ilahiah terus menggaung dengan bersama melantunkan Do’a Khotmil Qur’an dan Wirid Padhangmbulan untuk secuil harapan keadilan dari Sang Penguasa Rahmat semesta alam.

Kemudian Cak Umar sebagai pemateri pertama mencoba membedah tema FAST dari perspektif berbeda dengan membagi radikal fungsi manusia dengan 2 bagian yaitu pencipta masalah dan pembawa manfaat. Mari kita saling muhasabah diri dengan kejujuran fikiran dan kejernihan hati, manakah yang lebih dominan? Seru beliau. Selanjutnya Cak Umar juga meng-elaborasi makna Fathonah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh dengan arah lain bahwa niscaya dasar manusia sudah mempunyai fitrah sifat FAST, namun didalamnya terkandung kekuatan kemauan, keberanian, mental yang tangguh, dan hati yang lapang “Ikhlas” karena hal tersebut sebagai tenaga pendorong nilai FAST.

Selanjutnya pemateri kedua yaitu Mas Luthfi yang menguraikan makna harafiahnya dengan menjelaskan pengertian dasar sifat “FAST” yang merujuk pada sabda rasullulah dan kutipan ayat Al-Quran yang mengandung seruan agar manusia yang beriman menjadi seseorang yang mempunyai sifat “Fathonah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh”. Dan dalam konteks pemimpin, beliau menegaskan bahwa untuk berlatih menjadi seorang pemimpin kita bisa memulai pada kualitas kita menjadi pemimpin keluarga, karena jika skala kecil saja kita tergopoh-gopoh mana mungkin bisa kita beranjak ke skala yang lebih besar misalnya menjadi pemimpin di tengah masyarakat, ujar Mas Luthfi.

Lihat juga

Spirit kepemimpinan para jamaah yang hadir seperti akan menyala, kemudian langsung disambut Cak Ulum featuring Cak Sule yang mengisi jeda dengan lagu-lagu orasi sosial dari “Iwan Fals” yang berjudul “Bongkar” dan “Bento” yang melengkapi kegembiraan malam itu dengan petikan gitar epic dari Cak Ulum.

Berikutnya moderator menggeser dan menyebar mic ke tengah-tengah audiens karena sesi diskusi akan dimulai. Cukup menarik karena sedikit menyerempet gelitik politik negeri yang bisa dibilang ngeri namun sedap untuk dicari titik tengah kebijaksanaannya. Poros diskusi ada pada pertanyaan, diantara sifat FAST manakah yang lebih utama untuk memberi parameter pemimpian yang kompatible dengan kondisi saat ini atau dalam skala apapun? Tidak ada simpul jawaban pasti namun semua konteks mengarah pada sifat “Fathonah” karena pemimpin hari ini harus mendahulukan yang bisa menguasai masalah, punya kecerdasan di atas rata-rata yang dipimpinnya, barulah ketiga sifat selanjutnya sebagai tenaga pendobraknya.

Sungguh tidak terasa lingkaran kecil di tengah tembok bata OTES “Omah Tengah Sawah” meng-elaborasi  sifat Rasulullah yang diberi jembatan pikiran hingga sampai pada pemimpin sebuah negara. Begitulah fungsi sinau bareng, salah satunya adalah agar kita berdaulat dan merdeka kemudian syukur-syukur kita bisa bersedekah untuk kemaslahatan bangsa dan negara meski dalam skala kecil.

Tengah malam telah tiba. Wirid Hasbunallah dilantunkan Cak Sule sebagai peredam hati yang menyala, kemudian ditutup doa oleh Cak Taufiq. Semoga kita semua dijadikan manusia merdeka yang mampu memerdekakan orang di sekitar kita. Amin.

(Redaksi Sulthon Penanggungan)

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button