WASPADA SEGITIGA KEBENCIAN
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Poci Maiyah Tegal edisi November 2023)
Apa yang nafsu kamu sukai, adalah apa yang Tuhanmu benci. Maka tetaplah tersambung dengan-Nya, ma’Allah. Agar apa yang kita sukai tak menjadikan diri kita terpisah, ‘bercerai’ dengan-Nya. Tidak ada perceraian yang tanpa luka, sebab meski itu dibolehkan, tetap saja Allah membenci itu.
Apa yang nafsu manusia biasanya benci?
Beribadah?
Memaafkan orang yang menjahati anda?
Duduk takdzim mendengarkan kemarahan istri atau ibu?
Bayar hutang sedangkan rejeki masih kena el nino, dompet kering nggo tuku udud be ra ono?
Mendidik atau mencinta tapi hanya dibalas maturnuwun?
Atau menemani seseorang yang ternyata tak menganggap anda manusia?
Al-Baqarah ayat 216
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Jika sama nafsu saja anda belum menang, maka bagaimana akan memenangkan sisi luar diri anda?
Jika di dalam kepala anda masih kacau, maka bagaimana anda akan menata sisi luar diri anda?
Setidaknya, ada tiga disiplin, tirakat, riyadloh, fitnes batin, agar seorang beriman mampu menjadikan nafsunya benar-benar sebagai budaknya. Pertama adalah menjaga jarak dari keinginan kebendaan. Kedua adalah menjaga jarak dari memikirkan keinginan-keinginan. Dan ketiga, adalah menjaga akal agar tidak berpikir berdasarkan keinginan. Ada nasihat berkata :
Anna inda dzoni abdi
Wa ana kayfa amru wa masyi’atu robbi
Hiduplah karena kebutuhan, bukan karena keinginan. Sebab, nafas-nafas nafsu tidak akan membawa seorang hamba sampai ke hadapan-Nya. Dia, Sang Raja, hanya dapat ditemui oleh siapa saja yang nafsunya lenyap dan bergerak hanya karena perintah dan kehendak-Nya.
Man ‘arofa nafsahu, faqod ‘arofa robbahu. Siapa yang mengenal nafasnya, sungguh mengenal Tuhannya.
Jangan benci dirimu sendiri, sebab membenci nafsu sendiri biasanya akan berakhir dengan saling mencinta. Terimalah dirimu seutuhnya, lalu belajarlah untuk menyukai apa yang Tuhan kehendaki, meski nafsu anda membenci itu.
Apa yang Tuhanmu benci?
Hal-hal yang diharamkan?
Kebodohan?
Tenggelam dan mabuk dunia?
Antara meminum khamr dan mabuk ada jarak. Seseorang belum tentu langsung mabuk ketika ia meminum khamr. Ada jarak antara hasud nafsu sampai seseorang mabuk dan kebingungan terhadap hal yang dihadapinya. Maka yang diharamkan itu bukan hanya minuman keras, tapi hal-hal yang menjadikan pikiran dan hatimu kacau. Sebab, saat pikiran kacau, masalah kecil saja akan nampak besar dan membahayakan. Di sisi lain, anda akan lupa bahwa tidak ada yang bisa memberikan manfaat atau bahaya tanpa izin Allah. Sekali lagi, nafsu memperbudak diri anda agar berlawanan arah dengan Tuhanmu.
Al-Jasiyah ayat 23
اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Seharusnya, manusia tidak boleh ketakutan ketika berhadapan dengan setan. Sebab, nafsu manusia itu lebih menakutkan daripada setan. Ada yang bilang nafsu manusia itu setara dengan 70 setan. Dipur thok setane. Tidak ada makhluk se-mengerikan manusia, ketika menjadikan nafsu sebagai Tuhannya. Sebab, semua makhluk pembangkang akan tunduk padanya. Sebaliknya, tidak ada makhluk yang dapat menjadi semulia manusia ketika nafas-nafas nafsunya telah lenyap di hadapan Tuhannya. Jibril tak mampu menembus sidratul Muntaha, tapi Nabi Muhammad bisa.
Jangan biarkan nafsumu menceraikanmu dari-Nya. Sebab, meskipun itu boleh (manusiawi), akan menjadi rasa sakit yang tak akan dapat disembuhkan.
Tegal, 2 November 2023
(Redaksi Poci Maiyah/Abdullah Farid)