MENSYUKURI ENAM TAHUN GALUH KINASIH

(Catatan Majelis Ilmu Simpul Maiyah Bumiayu Galuh Kinasih, Kamis 15 Juni 2023) 

“Urip, Urup, Seneng, Gayeng” adalah spirit yang dipilih Masyarakat Maiyah Galuh Kinasih Bumiayu, dalam acara miladnya yang ke-6 yang digelar dengan kegiatan majelis ilmu bersama yang dihadiri kurang lebih ratusan jamaah Maiyah Bumiayu. Tak hanya itu, beberapa kelompok Maiyah lintas wilayah juga datang untuk menghadiri acara tersebut, seperti dari Juguran Syafaat (Banyumas-Purbalingga), Poci Maiyah (Tegal), Cirrebes (Cirebon-Brebes).

Acara malam ini diawali dengan pembacaan tawashshul oleh Kang Wahidin dari Galuh Kinasih, dan juga pemotongan tumpeng oleh Gus Jinan dan Rizki Afgani. Serta sekaligus penyerahan simbolis produk kreativitas ekonomi oleh Afkar Amiq kepada Babah Lukman. Secara sah Galuh Kinasih Sudah mempunyai produk olahan yang diberi nama “Geka” yang dimanajeri oleh Muhammad Naji.

Rizki Afgani, penggiat Galuh Kinasih menjelaskan, sebenarnya Galuh Kinasih terbentuk sejak 2016 yang lalu, namun itu masih berbentuk grup whatsapp Lingkar Maiyah Bumiayu dan belum pernah melingkar sebelumnya. Penggiat yang sebelumnya kenal hanya di grup whatsapp, pada juni 2017 untuk pertama kalinya melingkar yang dihadiri sekitar 15 orang. Setelah melingkar pertama barulah terbentuk nama Galuh Kinasih. “Jadi sebenarnya sudah terbentuk selama 7 tahun, namun dihitung 6 tahun karena 1 tahun pertama hanya berbentuk grup whatsapp,” jelasnya.

Acara Milad ini juga dihadiri oleh perwakilan NU kecamatan Bumiayu,  Ranting NU Negaradaha, para penggiat komunitas, akademisi, pemerhati sosial, yang ikut urun rembuk. Setelah shalawat dan wirid bersama, ada sesi tanya jawab sebagai media sinau bareng. Sekaligus dimeriahkan dengan gamelan Suluk Kamahiya dari SMK Wicaksana Al-Hikmah 02 Benda.

Lanjut ke diskusi, setelah mukaddimah dibacakan, H. Najib memberikan gambaran betapa mesranya orang-orang yang bersama Mbah Nun. 

Lihat juga

Malam hari itu ulasan tema mengambil ibrah atau pelajaran dari kemuliaan kaum perempuan. Belajar dari mengapa dalam sejarah perempuan begitu diistimewakan yakni pada kisah di zaman Nabi Muhammad Saw. 

Pembahasan urip gayeng seneng ini yang diawali mukaddimah sejarah peradaban manusia serta perempuan ini sangat kompleks dengan daerah yang kita tempati, Bumiayu. Sehingga surat An-nisa menjadi jalan rujuk untuk kita membiasakan mengerti kelembutan dan cinta wanita.

Diteruskan oleh Gus Mudrik Al-Maghribi yang bicara bahwa wanita mampu melahirkan generasi yang cerdas. Kita sering dengar “Ihdinas shiratal mustaqim ” Tunjukkan jalan kebenaran secara arti kebenaran mempunyai nilai bahwasanya kita harus terus mencari benar menurut yang sejati, lebih spesifiknya kita terus belajar jangan sampai merasa telah mencapai, paling tidak ketika di Maiyah kita terus melihat beberapa sudut pandang yang sangat banyak di Maiyah. Pemahaman saya yang paling benar adalah sebab seseorang menutup diri dari kebenaran.

Mas Anggi hadir malam hari itu mewakili Juguran Syafaat. Ia memberikan spirit untuk sedulur Maiyah di Galuh Kinasih untuk terus menjaga kontinuitas, “Minimal, yang penting ada”. Selain itu, ia menambahkan bahwasanya dalam kelompok beberapa harus dikonsentrasikan untuk bisa tekun terhadap tupoksi kesadaran masing-masing terutama beliau membuka pola Belajar dengan simpul lain menulis mukaddimah.

Disambungkan oleh Mas Dani, wakil dari Simpul Cirrebes. ia memyampaikan bahwa kita bagian dari wadah yang bisa membangun kelompok lain, kita sering dikerdilkan oleh pemikiran Barat, padahal orang Barat sering membuat penelitian terhadap kita. Prof Albert menemukan fosil di batubara tahun 2018 manusia Jawa 700 tahun. Artinya kita sudah lebih meniti pengetahuan tentang sejarah peradaban.

Rofiq Ajib Prayogo salah dari pengurus museum Buton. “Ditemukan manusia purba oleh mahasiswa arkeologi Perancis, mengenai identitas situs Bumiayu situs tertua.”

Setelah itu diselingi musik oleh penyanyi dari penggiat Galuh Kinasih “Agung Senjaya”. Dengan sikap rasanya memainkan lagunya seperti ia membicarakan wanita secara rasa.

Setelah lagu usai langsung dipantik oleh Azam salah satu penggiat Poci Maiyah. “Perempuan adalah induk, gen. Secara sosiologi perempuan, namun perempuan sebagai objek penindasan. Apa tidak ada bentuk pembelaan dari laki-laki. Mohon pencerahannya sebagai nutrisi kerohanian buat saya.”

Mas Dani merespons pernyataan sebelum break nyanyi, “Ibarat busur, begitu pula pandangan kita, sejarah tidak berbeda dengan peristiwa kita saat ini “. Dilanjut salah satu perwakilan Banser Dari Negaradaha, “Keris itu bukan sekedar senjata, namun keris itu simbol prestise “. Lalu Mas Afkar mencoba mengeksplorasi pertanyaan Mas Azzam Poci Maiyah tentang berapa kita sering kurang teliti terhadap apa itu jender dan apa itu feminisme. 

Secara arti dua sub arti ini adalah catatan yang sangat jauh. Non biologis dan suatu gerakan politik. Memang kita sering berbicara perempuan dengan an-nisa’ namun kita sering lupa dengan az-zaujah. Pengkondisian kultural dari model kemasyarakatan patrimonial; ” Kullukum raʻin wa kullu raʻin mas`ulun ʻan raʻiyyatihi“ (Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanyai tanggung jawabnya sebagai pemimpin). Artinya Allah selalu menempatkan kesetaraan di manapun. Tegas ” KullukumLaysaKullukunaa“. Untuk semua, bukan hanya untuk laki laki dan perempuan. Betapa indah laki laki dengan semangatnya dan  wanita dengan kesabaran serta kelembutannya. 

Urip Urup gayeng seneng membahasakan betapa luwesnya kebahagiaan yang tidak mampu diukur dari apapun.

Tak terasa sudah lebih dari waktu kebiasaan yang baru, akhirnya acara ditutup dengan 4 lagu serta shalawat oleh sedulur SMK Wicaksana Al Hikmah 02. Betapa mesranya hidup dengan kompetensinya masing-masing. Lalu majelis malam hari itu diakhiri dengan salaman dan makan bersama. 

(Redaksi Galuh Kinasih)

Lihat juga

Back to top button